Chaos in the Fish District

234 70 62
                                    

Kemenangan tidak akan selamanya tersemat
Sesekali kekalahan akan singgah di waktu tak terduga
Tujuannya hanya satu; agar hidup terasa lebih manusiawi

🍁 School : The Beginning 🍁









Erangan terdengar di sepanjang jalan lengang nan dingin.
Menjadi satu-satunya sumber suara pada distrik yang mulai senyap akan aktifitas di malam hari.

"Shit ... i fell suck for being here. Ya Tuhan."

Jika kalian mengira itu adalah keluhan yang dilontarkan oleh Shion, maka kalian terlalu dini untuk menyimpulkan.
Gadis itu justru lebih tenang.
Dia tampak biasa saja, walaupun sesekali mengernyit saat merasa alas kakinya menginjak sesuatu yang lembek dan lengket. Malah terkadang terasa kasar dan berduri.
Dia sudah biasa menanganinya di rumah keluarga mereka.
Mengolah mahluk licin berlendir itu sebagai lauk untuk teman makan.

Sekian lama berteman dengan dua gadis yang melangkah di depannya, Sakura mendapati fakta baru lagi mengenai Hinata.
Gadis anggun sekaligus hebat dalam memanipulasi lawan bicaranya, ternyata merupakan musuh sejati dari mahluk laut berlimpah omega tersebut.
Ketika ditanya mengapa, ia hanya menjawab sepintas dan tanpa niat dengan wajah datar.

"Trauma masa kecil. Aku hampir mati tersedak duri ikan yang tidak higienis diproses."

Kenyataan pahit itu dipaparkan secara lugas, tidak dikurangi atau dilebihkan.
Sempat hidup kekurangan semasa di Sekolah Dasar, mengharuskan Hinata memakan segala jenis pangan apapun yang tersedia di meja makan.
Parahnya, Kaguya sang ibu tidak terlalu pandai soal perdapuran duniawi makin menambah penderitaan.
Alhasil, Hinata pun seringkali menemukan hal-hal aneh pada masakan ibunya.
Terutama duri ikan. Mahluk laut berinsang itu hampir selalu hadir di setiap menu harian mereka.

Terkutuklah segala iklan komersil yang mengagungkan beragam jenis minyak ikan; yang katanya bisa membuat otak pintar.
Tanpa perlu merogoh kocek, Kaguya justru menyediakan hewan penghasil minyaknya secara langsung; ikan itu sendiri.
Utuh, minim proses, tapi menyimpan sejuta duri yang membuat Hinata muak dan trauma.





...





Senekat, segila apapun Sakura mencetuskan pemikiran tentang Hinata, tetap saja gadis itu hanyalah manusia biasa seperti kebanyakan para gadis lainnya; bersikap begitu manusiawi.
Walaupun sebenarnya, raut wajahnyalah yang mencerminkan semua hal itu.
Merasa jijik terhadap lendir pun sisik-sisik ikan sewarna perak nan menyerpih, di sekitar trotoar yang mereka tapaki.

Begitu pula bau amis khas. Menguar tajam di sepanjang jalan yang diterbangkan oleh angin malam. Serasa membikin perut bergejolak mual ingin muntah.
Ditambah lagi, pengalaman pahit di masa lalu kian memperparah keengganan untuk berada lebih lama di distrik ini.

Tidak ada satu pun nama yang ingin disalahkan atas kehadiran mereka bertiga di sini.
Pada Distrik Ikan, yang sepenuhnya dibatasi oleh sekumpulan air laut yang tercium asin.
Anggap saja ini ulah konspirasi semesta ... dan campur tangan nafsu.

Ketiganya lah yang patut disalahkan, jika ingin cari biang keladi.






🍁 School : The Beginning 🍁






Hinata bergidik dengan tatapan horor. Ini pertama kalinya dia menginjakkan kaki, pada distrik yang tak pernah sekalipun terbesit akan dia kunjungi sebagai tempat bekerja, apalagi tujuan berwisata.

School : The Beginning [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang