JiFa-Satu♡

307 62 8
                                    

Hari ini hari Sabtu. Jian seperti biasanya akan menyapu halaman rumahnya setiap sore.

Jian keluar dari rumahnya sambil bersenandung menyanyikan nada pada lagu playlist Naruto yang ia tau.

"Eh, rame banget?" gumamnya saat matanya tak sengaja melihat ke depan rumah Faza.

Di sana terlihat ada 2 motor dan 1 mobil yang terparkir, serta beberapa orang termasuk Faza yang terlihat berkumpul dengan beberapa buku di tengah-tengah mereka yang duduk melingkar.

Pasti sedang ada tugas kerja kelompok.

Jian menatap orang-orang itu yang tengah bercanda dan tertawa keras tanpa menghiraukan buku-buku di sekeliling mereka.

Bukannya lagi kerja kelompok? Kok malah asik mengobrol?

Dari tempatnya berdiri, Jian bisa melihat ada salah satu cowok yang menodongkan gelasnya pada Faza. Dan gadis itu menuangkan jus pada gelas si cowok dengan seuntai senyuman manisnya yang selalu membuat Jian meleleh.

"Kak Faza senyum ke cowok itu?! Ga bisa di biarin!"

Tapi hati, otak dan tubuhnya tidak sejalan. Jika hatinya mengatakan jika ia tidak boleh diam saja saat melihat Faza tersenyum kepada cowok lain, otaknya berkata jika Jian ini siapanya Faza sampai berani-beraninya berpikiran seperti itu? Dan tubuhnya tetap diam di tempat tak bereaksi apapun.

"Ah, Jian cemen. Kak Faza kan cuman senyum, bukan berarti suka. Ayo Jian, semangat! Jangan cemburu! Kamu nyapu aja ayo." Jian akhirnya mengalihkan tatapannya dari sana dan mengambil sapu.

Remaja itu mulai menyapu daun-daun yang berguguran di tanah dengan batinnya yang selalu mengatakan; tidak apa-apa Jian, kamu ga boleh cemburu! Kamu bukan siapa-siapanya kak Faza! Cowok itu juga cuman sekedar temen kerja kelompok aja! Ga lebih!

Jian mengembangkan senyumnya untuk semakin meyakinkan dirinya.

Beberapa menit menyapu, Jian akhirnya selesai. Halamannya sudah bersih dan tidak ada daun yang tersisa. Oke, bagus Jian!

Jian meletakkan sapu dan mencuci tangannya di keran, sebelum masuk ke dalam rumah Jian menoleh lagi ke arah rumah Faza. Memperhatikan selama beberapa menit, hingga Faza ikut menoleh padanya dan melambaikan tangan disertai senyuman manis miliknya. Lalu, Jian membalasnya tak kalah manis, baru setelah itu Jian benar-benar masuk ke dalam dan menutup pintu.

....

Malam harinya, Jian tengah duduk di meja belajarnya seperti biasa. Bukan belajar, cuma duduk saja.

Remaja itu tampak memainkan pulpen di tengah-tengah hidung dan bibirnya, mengapitnya dengan memajukan bibir ke atas sedikit.

"Kak Faza lagi apa ya?"

Malam hari ini, Jian menyetel lagu Sukidara oleh Yuika di playlist nya. Lagu kesukaannya.

"Kakkoi kara sukinan janaii ... sukidakara kakkoi ndayo~"

Lagu yang menceritakan tentang seseorang yang ingin menjadi lebih dekat dan ingin melakukan apapun selain bertukar pesan dengan orang yang disukainya.

Lagu itu cukup untuk menggambarkan Jian.

Jian ingin lebih dekat dengan Faza. Orang yang di sukainya. Tapi untuk keinginan yang lebih seperti pada lagu itu tentang bertukar pesan, Jian tidak seperti itu.

Jian sama sekali tidak mempunyai nomor Faza. Bahkan interaksinya selama ini dengan Faza hanya sekedar saling menyapa dan mengobrol sedikit.

Terakhir ia menghabiskan waktu lumayan banyak dengan gadis itu saat Mami nya pergi tanpa memberitahunya dan ia diajak untuk ke rumah Faza.

"Aaa~ kangen ..."

Jian menidurkan kepalanya ke atas meja dengan tangan menjadi bantalannya. Tapi, saat matanya melihat ke arah jendela balkon, Jian segera menegakkan tubuhnya kembali dan berjalan semangat ke sana.

Aaaa~ Jian ada ide~

Track

Jendela balkon terbuka, Jian melangkahkan kakinya untuk keluar. Lantas tersenyum lebar dengan mata berbinar.

"KAK FAZAAA!"

Jian baru ingat jika balkon kamarnya dan balkon kamar Faza bersebelahan. Dan itu hanya berjarak sekitar  3 jengkal dari pagar balkon masing-masing.

Jian menjerit tertahan saat melihat jendela balkon kamar Faza terbuka. Lantas munculah Faza dengan pakaian tidurnya.

"Jian? Kamu ngapain?"

"Jian mau ketemu kakak!" Jian membalasnya semangat.

"Tadi kan udah ketemu." Faza berjalan ke pagar. Setelah sampai di depan Jian, tangan Faza terangkat mengacak rambut Jian.

"Kan kangen hehehehe." Jian cengengesan.

Faza menggelengkan kepala nya heran. "Ada-ada aja." Jian hanya tersenyum membalas perkataan Faza.

"Kakak lagi ngapain tadi?"

"Ga ngapa-ngapain sih. Kamu?"

"Jian abis belajar." Dusta sekali kau, Jian.

"Ih, rajin banget."

"Emang kakak ga belajar?"

"Udah sih, tadi sore."

"Yang tadi rame itu ya?"

"Iya, kerja kelompok. Sekalian katanya pengen tau rumah kakak."

Jian memasang wajah murung saat mendengar cerita Faza. Ia jadi teringat kejadian yang membuatnya sedikit sedih tadi sore.

"Jian kenapa?"

Pertanyaan dengan nada lembut itu menyadarkan Jian. Remaja itu mendongak dan mencemberutkan bibirnya. "Kak Faza punya pacar ya?"

"Eh?"

Faza mengangkat kedua alisnya kaget. Kenapa Jian tiba-tiba bertanya seperti itu? Lantas karena tidak ingin membuat Jian menunggu jawabannya, Faza segera menggeleng. "Ngga."

Mata Jian bersorot sedikit. "Yang bener? Kakak ga bohong kan?"

Faza tersenyum. "Ngga bohong kok. Kakak emang ga punya pacar."

Jian terdiam mendengar jawaban itu. Sudut bibirnya berkedut ingin tersenyum. Namun sebisa mungkin Jian menahannya.

"Ohh."

"Emang kenapa kok tiba-tiba nanyain itu?"

"Ngga kok, Jian kan cuma nanya. Emang ga boleh?"

Faza segera tertawa melihat wajah polos Jian. "Iya, iyaa, boleh."

Cutie Tetangga! Where stories live. Discover now