KKL PART 1

136 11 0
                                    

Selamat membaca...

******

Abbas mendesis jengkel saat menerima pesan dari adiknya yaitu Haris. Perihal uang memang sangat sensitif, Abbas mengabaikan pesan tersebut karena dia masih dendam dengan sikap Haris yang pekan lalu saat dia pulang malah tak mau dia suruh-suruh untuk hal sepele, tapi untuk urusan duit paling cepat.

Seorang gadis di sebelahnya terus memandang dengan bibir merekah senyuman manis. Nilam kekasih Abbas, keduanya bertemu setelah  sekian lama karena kesibukan bekerja.

“Kenapa, Bas?” tanya Nilam pelan juga dengan hati-hati, kekasihnya itu pemarah apalagi jika ditanyai ketika  perasaannya sedang kusut.

Abbas mengangkat kedua matanya dan kepalanya menggeleng, enggan menjelaskan. Nilam menekuk wajahnya dalam karena sebenarnya pertemuan kali ini ada hal yang sangat penting untuk dia bicarakan tapi sepertinya harus tertunda, wajah Abbas tak bersahabat setelah mendapatkan pesan dari Haris. Lelaki itu terus cemberut sambil mengaduk-aduk minumannya.

Bosan adalah sebuah rasa yang sudah Abbas rasakan pada hubungannya dengan Nilam. Dia memang tak pernah menjalin hubungan serius, bergonta-ganti pasangan padahal dia sudah disinggung tentang pernikahan terus-menerus oleh adik perempuannya Nindy. Sudah memiliki pekerjaan tetap di sebuah pabrik dengan gaji tinggi dibandingkan pabrik yang lain, umurnya juga sudah cukup untuk melangkah ke arah serius. Namun, memang mau dikata bagaimana pun jika dia sendiri enggan untuk menuju ke jalur tersebut tak akan ada gunanya singgungan adik atau olok-olok teman-temannya.

Keheningan yang begitu menyiksa, Nilam sudah tak nyaman tapi untuk mengakhiri pertemuan pun dia enggan.

“Kamu semakin berbeda sekarang, Bas.” Nilam memberanikan diri melontarkan sebuah keluhan yang berhasil membuat kedua mata lelaki itu berputar tajam ke arahnya. Gadis itu menciut dan Abbas mendengus.

“Suka sekali memancing emosiku dan menjadikan hal-hal tidak penting sebagai masalah, kamu sudah bosan denganku, Nil? Ya sudah kalau kamu bosan, silakan, aku bebaskan kamu mencari lelaki lain,” tegasnya begitu enteng dan Nilam hampir menangis sambil menggelengkan kepala keras-keras. Sungguh tak pantas sekali perempuan memuja lelaki sampai sebegitunya tapi Nilam sudah benar-benar dibutakan oleh cinta.

“Jangan begitu, Bas. Kamu sudah mengatakan hal itu sebanyak tiga kali dalam seminggu ini, menuduhku bosan dan bosan atau malah kamu sendiri yang merasakannya?” Bibirnya bergetar hebat sambil meremas ujung baju dan netra mulai basah memandang Abbas yang malah membuang muka. “Aku minta maaf, Bas. Aku janji tak akan begitu lagi.” Dia menyeka air matanya cepat.

Lelaki itu diam, sedang menerawang. Mengapa Nilam kuat sekali dengan tingkah lakunya padahal dia sedang berusaha memancing gadis itu agar emosi lalu mengajak putus. Sebuah keberuntungan jika itu kejadian, dia sudah bosan tapi dia tak tahu bahwa Nilam sangat sabar menghadapi sikapnya dan lebih tepatnya kecintaan tak mau kehilangan.

Abbas menatap pergelangan tangannya. Melihat jam yang bahkan sudah mati tak berfungsi, dia pakai hanya untuk bergaya saja.

“Aku harus bekerja, Nil.” Dia memandang malas dan Nilam mengangguk paham. Gagal usahanya untuk mengobrol serius, dia harus sabar dan nanti pasti akan ada waktunya untuk dia bicara. “Kau pulang sendiri, ya? Aku tak bisa mengantar karena motor Sajid mau dipakai,” ia melanjutkan sambil berdiri.

“Tak apa,” singkat Nilam sedih.

Abbas membayar makanan dan minuman yang mereka pesan kemudian keluar dari Restoran. Lelaki dengan paras yang lumayan itu seperti tak pernah mandi berbulan-bulan, dia jorok dan sering kena semprot teman-teman satu kontrakan. Bahkan salah satu temannya yaitu Raze selalu heran karena Abbas selalu saja bisa dapat gadis-gadis cantik walaupun jarang mandi dan dekil. Raze yang merasa lebih ganteng dan bersih merasa percuma saja. Bahkan dia pernah naksir beberapa gadis malah Abbas yang dapat.

Kisah Kasih Luka (TAMAT di Apk Karyakarsa)Where stories live. Discover now