31. Middling

71.9K 11.2K 655
                                    

Up 1 chapter dulu ya....yang 1 chapter belum kelar nulisnya 🥲 up tiap hari dan tiap up selalu double itu gak mudah oii. Jadi dimohon untuk rajin vote dan komen biar authornya semangat. Yakin deh pasti jarang ada penulis yang tiap hari double up. Apalagi ini fresh baru mikir bukan hasil simpan di draft jadi maklum klo kadang idenya ngadat 🥲

Btw, makasih untuk yang sudah komen dan spam next dichapter sebelumnya. Maaf gabisa balas satu-satu 🙏🏻


Happy Reading...

𝓣𝓱𝓮  𝓕𝓪𝓽𝓮  𝓸𝓯  𝓘𝓻𝓲𝓷𝓪

"Sial! Panas sekali...." Gerutu Irina.

Helios dan Irina sudah keluar dari hutan yang sebelumnya. Kini mereka sedang berjalan melewati hamparan padang rumput dan ilalang. Tujuan selanjutnya adalah hutan yang berjarak kurang lebih 10.000 langkah dari posisi mereka.

"Sudah tau panas kenapa membalut tubuhmu dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan kain hitam? Itu justru membuatmu semakin kepanasan. Kau juga terlihat seperti perampok." Helios menanggapi keluhan Irina.

"Kulitku akan terpanggang jika aku tidak menutupinya!" Ucapnya diakhiri dengan dengusan kasar.

Irina melirik Helios yang berjalan di sebelahnya. Pria berusia 30 tahun tersebut sedang bertelanjang dada, membiarkan terik matahari menerpa kulitnya. Helios tidak berkenan menggunakan sihir berlari kencang. Sebab, pria itu ingin menyerap energi matahari disela langkahnya. Sial memang!

Yang mengherankan, kulit Helios tetap cerah walau pria itu terlalu sering membiarkan kulitnya terpapar sinar matahari. Tubuh berotot yang tidak berlebihan, berpadu keringat dibawah terpaan sinar matahari membuat Helios terlihat seksi. Irina memukul kepalanya karena sudah terpesona pada tubuh pria cerewet ini.

Helios mengamati Irina, "Kenapa kau memukul kepalamu sendiri?"

Mulut Irina sudah akan terbuka untuk menanggapi pertanyaan Helios, namun di urungkannya. Pandangan Helios dan Irina terpusat ke arah yang sama. Dari sisi kanan mereka muncul segerombolan Antelop, yaitu mamalia yang bentuknya menyerupai kambing dengan tanduk tegak lurus ke atas.

Mata Irina melebar karena puluhan hewan setinggi 3 meter tersebut berlari kencang menuju ke arahnya. Tanah disekeling mereka hingga berguncang, itu hanya Antelop namun besarnya melebihi gajah dewasa. Irina merapalkan mantra sihir berlari untuk segera menyingkir dari posisinya, namun diurungkan karena Helios sudah mengambil tindakan.

Helios menggerakkan tangan untuk memunculkan api yang melintang setinggi 3 meter. Puluhan Antelop seketika berhenti karena terdapat api melintang yang menghalangi langkah mereka, seolah ada kekang yang memaksa untuk berhenti berlari. Antelop-Antelop tersebut menghindari kobaran api yang dapat melukai mereka, kemudian kembali melanjutkan langkah dengan berjalan.

"Apa mereka tingkat satu?" Tanya Helios.

"Ya." Jawab Irina dengan pandangan terpusat pada Antelop yang mulai menjauh.

Irina memekik tertahan karena tiba-tiba Helios menggendongnya. Satu lengan Helios mengelilingi punggung, dan lengan lainnya di belakang lutut Irina.

"Pegangan yang erat." Ujar Helios sebelum merapalkan mantra sihir berlari kencang.

Irina tidak sempat melakukan protes. Kedua tangannya melingkari leher Helios dan ia memilih memejamkan matanya erat.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang