44.

2.9K 250 49
                                    

       Ohm baru selesai mandi, Ia sedang bersiap siap untuk pergi ke sekolah. Rencananya sepulang sekolah Ohm ingin mengunjungi Nanon di rumah sakit. Dengan kondisi bertelanjang dada, Ohm bercermin. Ia mengagumi wajahnya sendiri yang bisa dibilang cukup tampan.

       "Yaelah perut buncit aja lo pamerin." Ujar Win yang tiba tiba masuk. Mereka memang memiliki kamar yang sama, Dengan kasur yang berbeda. Ohm mendecih, Mulut kakaknya memang selalu seperti itu.

       "Ini lukisan kalo ngga lo kelarin mending lo balikin ke rumah Nanon deh, Udah tau kamar kita sempit malah nimbun barang."

       "Siapa yang bilang mau gue kelarin? Lukisan ini gue simpen biar pas Nanon sembuh gue bakal minta dia kelarin lukisannya disini. Kalo ngga selesai nanti Nanon tidur disini, Lo tidur di luar." Tutur Ohm sembari memakai atasan seragamnya.

       "Najis banget lo, Kasian Nanon punya pacar mesum."

       Ohm hanya tertawa, Sangat mudah membuat Win emosi. Mata Ohm menatap lukisan milik Nanon yang ia ambil kemarin.

        "Woi bolot, HP lo bunyi tuh." Seru Win.
        "Gue denger nyet, Waduh ayah mertua, Mulut lo diem dulu ya, Jangan ngomong macem macem ntar Ayah Tay tau kalo gue punya abang yang mulutnya toxic."

       Win mencibir, Ia kembali dengan kesibukannya sendiri tanpa mempedulikan Ohm yang kegirangan karena ditelpon ayah Nanon pagi pagi begini.

       "Halo Ayah Tay, Iya nih mau berangkat sekolah tapi nanti pulang sekolah mau ke rumah sakit buat nemenin Nanon. Nanon udah mendingan kan yah?"

       "Ohm, Nanon udah ngga sakit lagi."

       Ohm mematung dengan tangan yang masih menggenggam ponsel. Ia menatap lukisan Nanon yang kini ditinggal oleh Tuannya. Win merasa bingung melihat reaksi Ohm usai menerima telepon dari Tay.

       "Ohm, Lo ngga papa? Ohm!" Win berteriak dan menghampiri adiknya saat Ohm jatuh terduduk. Tangan Ohm bergetar, Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Tay.

       "Ohm? Kenapa? Nanon baik baik aja kan?" Ohm menggeleng. Ia memeluk tubuh kakak laki lakinya dengan begitu erat.

       "Bang Win, Nanon udah ngga ada..."

***

       Dengan linangan air mata Davika menyetir mobil. Ia menangis, Mengkhawatirkan kondisi Nanon. Berulang kali dirinya menelpon Tay namun tak diangkat. Setelah mendapat kabar dari Tay, Davika langsung meninggalkan lokasi syuting tanpa sepatah kata terucap. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Berharap dia tak terlambat. Sayangnya perjalanan dari satu kota ke kota lain membutuhkan waktu.

       Usai menempuh perjalanan beberapa jam, Davika akhirnya tiba di kota tersebut. Ia segera menuju rumah sakit tempat Nanon biasa dirawat. Wanita itu memarkirkan mobilnya dan bergegas untuk memasuki rumah sakit.

       Sebelum masuk Davika menelpon Tay sekali lagi. Kali ini Tay mengangkatnya.

       "Halo Tay, Kamar Nanon ada dimana? Aku udah sampe rumah sakit."

       "Ke rumah aja Dav, Nanon udah pulang."

       Hanya kalimat singkat itu yang keluar dari mulut Tay sebelum ia menutup telepon. Tanpa membuang buang waktu Davika langsung pergi meninggalkan rumah sakit dan pergi menuju rumah Tay.

AKU TAK SETEGAR KARANG ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang