Part 13 - Peri Hutan

15.5K 1K 11
                                    

Author Pov


semenjak semalam orang-orang di istana merasa cemas atas kepergian Gevani yang membawa Jo yang sedang terluka, dan mengingat juga kondisi Gevani yang tengah hamil muda, Ibu Jo hanya bisa menghela nafas panjang tidak bisa berpikir lagi terasa otaknya sudah sangat buntu


" Ayah takut " ucap ayah Jo membuat yang lain yang tengah duduk di ruangan keluarga menatap Wajah mantan Alpha yang terlihat khawatir


" Maksud ayah ?" tanya Nira yang sudah penasaran,


" Ayah takut Gevani berbuat nekad " jelasnya semakin membuat orang-orang disana makin bingung semua Alpha tengah berkumpul di istana Jo setelah mendengar berita yang tidak menyenangkan


" Jangan berbelit ayah " tuntut Nira


" Ayah takut Gevani berbuat nekad ke gunung Lora " jelasnya membuat semua orang terbelak kaget kecuali sahabat Gevani yang tak tau apa-apa



" Buat apa dia kesana om " tanya Alpha yang lain


" Apa kalian lupa disana ada mata Air Suci yang dijaga oleh ratusan Vampire dan hanya itulah obat yang bisa menyembuhkan Jo dari panah perak itu " jelasnya dan itu sudah membuat sahabat Gevani terbelak,



" Tapi Gevani belum tentu taukan Om ?" tanya Vira hati-hati sudah jelas ia takut terjadi sesuatu kepada sahabatnya itu


" Tidak, dia pasti sudah tau "



" Kenpa ayah yakin sekali gevani sudah tau ?" kini Ibu Jo yang bicara, ayah Jo menghela nafas begitu juga yang lain


" Ayah pernah memberi Jo buku sejarah Wolf itu dan menyuruh Gevani membacannya mungkin dia sudah tau " penjelasan ayah Jo membuat semua orang diam tak berkutik , mereka cuman bisa berharap Jo dan Gevani baik-baik saja terutama dengan kandungan Gevani




——-


Gevani sudah bangun sejak pagi tadi, ia melihat Jo yang masih belum sadar, setelah mandi dan sarapan yang secukupnya, ia kembali membaca buku itu mencari petunjuk dimanakah letak gunung Lora itu,


' Letak gunung Lora berada di sebelah utara puncak hutan liar ' setelah membaca sederet kalimat itu, ia segera masuk ke kamar setelah ia membereskan persiapannya ia tahu perjalanan ke sana tidak lah sebentar, ia berbaring disamping Jo mendekap tubuh kaku itu, tidak ada lagi dekapan hangat yang selalu ia dapat, tidak ada lagi mata abu-abu yang selalu menatapnya penuh cinta, itu membuatnya sedih, dipandanginnya wajah Jo yang pucat tak terasa air matanya kembali menetes sambil mengelus perutnya yang masih terlihat rata, ia mengahapus air matanya , lalu mencium Jo tepat di bibirnya biarlah Jo tidak membalasnya asalkan ia dapat menyentuh bibir itu, ia merapikan penampilannya di depan cermin dan kembali menatap Jo dan menunduk tepat di telinga Jo

Black & White MateDonde viven las historias. Descúbrelo ahora