13. | All Eyes On You

15.9K 2K 21
                                    

—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa teman langsung datang menghampiriku kala aku baru saja tiba di tempat acara berlangsung. Selepas terjebak di situasi tidak menyenangkan tadi, akhirnya aku dan Ezra bisa terbebas ketika lift berdenting tanda bahwa kita sudah berada di lantai yang dituju. Aku masih diliputi rasa canggung luar biasa sementara dia terlihat santai-santai saja.

"Jani, serius ini beneran kamu?" Sosok perempuan yang terlihat sangat familiar mendekat ke arahku.

"Bener dong." Aku lantas menyambut pelukan antusias darinya. Dia Kalisa, dulu aku satu kelas dengannya dan menjadi sangat dekat ketika mengerjakan proker yang sama.

"Kamu tau gak sih aku sekarang tinggal di Bandung?" Aku cukup terkejut dengan fakta itu, rupanya aku benar-benar kehilangan kabar teman-teman dekat semasa kuliah. "Demi apa? kok bisa?" tanyaku.

"Ketemu jodoh orang bandung hehe, ikut suami." Bahkan fakta bahwa Kalisa sudah menikah pun luput dariku. "Aku nyariin kabar dan alamat kamu gak nemu sama sekali Jann, jadi aku tebak pasti kamu gak tahu kabar aku udah nikah," lanjutnya. Aku menyadari bahwa ternyata aku sudah terlalu jauh dan terlalu lama menutup diri.

"Kamu makin cantik aja sih, dari dulu aku selalu iri sama kulit kamu, putih banget bersinar." Aku hanya tertawa kecil menanggapi pujian barusan, jujur saja aku orang yang sangat mudah canggung ketika dipuji. "Kamu juga makin cantik Lisa, terus kesini sama suami ya?" tanyaku ingin tahu. "Iya, coba tebak suami aku siapa?" Aku melemparkan tatapan bingung ke arahnya, tidak punya clue sama sekali.

"Kak Dipta, hehehe." Aku kaget, mungkin tidak terlalu kaget karena yang aku tahu mereka sudah berpacaran sejak di bangku kuliah. "Yaampun emang jodoh gak kemana ya, awet banget hubungannya. So happy for you," ujarku tulus.

Aku kenal Dipta suami Kalisa, bukan karena aku juga berteman baik dengannya, aku kenal dia karena dia teman Ezra. Teman Ezra banyak, tapi teman dekatnya yang aku tahu persis itu cuma Dipta dan Rendra. Percakapannya kala itu yang tidak sengaja ku dengar, tidak lain adalah percakapan bersama Dipta dan Rendra.

Jadi bisa kutebak, dua orang itu sangat dekat dan tahu banyak hal tentang Ezra. Mengingat kembali hal itu membuatku tiba-tiba diserang perasaan yang tidak nyaman. Aku rasanya ingin cepat pulang dan tidak ingin bertemu teman-temannya. Apa yang akan ada di benak mereka ketika tahu kali ini Ezra datang bersamaku? Sementara mereka adalah orang-orang yang tahu persis kalau antara aku dan Ezra tidak ada apa-apa.

Beruntung saat ini Kalisa belum melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku terjebak, sedari tadi kami fokus mengobrol tentang kisah-kisah seru di masa kuliah dulu dan soal pekerjaan. Bahkan dia tidak ingin tahu berlebihan soal aku datang bersama siapa. Setelah berjalan memasuki gedung tempat acara ini, aku dan Ezra memang berpisah, dia sadar akan aku yang tidak ingin tersorot jika jalan bersamanya sehingga dia berpamitan untuk bertemu kenalannya.

Sebelum bertemu Kalisa aku juga sudah bertemu beberapa teman lama dan menyapa Mbak Fira yang punya acara beserta Suaminya. Mbak Fira terlihat sangat antusias dengan kedatanganku, membuatku berinsiatif untuk mengundangnya jalan berdua di lain waktu.

The Unspoken Emotions (TERBIT)Where stories live. Discover now