selesai

5.3K 406 72
                                    

Jisung tak percaya jika jalan hidupnya berjalan semulus ini. Semua yang ia cita citakan bisa terwujud di usianya yang masih terbilang muda. Menjadi pembalap ternama, memiliki uang berlimpah, membeli hunian di pusat kota, serta menikahi Zhong Chenle. Pria manis yang sudah mengajarinya banyak hal.

"Zhong Chenle apa anda bersedia?" Ucap sang pendeta setelah membacakan sumpah untuk keduanya.

"Ya, saya bersedia" kalimat yang keluar dari mulut Chenle akan Jisung ingat dengan baik, dan ia bersumpah jika itu akan menjadi kalimat terindah yang pernah ia dengar.

Jisung dapat mendengar suara sorakan dari rekan rekannya disaat ia mulai mencium bibir Chenle. Ini adalah pertama kalinya mereka berciuman di depan banyak orang.

"Thank you" bisik Jisung yang merasa sangat berterimakasih kepada Chenle yang mau melengkapi hidupnya.

Kali ini Chenle tak dapat lagi menyembunyikan semburat malu di pipinya. Ia hanya bisa menahan senyumnya agar suasana masih terasa khidmat.

Setelah selesai melakukan pemberkatan Chenle dan Jisung langsung menemui tamu tamu mereka. Mereka pikir dengan di undangnya dua club yang saling bermusuhan itu akan membuat suasana berakhir gaduh, tapi nyatanya mereka bisa membuat acara ini bisa berjalan lancar, walau mereka masih saling membuat kubu, setidaknya tak ada api panas yang menyulut mereka.

"Jadi gini endingnya?" Goda Gamè pada Chenle yang menghampiri meja yang berisi Jaemin, Gamè dan dua anak buah lainnya.

"Sesuai dugaan lo ngga?" Sahut Chenle.

"Gw kira badai waktu itu bikin kalian mundur, ternyata malah bikin gas ngeng"
"Iri banget gw"

"Ya makanya dicari dong calonnya"
"Tuh mumpung ada club sebelah"

"Dih, bakal jadi Chenle love story jilid berapa nih entar?"

"Tapi kan happy ending" cibir Chenle tak mau kalah.

"Gw ke kamar mandi dulu" pamit Jaemin tiba tiba.

Setelah Jaemin pamit pergi Gamè langsung menghembuskan napasnya dengan kasar.

"Kenapa?"

"Tuh" tunjuk Gamè pada pria yang terlihat berjalan menuju area kamar mandi yang sama seperti Jaemin.

"Masih?"

"Masih, kadang pas kita main masih sering di buntutin"

"Tapi dia ngga ngapa ngapain Jaemin kan?" Tanya Chenle dengan raut khawatirnya.

"Engga, pas acara selesai dia juga langsung pergi, dia juga ngga sampe yang ngikutin Jaemin sampe balik rumah"
"Bahkan kadang pas anak anak banyak yang kumpul tiba tiba aja ada banyak kiriman makanan buat Jaemin, dan gw yakin itu pasti dari dia"

"Gw mau nyusul Jaemin dulu" ujar Chenle yang langsung ditahan oleh Gamè.

"Ngga usah, biarin mereka nyelesaiin masalah  mereka"
"Gw yakin Jeno ngga akan nyakitin  Jaemin"

Ya, mereka tengah membahas Jeno. Seperti yang Gamè bilang jika Jeno masih sering memperhatikan Jaemin. Jeno hanya ingin meminta maaf pada pria kelinci itu. Ia tak ingin Jaemin menyimpan dendam padanya.

Sepanjang acara tadi Jeno sering kali melirik ke arah Jaemin, bahkan sesekai ia akan mendekat dan ingin mengajaknya berbicara, namun selalu di acuhkan oleh Jaemin. Sampai disinilah Jeno sekarang, menunggu diluar kamar mandi agar ia bisa berbicara berdua dengan Jaemin.

"Jaemin" panggil Jeno saat Jaemin baru saja keluar dari kamar mandi.

Namun seakan tau siapa yang memanggil Jaemin tak menggubris panggilan itu dan masih saja melenggang pergi.

Lovely Rival ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang