49. Suicide

53.6K 9.1K 2.1K
                                    

Selamat malam, ada yang belum tidur? Baru up karena baru kelar nulis. Ini juga belum sempat revisi, kalau ada salah kata mohon diingatkan 😉

Tidak lupa author ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote, komen atau spam next dichapter sebelumnya. Maaf gabisa balas satu-satu 🙏🏻

Jangan lupa vote dan wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Happy Reading...

𝓣𝓱𝓮 𝓕𝓪𝓽𝓮 𝓸𝓯 𝓘𝓻𝓲𝓷𝓪

Hampir 14 jam Irina tidak sadarkan diri. Karena posisi Irina saat ini berada di Istana, Regina dan Ruby memilih bermalam di Istana untuk menemani Irina.

Pintu kamar tersebut diketuk dari luar. Ruby bangkit dari posisinya untuk melihat siapa yang datang. Sosok Hector yang dilihatnya begitu pintu terbuka.

"Irina belum sadar?" Kedatangan Hector kemari memang untuk melihat apakah Irina sudah sadar atau belum.

Ruby menggeleng sebagai jawaban. "Pangeran, aku ingin berbicara denganmu."

Hector mengangguk kemudian berjalan menjauh dari pintu. Mereka memilih mengobrol dibangku yang terletak tidak jauh dari kamar yang ditempati Irina.

"Ada apa, Ruby?"

"Ini masih pagi dan kau sudah berada disini. Apa Irina sepenting itu bagimu, Pangeran?" Ruby berkata dengan nada ciri khasnya yaitu lembut. Tapi perkataannya barusan tersirat sindiran.

"Jangan mulai, Ruby. Aku sedang tidak ingin berdebat." Entah mengapa ia merasa bahwa Ruby berubah menjadi sosok yang menyebalkan.

"Sejak pertemuan terakhir kita hingga hari ini, kau tidak pernah menemuiku. Bahkan kemarin kau ke rumah bukan untuk menemuiku tapi karena mencemaskan Irina." Keluhan Ruby adalah kenyataan. Biasanya, Hector selalu menyempatkan diri untuk menemuinya. Atau sekedar mengantar atau menjemputnya ke atau dari rumah guru Lamont. Namun semenjak hubungan Hector dan Irina membaik, pria ini berubah, mengabaikannya begitu saja.

"Ruby, kau juga tau jika Helios pergi ke gua dimensi, semua tugas-tugasnya dilimpahkan padaku. Waktuku cukup tersita karena hal itu." Hector tidak membual, kemarin-kemarin ia memang sibuk.

"Tapi saat mendengar kabar tentang Irina, kau bisa menyingkirkan segala kesibukanmu, Pangeran..?" Ruby kembali menyindir.

"Aku mendapat kabar jika Irina sakit, karena itu aku segera bergegas melihat keadaannya." Hector menghela napas, "Sebenarnya apa inti dari pembicaraanmu, Ruby?"

Keraguan atas hubungannya dengan Ruby memang sempat melanda. Namun setelah pertemuan terakhir mereka tempo lalu, Hector tidak ingin mengulangi kesalahan sama untuk yang kedua kalinya yaitu menyakiti perasaan wanita. Karena itu ia memilih melanjutkan hubungannya dengan Ruby. Dan sekarang ketika dirinya mencemaskan Irina, hanya cemas dan memposisikan Irina sebagai sahabatnya bukan yang lain, Ruby justru tidak terima.

"Aku cemburu, aku cemas andai kedekatanmu dengan Irina membuat hubungan kita renggang. Bahkan kalian berpelukan. Itu menyakitiku, Pangeran." Suara Ruby mulai tercekat, lidahnya terasa kelu. Sekuat apapun berusaha untuk tidak cemburu, melihat pria yang dicintai memberikan kenyamanan pada wanita lain melalui pelukan, rasanya tentu saja menyesakkan dada.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang