Hati (tak) Bertuan 17

187 34 15
                                    

Sebab banyak yang pengen update cepat sebab sepenggal kisah kelam diolah TKP oleh author. Akhirnya author kalah dan cepetan lanjutin cerita.

Sudah siap sista?

Boleh kasih aku api? 🔥🔥🔥

Yuk, kita bakar bakar lagi..
.
.
.
.
.
.
.
.

Jangan berkedip ya..

🎬📸

Author Sarrang Hae.....♥️

Im
.
.
.
.
.
.

Dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring marmer ikut meriuhkan suasana makan malam dimana gadis berkaos pink itu tampak sangat ceria. Bibirnya tak lekang dari senyum yang sedari kehadiran Bhumi terus bertengger di sana. Sesekali ia memuji betapa nikmatnya rasa menu makanan yang bundanya sajikan malam ini.

Dan Bhumi hanya akan setuju dengan apapun yang gadis itu ungkapkan. Entah karena mereka memang sepakat dan sepemikiran, atau memang agar gadis itu semakin bahagia di hari ulang tahunnya.

Riuh Mentari semakin menjadi kala Bulan menghadirkan kue buatannya yang Mentari belum melihatnya sama sekali. Maksudnya, Mentari pernah melihat itu di televisi atau di banner di jalan maupun di sosial media. Mentari hanya belum pernah melihatnya sedekat ini. Dan itu adalah miliknya. Kue ulang tahun pertamanya, di usianya yang ke lima belas tahun.

Sedih memang. Ah, tidak tidak. Mentari tidak boleh sedih di hari ulang tahunnya. Ini adalah hari yang sangat istimewa. Jika dulu ia tak seberuntung sekarang, ia bisa apa? Memang beginilah jalan takdir mereka. Begitu selalu yang dikatakan bunda. Jadi Mentari tak akan menyesali apapun di masa lalu. Tak boleh.

Gadis itu memejamkan matanya dan bersoa dalam diamnya. Lalu sang ayah memintanya meniup sebuah lilin kecil tanda bahwa gadis itu telah melewati lima belas tahunnya dan menyongsong tahun selanjutnya.

Dengan sedikit bingung Mentari memegang pisau kue yang terbuat dari bahan plastik itu dan masih belum menentukan bagian mana yang akan ia potong. Sang bunda menggeleng pelan dan membimbingnya memotong kue dan membaginya di atas piring kertas yang telah Bulan siapkan dengan garpu plastik agar tak perlu mencucinya. Sebab krim dalam kue ulang tahun biasanya terlalu lengket dan susah dibersihkan.

"Om mau makan kue.ulang tahun aku, kan?" Tanya Mentari pada Satria yang dijawab dengan senyum dan sebuah anggukan.

"Soalnya tadi om nggak mau makan,nggak mungkin, kan, om puasa?" Lanjut Mentari sambil menyajikan sepotong kue dengan keju dan coklat dan krim putih diatasnya lalu tersenyum dengan manisnya kepada Satria.

Satria terhenyak melihat senyum itu. Sangat manis. Lalu bibirnya terkekeh "Terimakasih banyak Mentari." Ucap Satria lalu memotong kue miliknya lalu memakannya. Manis, seperti Mentari.

Lalu ia lanjutkan acara makan kue yang sebenarnya ia sangat tak menyukai makanan manis apalagi krim. Namun melihat bagaimana gadis manis itu menyajikannya dengan ceria dan senyum manisnya, Satria jadi ingin memakan apapun yang gadis itu berikan. Bahkan jika itu makanan pedas yang Satria sangat anti memakannya.

***

Bhumi menjelaskan beberapa hal yang menurutnya penting untuk Satria ketahui. Ia cukup membuka lembar yang tadi telah ia lipat kecil di ujungnya. Matanya yang berbingkai kaca baca kini tengah fokus melaporkan hasil kerjanya kepada pemilik saham terbesar di PT perusahaannya yang enggan menjabat menjadi direktur.

Sebab kalau dia mengambil jabatan itu, Satria bilang perusahaannya yang  telah ia rintis siapa yang akan mendirekturinya? Benar juga, sih.

"Lo nggak papa sama Bulan yang sudah_____" Satria menghela napas panjang, bingung melanjutkan kata-katanya.

Hati (Tak) Bertuan (On Going)Where stories live. Discover now