office | i loved working with you, na

566 114 14
                                    

"keputusan kamu udah final, na?"

"iya, kak. apa timing-nya nggak tepat, ya? naja udah cek timeline kerja dan naja pikir, ini waktu yang tepat untuk resign. tanpa naja, tim akademik udah punya kak ares yang jago banget handle semuanya. to be honest, kak ares bahkan lebih ngerti grand design pendidikan dan implementasinya di aksel daripada naja yang kuliah pendidikan. penerus academic content manager bahasa Indonesia yang lagi magang juga kerjanya bagus, kak. selalu deliver on time and on quality. naja juga udah siapin file-file yang berkiatan sama SOP dan guideline kalau memang itu dibutuhkan sama penerus naja nantinya."

"..."

"kak ares?"

"ya ... iya, na. sorry aku daritadi kebanyakan diam. aku cuma ... okay, whats your plan after resign?"

"naja mau fokus menyelesaikan skripsi dan ngerawat ayah."

"oh iya ya ... gimana ayah kamu? all fine?"

"untuk sementara ini, ayah tinggal sama tante naja. karena strok dan cuma bisa berbaring atau duduk di kursi roda, ayah nggak bisa tinggal sendirian. tadinya naja nawarin supaya ayah dirawat sama perawat, tapi ayah merasa nggak nyaman. jadi, sampai naja lulus, ayah tinggal bareng tante naja di solo. dua pekan atau sebulan sekali, naja biasanya ke solo untuk jenguk ayah."

"oke ... kamu mungkin bosan dengar ini. tapi, kapan pun kamu butuh bantuan, tell me ya, na."

"iya, kaka res."

"terus ... skripsi kamu gimana? ada yang bisa aku bantu?"

"all good. naja dapat pembimbing yang suportif banget. waktu skripsi naja agak ketunda setelah ibu meninggal, pembimbing naja ngasih banyak bimbingan suportif secara online. naja lagi ngolah data aja, kak. kalau semuanya lancar, bulan depan naja sidang."

"bulan depan? i'm happy to hear that. it's a long journey ya, na. dan kamu hampir sampai di ujungnya. pas kamu sidang, aku boleh datang?"

"sure. kalau kak nggak repot, datang aja."

"aku bangga banget, na, sama kamu."

"bangga?"

"iya. aku bangga sama kamu. aku paham banget gimana repotnya kuliah sambil kerja. belum lagi, di kerjaan ini juga aku sadar banget banyak tugas yang aku kasih ke kamu. tapi, aku nggak pernah sekali pun melihat kamu mengeluh. even at your worst, after your mom passed away, kamu tetap senyum dan nunjukin bahwa you totally okay. kamu tetap profesional di pekerjaan dan kuliah meskipun aku tau itu bukan hal yang mudah. kamu nggak pernah ngeluh ... atau kamu melakukannya, cuma aku nggak tahu. yang jelas, dari aksel masih jadi benih, kamu di sini ikut tumbuh sampai berbunga. you did your best and i'm like a proud boy—brother."

"thank you, kaka res. naja tumbuh begini juga karena lingkungan aksel yang suportif dan banyak ketemu orang baik."

"ya karena kamu baik. orang baik akan selalu dipertemukan dengan yang baik juga."

"terus ... whats your plan after graduate? balik ke jakarta untuk rawat ayah kamu? atau gimana?"

"naja dan ayah akan ke jogja, kak."

"lanjut S2?"

"iya. sekaligus build start up yang naja pengen buat dari dulu."

"start up apa? bi bidang pendidikan?"

"enggak, kak. industri kreatif. dari dulu, naja mau ngebangun industri kreatif sendiri. banyak orang yang underastimate orang-orang yang kuliah bahasa dan sastra. katanya, peluang kerjanya kecil. penulis buku pajaknya besar, sastrawan karyanya banyak dikritik, jadi ... naja pikir, naja harus ciptain peluang kerja sendiri karena naja mau bisa makan dari karya, kak."

"..."

"selama tiga tahun di aksel, naja buat banyak catatan penting dan berharga. alasan naja tetap di sini, seberat apapun itu, sebingung apapun itu ... karena naja mau belajar. naja belajar people management selama jadi manajer. naja belajar leadership skill dari kak dipta dan kak ares. di sini, naja banyak tumbuh. and i'm very happy with that. it's always nice to work with aksel."

"..."

"kak?"

"iya, na."

"kenapa? ada yang mau kak ares sampaikan?"

"there's one thing. dari dulu mau aku minta. sederhana, sih, tapi selau banyak pertimbangannya."

"apa?"

"tapi sebelum itu, can i ask you one thing ... for the last time, maybe?"

"sure."

"just call me ares, without 'kak'. can you?"

"umm ... agak nggak nyaman bilangnya, kayak ... nggak sopan?"

"it's okay. everyone call me ares. panggilan 'kak' itu terasa seperti sekat. kayak ... kamu masih berhati-hati dan segan di depan aku."

"oke ... ares. Jadi, mau menyampaikan apa?"

"i loved ... working with you. thanks a lot, na. kamu bantu aksel jadi grow juga. semoga, startup kamu berjalan sukses. and if you need a help, call me."

"pasti."

"kapan-kapan, aku boleh nemuin kamu di jogja?"

"sure, kenapa enggak?"

"oke. kamu masih sepolos itu juga ya, na, ternyata. jawab tanpa mikir dan menerka maksud aku yang sebenarnya."

"maksudnya."

"enggak. kalau gitu, sampai ketemu lagi lagi, na. good luck."

• b e r s a  n a j a •

fyi, cerita ini udah hampir sampai di ujungnya! makasi semua yang udah tumbuh bareng naja!

BersanajaWhere stories live. Discover now