10. Turbulence

130 28 2
                                    

Braakkk.. Brakk..

Bukan karena alarm, Hyunjin terbangun karena suara ketukan pintu rumahnya yang begitu memekik telinga.

Dengan kesadaran yang belum begitu penuh ia segera bangun dari tempat tidurnya.

Pintu telah ia buka, betapa terkejutnya ternyata tuan Jiyong sudah berdiri di depan pintu rumahnya.

"Whoa.. tuan, anda masih ingat rumah ini rupanya"

Tanpa menjawab, tuan Jiyong mendorong Hyunjin lalu mengambil cengkraman pada kaos yang Hyunjin kenakan.

"Berhentilah berbasa-basi, apa kau membuntutiku sejak lama?"

"Bukankah sudah ku jelaskan semalam, aku bahkan tidak tahu jika anda orangtua Minji"

"Kau pikir aku akan percaya padamu?"

"Tenanglah tuan, kenapa jadi anda yang begitu marah?"

Tuan Jiyong melepaskan cengkramannya, dan sedikit membenarkan posisi dasi yang ia kenakan.

"Jika benar begitu, maka jauhilah putriku" tegas tuan Jiyong pada Hyunjin

"Apa putri atau istrimu tahu akan hal ini?"

"Apa yang kau bicarakan? Jangan libatkan istri dan putriku!"

"Hehehh.. lalu untuk apa anda datang kemari, menemui noonaku? anda bahkan tidak datang di pemakamannya"

"Berhentilah mengungkit masa lalu!"

"Apa?! kau telah membunuhnya dan menyuruhku tidak mengungkit masa lalu?!" nada bicara Hyunjin seketika berubah, ia juga tidak lagi menggunakan sapaan formal.

"Apa maksudmu? apa kau melihatku menusuknya atau menikamnya? ada-ada saja" tuan Jiyong tertawa kecil mendengar tuduhan Hyunjin.

"Kau meninggalkannya, membuatnya depresi hingga meninggal. Sekarang aku tahu sebab kau meninggalkannya"

"Apa yang kau tahu, katakanlah!" tantang tuan Jiyong.

"Kau pria licik, ternyata kau sudah beristri ketika menjalin hubungan dengan noona"

Mendengar penjelasan Hyunjin, tuan Jiyong tertawa kecil.

"Dengarkan, bukankah wajar seorang pria datang ke club malam? menghilangkan penat setelah banyak pekerjaan yang begitu menguras tenaga."

"Lalu apa hubungannya dengan noona?" tanya Hyunjin penasaran.

"Apa kau tahu pekerjaan noona-mu?"

Tak ada jawaban dari Hyunjin, tuan Jiyong pun melanjutkan ucapannya.

"Saat itu noona-mu datang ke mejaku, menawarkan dirinya, sampai sini apa kau paham?"

Lagi-lagi Hyunjin tak menanggapinya, namun raut wajahnya terlihat begitu penasaran.

"Kau tahu? noona-mu adalah seorang pelac..........."

Belum sempat tuan Jiyong menyelesaikan kalimatnya, Hyunjin melayangkan pukulan tepat pada pipi tuan Jiyong.

"Tidak pantas kau menyebutnya begitu jika kau sendiri bukanlah orang yang suci"

"Aku hanya menyampaikan yang sebenarnya, anak muda. hahaha.." tuan Jiyong menyeka ujung bibirnya yang berdarah karena pukulan Hyunjin.

"Kau begitu menjijikkan, lalu mengapa kau masih lanjut menjalin hubungan dengan noona, bahkan kau sudah beristri saat itu" Hyunjin murka.

"Sssttt.. Noona-mu yang selalu mengejarku, ia terobsesi padaku karena ia tahu jika aku orang kaya. Bahkan menyuruhku untuk menceraikan istriku, itu sebabnya aku meninggalkannya." terang tuan Jiyong

"Jika sekarang putrimu juga terobsesi padaku, maka aku bisa melakukan apa yang dulu pernah kau lakukan pada noona, kan???" dengan santai Hyunjin menanggapi ucapan tuan Jiyong.

Sekarang giliran tuan Jiyong yang melayangkan pukulan pada Hyunjin.

Bruuuggghhhh....

Hyunjin tersungkur, tak dapat menahan pukulan tuan Jiyong yang begitu keras.

"Berani kau melakukan sesuatu pada putriku, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri." ucap tuan Jiyong murka.

"Lalu putrimu sendiri yang akan menggagalkan rencanamu untuk membunuhku" jawab Hyunjin dengan menarik sudut bibirnya.

"Kurang ajar! Tinggalkan Minji, atau aku....."

"Atau apa tuan? Putrimu begitu terobsesi padaku. Cobalah menyuruhnya untuk meninggalkanku."

"Kau begitu percaya diri, kau bahkan tak punya apa-apa."

Sekali lagi tuan Jiyong mendorong Hyunjin hingga terjatuh.

.

Knock knock~~

Tatapan keduanya beralih pada sosok yang berdiri di depan pintu.

Tatapan keduanya beralih pada sosok yang berdiri di depan pintu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hyunjin-ah???"

Yeji segera masuk dan menghampiri Hyunjin yang tengah ada di lantai.

"Gwenchana? ada apa ini?" tanya Yeji sambil memegangi Hyunjin.

"Hidungmu berdarah" Yeji mengusap darah di batang hidung Hyunjin.

Melihat pemandangan tersebut tuan Jiyong mengangkat satu alisnya, seakan menyimpulkan sesuatu.

"Kau sama saja sepertiku. Jangan dekati putriku lagi!!! Paham?!"

Kemudian tuan Jiyong keluar meninggalkan rumah Hyunjin.

"Putri? Dia ayah dari kekasihmu?"

"Ya, dia juga kekasih mendiang Jennie noona dulu"

"Apaaaa???!!!!!" Yeji terkejut mendengar jawaban Hyunjin.

"Lucu sekali bukan? sungguh aku tak paham dengan semua ini." ucap Hyunjin sambil menertawan dirinya sendiri.

"Tenanglah, ceritakan nanti saja." Yeji menenangkan Hyunjin sambil mencoba memeluknya.

Hyunjin membalas pelukan Yeji, dan memendamkan wajahnya pada bahu Yeji.

"Aku tidak tahu Yeji-ya, aku tidak tahu harus bagaimana."

"Ssttt.. sudahlah, jangan terlalu dipikirkan dulu."

Yeji memeluknya lebih dalam,

Yeji menyukai kesempatan ini,

Ia berharap Hyunjin dapat kembali ke pelukannya lagi dengan segala perhatian yang akan ia berikan atas kejadiaan ini.









*** to be continued ***

Sudah mulai kesal belum? Hehe..
Terima kasih ya yang sudah membaca,
Mohon votenya.

GOD'S SCENARIO (Minji - Hyunjin) ✔Where stories live. Discover now