26.

2.6K 248 21
                                    

       "Kamu stay di sini sampe kapan Dav?"
       "Besok siang aku udah check out dari hotel. Aku harus pergi ke kota lain buat event fanmeet selanjutnya."

       Tay mengangguk anggukan kepala. Matanya menatap jalanan malam hari yang penuh sesak oleh kendaraan.

       "Tay." Davika memanggil. Tay menoleh dan menatap mantan istrinya itu.

       "Kira kira Nanon bisa maafin aku ngga ya."

       "Mungkin bisa, Tapi ngga sekarang. Nanon butuh waktu buat nerima kenyataan kalau wanita yang dia jadikan penyemangat selama ini adalah ibunya sendiri. Kamu tau? Nanon bener bener mengagumi kamu Dav. Dia mengoleksi poster, Photocard, Apapun itu yang berkaitan tentang kamu."

       "Kamu ngga marah Tay?"
       "Marah buat apa?"

       "Aku tau kamu sakit hati banget sama aku. Aku ninggalin kamu gitu aja dengan seorang anak. Kamu pasti benci kan Tay sama aku? Tapi kenapa kamu ngebiarin Nanon mengidolakan aku? Kalo aku jadi kamu sih udah aku larang dia dari awal."

       Tay tersenyum, Memang benar ia sangat membenci Davika. Bahkan hingga detik ini hatinya masih merasakan sakit. Luka batin Tay tak pernah sembuh sebab ia akan melihat wajah Davika tiap memasuki kamar Nanon.

       "Aku benci kamu, Bukan berarti Nanon juga harus benci kamu. Aku membiarkan dia memilih apa yang dia suka. Lagipula sejak sakit Nanon jadi lebih sering berada di rumah sementara aku harus tetap bekerja. Kamu memberinya semangat baru untuk terus bertahan melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya. Untuk itu aku mengucapkan terima kasih banyak Dav, Walaupun mungkin setelah ini semuanya berubah."

       "Iya Tay aku ngerti kok. Mana mungkin Nanon mau mengidolakan perempuan sejahat aku? Ngga papa kok. Pernah menjadi alasan Nanon tersenyum dan semangat untuk terus berjuang aja aku udah seneng. Oh iya Tay, Anak yang namanya Ohm itu... Beneran pacarnya Nanon?"

       "Bener, Kenapa? Kaget ya?"
       "Kamu membiarkan anak kita jadi gay?"

       "Lebih tepatnya aku membiarkan Nanon memilih jalannya sendiri.

***

       "Nanon pasti patah hati banget ya Ohm. Dia kecewa sama dua figur yang berbeda tapi orang yang sama." Ucap Love. Ia memperhatikan Nanon yang akhirnya terlelap setelah cukup lama menangis.

       "Pasti sih, Apalagi lo tau sendiri sesuka apa Nanon sama Davika, Dan sebenci apa Nanon sama sosok ibunya. Siapa yang nyangka mereka berdua adalah orang yang sama."

       Tangan Ohm mengelus kepala Nanon dengan sangat hati hati. Melihat Nanon tertidur dengan mata sembab membuat Ohm tak tega.

       "Cepet sembuh ya anak baik, Buktiin kalo Nanon bisa setegar karang." Tutur Ohm sambil terus mengelus kepala Nanon.

       Love tersenyum, Meski banyak hal yang tidak berjalan dengan baik, Setidaknya ada satu hal baik untuk Nanon. Hal baik itu tak lain dan tak bukan adalah Ohm, Orang yang sangat Nanon cintai.

       Tak lama kemudian Tay kembali. Ia menghampiri putra kesayangannya itu. Perhatiannya teralih pada tangan Ohm yang terus menggenggam erat tangan Nanon.

       "Ohm, Makasih ya." Ucap Tay.
       "Ah, Nungguin bentar doang pake makasih segala, Yah. Kaya sama siapa aja."

       "Bukan, Bukan karena kamu udah nungguin Nanon selama ayah pergi. Tapi karena kamu akhirnya menerima cinta tulus anak ayah. Ayah mau berterima kasih untuk semua perhatian yang udah Ohm berikan pada Nanon."

       "Aku juga mau berterima kasih sama ayah, Karena Ayah Tay udah jadi ayah yang hebat untuk Nanon."

       Mereka berdua saling melempar senyum. Kedua laki laki ini sangat menyayangi Nanon.

       "Karena ayah udah disini, Love sama Ohm bisa pulang sekarang. Kalian capek kan? Apalagi besok harus sekolah."

       "Om Tay ngga papa disini sendirian?" Tanya Love, Tay mengangguk meyakinkan. Mereka berdua kemudian berpamitan untuk pulang. Memang sangat melelahkan setelah seharian mengikuti acara fanmeet.

       Sepeninggal Ohm dan Love, Kamar menjadi sunyi. Dalam kesunyian ini Tay merenung, Membayangkan akan sehampa apa hidup Nanon jika anak itu berhenti mengidolakan Davika.

       "Kejadiannya ngga akan seperti ini kalo Davika bukan ibu kamu Nak..." Gumam Tay.

***

       Pukul 22.45, Tay tertidur diatas kursi samping tempat tidur Nanon. Kalau boleh jujur, Tay juga sangat kelelahan. Ia harus berangkat pagi untuk bekerja, Setelah itu dirinya langsung datang ke rumah sakit, Menemani anak kesayangannya.

       "Ayah..." Tay terbangun saat suara lirih Nanon memanggilnya. Nanon menutup mulutnya dengan telapak tangan.

       "Nanon kenapa? Mau muntah ya? Bentar bentar." Dengan sigap Tay mengambil wadah yang memang sudah disediakan. Ia memijit tengkuk Nanon untuk membantu Nanon mengeluarkan muntahan. Hal ini terjadi karena efek samping kemoterapi. Nanon jadi sering mual dan muntah.

       Seolah seisi perut hendak keluar, Nanon terus memuntahkan cairan dalam tubuhnya. Nanon ingin berhenti, Namun perutnya terus merasakan mual. Tay sendiri mulai panik karena Nanon tidak berhenti muntah meski anak itu sudah terlihat sangat lemas. Napas Nanon tersenggal, Ia bersandar di tubuh sang ayah.

       "Udah?" Tanya Tay. Nanon menggeleng, Beberapa detik kemudian ia kembali mengeluarkan cairan dari mulutnya.

         Nanon benar benar kehilangan tenaganya. Ia masih merasakan mual, Namun muntahannya sudah tidak mau keluar. Tay membelai lembut bahu Nanon, Ia mencium puncak kepala putranya sebagai bentuk dukungan.

       "Aku cape yah..." Rintih Nanon. Matanya perlahan terpejam, Nanon tak sadarkan diri. Cepat cepat Tay menekan tombol untuk memanggil suster. Tak lama suster datang, Nanon langsung mendapat penanganan.

       Satu jam kemudian Nanon akhirnya kembali tertidur. Ia tertidur dengan bantuan selang oksigen. Rasanya amat menyakitkan menyaksikan Nanon menderita seperti ini. Kalau bisa, Tay mau semua rasa sakit yang Nanon rasakan dipindahkan ke tubuhnya. Ia rela menanggung rasa sakit itu asal putranya baik baik saja.

       Tay menangis tanpa suara, Dan itu rasanya jauh menyakitkan. Ia berusaha agar tidak membangunkan Nanon namun Tay juga tak sanggup menahan air matanya. Dibalik ketegaran yang Tay perlihatkan di hadapan semua orang, Ia hanyalah seorang ayah yang sangat takut kehilangan putra kesayangannya.

      

Haiii jangan lupa vote yaa, Double up?

AKU TAK SETEGAR KARANG ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang