• luciole 36

198 45 1
                                    

•luciole•

"Jangan jauh-jauh dari sini. Nanti kamu kenapa-napa."

Minho menuruti ucapan itu.

Ya, tentu.

Tapi, tidak sampai lebih dari satu jam. Karena saat perutnya tiba-tiba sakit, ia segera pergi ke toilet.

Sayangnya, saat di toilet ia tidak sengaja melihat seseorang yang melepas gesper dan memegang benda itu. Orang itu tentu tak bermaksud apapun. Tapi, Minho yang diserang panik dan takut saat melihatnya.

Kenangan buruk tentang gesper masih membekas jelas di kepalanya. Ia masih ingat betul bagaimana benda itu melayang dan mendarat di tubuhnya, menimbulkan sakit luar biasa di sana.

Tidak. Ia tidak bisa berada di tempat itu lebih lama.

Keluar dari toilet dengan gerakan terburu, pemilik marga Lee itu tidak berpikir lagi untuk kembali ke tempat di mana dokter yang merawatnya itu meninggalkannya. Yang ada di kepalanya cuma pergi sejuahnya dari tempat itu agar tidak ditemukan oleh orang bersama gesper tadi. Lebih tepatnya pergi sejauhnya agar ia tidak melihat benda itu.

Minho terus melangkah. Tapi, ia tidak tahu pasti ke mana kakinya membawanya pergi. Yang hanya ia tahu adalah pergi sejauh mungkin.

Pemilik marga Lee itu bahkan tidak tahu jika ia sekarang sudah keluar dari area rumah sakit. Di mana tepatnya juga ia tidak tahu.

Ia masih melangkah. Tidak berhenti dan terus melangkah. Hingga sebuah cekalan pada tangannya membuatnya menghentikan langkahnya.

Matanya melotot, berpikir bahwa itu pasti dokter yang bersamanya selama ini. Dokter itu pasti datang untuk menolongnya.

"Dokter, tolongin gu..."

Tapi, pemilik marga Lee itu tidak jadi menyelesaikan ucapannya. Matanya terlanjur melotot kaget karena apa yang ia lihat di depannya.

"Hai, sayang."

Si manis menarik tangannya kuat. Ia harus kabur dari si Seo bangsat yang ada di depannya saat ini.

"Lepasin gue, bangsat!"

Changbin tertawa sinis, ia tidak melepaskan tangan Minho dan malah menguatkan cekalannya.

"Gampang banget lo ngomong," jawab lelaki Seo itu kemudian, "lo pikir setelah gue cape-cape nyari lo, gue bakal biarin lo pergi gitu aja? Gak akan, Lee!"

"Gue bilang lepasin gue!"

"Gak akan! Lo harus bayar semua yang udah lo lakuin."

"Gue gak ngapa-ngapain, bangsat!"

"Gak ngapai-ngapain lo bilang?! Lo udah berani main sama orang lain di belakang gue. Lo harus dihukum untuk itu."

"Gue gak ada hubungan apa-apa sama lo ya, bangsat! Jadi gak ada ceritanya gue main sama orang lain di belakang lo."

"Terus hubungan lo sama dia apa? Dia bahkan cuma bo..."

"Dia pacar gue. Mau apa lo?"

•luciole•

Di tempat sebelumnya, si dokter mengerutkan kening ketika ia pergi ke tempat di mana ia meninggalkan Minho. Ia lalu mengerutkan keningnya saat tidak menemukan si manis di sana. Beberapa kali ia mengedarkan tatapannya ke sekeliling, tapi tidak menemukan lelaki manis itu sama sekali.

Rasa panik dan khawatir mulai datang. Dokter itu mulai tidak tenang saat memikirkan hal terburuk yang bisa saja terjadi. Entah Minho memang kabur atau hanya pergi sebentar, yang jelas ia lebih khawatir jika lelaki itu kembali masuk ke dalam bahaya. Diculik ayahnya, mungkin. Atau diculik orang sialan lain yang juga diwaspadai mereka.

"Ke mana sih?"

Kembali menatap ke sekeliling, dokter itu tanpa sengaja menangkap eksistensi seorang cleaning service yang sibuk dengan pekerjaannya di tempat itu. Ia tahu jika cleaning service itu sudah ada di sana ketika ia datang bersama Minho.

Melangkah cepat, dokter itu pergi untuk menghampiri orang itu.

"Permisi, pak. Saya mau nanya sesuatu."

Cleaning service itu menoleh, menatap si dokter lalu mengangguk kecil, "kenapa ya, dok?" Tanyanya kemudian.

"Lihat orang yang tadi datang sama saya, gak? Yang rambutnya coklat itu."

"Yang duduk di sana dari tadi?"

Dokter itu mengangguk pasti sebagai jawaban.

"Tadi sih masih duduk di situ, terus jalan ke sana. Saya kira dia pasti ke toilet. Tapi habis dari toilet, dia kayak dikejar sesuatu gitu. Sampai lari soalnya."

"Lari?"

"Iya, dok. Kayak orang ketakutan gitu."

"Udah dari tadi gak?"

"Belum lama juga sih, dok. Mungkin kalau dia beneran keluar, masih di sekitaran rumah sakit ini."

"Ya udah, pak. Makasih buat informasinya, saya permisi."

Tanpa menunggu, dokter itu melangkah cepat meninggalkan tempat itu. Ia juga mulai berlari saat pergi ke arah pintu keluar sebelum benar-benar keluar dari area rumah sakit itu.

Sampai di jalanan depan rumah sakit, pandangannya ia edarkan, memindai keberadaan si manis Lee dengan cepat.

Tidak.

Ia tidak boleh kehilangan Minho saat ini. Terlalu berbahaya dan masalah baru mungkin akan datang nanti.

Memilih pergi ke arah kanan, dokter itu terus melangkah dengan tergesa. Ia harus segera menemukan Minho.

Dokter itu terus melangkah dan mulai berlari saat maniknya sudah menangkap eksistensi Minho. Sayangnya, lelaki itu sedang diseret masuk ke dalam sebuah mobil oleh seseorang yang sangat ia kenal.

"CHANGBIN BANGSAT! LEPASIN DIA!"

Sayangnya, dokter itu kalah cepat. Changbin sudah bergerak lebih dulu untuk masuk ke mobil dan membawa Minho pergi.

Tidak akan tinggal diam, dokter itu segera meraih ponselnya dan menghubungi seseorang yang entah sekarang berada di mana. Ia harus cepat jika tak ingin sesuatu terjadi pada Minho.

"Hall..."

"Minho dibawa sama Changbin."

•luciole•





thank you...

l u c i o l e •• banginho/minchanWhere stories live. Discover now