Pretty Savage

450 119 44
                                    


Disclaimer ~ Masashi Kishimoto
Warning: AU, OOC, Typo

Cerita ini di buat hanya untuk bersenang2 saja.
Don't Like Don't Read

.

.

.

Cuaca masih terlampau pagi ketika ibu mengantar Hinata ke sekolah.
Sebelum turun dari mobil, ibu menyerahkan satu kantong paper bag berwarna gelap untuk diserahkan pada Kurenai-sensei.
Hinata tidak pernah lupa awal bulan merupakan hal yang wajib baginya untuk menyerahkan hadiah kecil dari ibu.
Hanya rahasia di antara mereka berdua. Karena akan berdampak buruk jika ketahuan wali siswa sering memberi hadiah terhadap seorang pengajar. Dan itu bisa merusak reputasi Hinata.

Langkah kakinya terasa ringan melewati gerbang sekolah yang masih sepi. Hanya terlihat beberapa siswa lalu-lalang. Bahkan siswa kedisiplinan pun belum datang sama sekali.
Setelah melewati loker, kaki jenjangnya menuju gedung sayap kiri pada gedung ekstrakurikuler.
Tampak ia sedang mengambil kunci pada saku blazernya.
Saat pintu ruang Klub Membaca terbuka sepenuhnya, ia melangkah gontai sembari menghempaskan tubuhnya dengan nyaman pada sofa yang tersedia.

...

Sedikit lama Hinata mengamati paper bag ditangannya. Lalu kemudian membuka dan mengeluarkan salah satu isinya. Seperti yang sudah-sudah. Sebuah tas mewah keluaran salah satu brand ternama. Tentu itu juga menjadi favorit Kurenai-sensei setelah diberi hadiah sejak lama oleh ibu Hinata.
Ia mengamati tas yang dipegangya saat ini. Keluaran brand Gucci jenis chain strap bag berwarna abu cokelat dengan rantai ukuran medium. Tidak buruk.

Hinata akui ibunya punya selera yang bagus untuk ukuran seorang CEO. Namun tas itu tidak menarik perhatiannya sama sekali. Ia lebih tertarik pada satu lagi 'hadiah' yang terdapat pada dasar paper bag gelap itu.

Dirabanya perlahan serta merta mengeluarkan sebuah amplop cokelat yang terasa sedikit tebal.
Dengan hati-hati Hinata mengeluarkan beberapa lembar uang tunai, yang hampir separuh isi dari amplop tersebut. Setelah itu memasukkannya pada dompet, lantas ia merapikan kembali amplop serta tas dan meletakkannya di atas meja milik kurenai-sensei.
Tak lama, Hinatapun melenggang pergi seakan tak terjadi apa-apa.
Langkahnya berbelok ke arah toilet di gedung ekstrakurikuler. Masuk pada salah satu bilik toilet, dan menguncinya.

Ini bukan pertama kalinya bagi Hinata melakukan hal itu. Setiap awal bulan, hingga ia lupa kapan tepatnya siklus yang sama akan terulang kembali. Awalnya rasa gugup dan bersalah menyelimuti dan menghantuinya saat itu. Namun seiring berlalunya waktu ia akhirnya mulai terbiasa.

Ketika pertama kali melakukannya, tentu sang gadis berparas jelita takut luar biasa. Bagaimana kalau ketahuan? Hukuman apa yang akan didapatkannya? Apakah akan ada rumor jahat mengenai dirinya?
Dan selama seharian itu ia menunggu. Tetap bungkam menjalani hari seperti biasa.
Setelah menunggu berhari-hari, seminggu bahkan masuk satu bulan dan tidak terjadi hal apapun. Di saat itulah Hinata yakin, bahwa ibu maupun kurenai-sensei hanya terlibat sebagai pemberi dan penerima 'hadiah' tanpa pernah repot saling bertanya, barang apa dan nominal berapa yang terdapat pada paper bag setiap awal bulan.

.

Hanya satu hal menyebalkan yang akan terjadi setelah ini. Selalu. Dan itu tidak bisa Hinata cegah.

"Hoeeek.... " rasanya hampir seluruh sarapannya dimuntahkan sekaligus. Sambil terduduk lemas dan kepala menjorok ke kloset, Hinata kembali memuntahkan isi perutnya untuk ke sekian kali.
Suatu waktu Hinata pernah berpikir. Barangkali, ini disebabkan oleh alam bawah sadarnya yang merasa bersalah telah menyangkal melakukan hal buruk.
Namun tetap saja ia tidak peduli. Persetan dengan alasan alam bawah sadar dan tetek bengeknya.
Hinata butuh uang yang banyak. Mengambil sedikit 'hadiah' untuk kurenai-sensei menurutnya bukan suatu kejahatan. Toh, ibunya lah yang memberikan 'hadiah'. Jadi, apa salahnya membagi dua?

School : The Beginning [✔️]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora