41. Imputation

69.7K 10.7K 2.2K
                                    

Selamat malam 😗

Up 1 chapter tapi cukup panjang karena terdiri dari 2100 kata lebih, hampir kaya 2 chapter 😆

Tidak lupa, author mengucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote, komen atau spam next dichapter sebelumnya. Maaf gabisa balas satu-satu 🙏🏻

Jangan lupa vote dan wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Happy Reading...

𝓣𝓱𝓮  𝓕𝓪𝓽𝓮  𝓸𝓯  𝓘𝓻𝓲𝓷𝓪

"Pangeran! Kau mau membawaku kemana!?" Irina berkata dengan pelan karena banyak pasang mata yang melihat mereka berdua.

Irina kembali bersuara karena Helios tidak menyahut. "Pangeran!"

"Heli!" Desis Irina ketika mengabaikan dirinya, justru kini membawanya untuk masuk ke dalam Istana.

Helios menoleh pada Irina, "Itu tidak sopan, Irina."

"Pesta hampir selesai. Orang tuaku pasti mencariku, Pangeran. Aku harus pulang." Irina mengamati wajah Helios, sepertinya suasana hati pria ini sedang buruk. Apa karena di pesta tadi ia mengabaikan permintaan Helios yang menyuruhnya untuk duduk bersama?

"Aku sudah bilang pada paman, kau akan menginap di Istana malam ini." Helios tidak membual, ia memang sudah meminta ijin kepada Austin. Tentu saja Austin mengijinkan.

Helios membuka pintu kamarnya, membawa masuk Irina.

Mata Irina mendelik kesal. "Dasar pemaksa! Aku tidak mau bermalam disini. Kau harus mengantarku pulang."

"Hmm." Helios mengiyakannya dengan gumaman. Tentu saja ia akan melakukan segala cara agar Irina bermalam di kamarnya.

Irina mengedarkan pandangan seraya membawa langkahnya untuk melihat-lihat isi kamar Helios. Karpet tebal berwarna merah berpadu warna emas mengkilap, mengiringi langkah Irina.

Warna emas berpadu merah mendominasi, memperlihatkan betapa megah kamar ini. Ranjang besar disana memiliki tiang empat. Tiang tersebut untuk menyangga kelambu berwarna merah transparan yang indah. Seluruh ornamen hiasan serta furniture di kamar ini juga mengusung dua warna tersebut yaitu emas dan merah.

Helios menghampiri keberadaan Irina, memeluk wanita itu dari belakang. "Aku merindukanmu." Dari posisinya, Helios mencium pipi Irina.

"Bahkan kemarin kau di rumahku sampai malam hari." Balas Irina seraya mengamati buku-buku yang tertata rapi di meja.

"Tentu saja berbeda. Ada ayahmu, kita tidak bisa bermesraan seperti sekarang." Helios membahas kunjungannya ke rumah Irina kemarin. Sepanjang ia berada di kediaman Pandora, Austin justru selalu mengajaknya berceloteh banyak hal.

Irina mengamati mantel bulu yang tergeletak di meja tersebut. "Pemberian dari orang?" Tebak Irina karena di samping mantel tersebut terdapat kotak yang terbuat dari bahan kayu dan berukir indah. Di dalamnya juga terdapat secarik kertas yang bertuliskan 'Selamat atas kenaikan level sihir Anda, Pangeran'.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang