34. A TRAP

752 117 27
                                    

"Sena! Kamu udah masuk? Ehh kamu tau kemarin Jaemin—"

BRAKK

Tubuh Jisung yang ingin mendekati Sena tiba-tiba terdorong ke belakang begitu kuat, membuat satu kelas menahan napas terkejut. Jeno mendorong Jisung yang berusaha mendekati Sena.

Chenle yang juga berniat mendekati Sena pun langsung menangkap tubuh Jisung yang nyaris terkena sudut meja.

Jeno menatap keduanya tajam. Auranya benar-benar mencekam. Kelas pagi yang harusnya riang dan tenang, kini terasa gelap dan tegang.

"Soobin, lo pindah," kata Jeno menyuruh laki-laki yang duduk di depan tempat duduknya untuk pindah.

Sontak semua orang menatap Soobin. Laki-laki yang sedang duduk di tempatnya dengan raut wajah terkejut sekaligus takut. Pemuda tinggi itu menggaruk lehernya yang terasa dingin karena semua orang menatapnya.

Soobin menunjuk dirinya sendiri. "G-gue?"

Tak menjawab. Jeno hanya menatap Soobin dengan sorot mata dinginnya. Membuat keadaan semakin mencekam dan hening. Soobin, tanpa bertanya lagi langsung bangkit dari duduknya, mengambil tas nya ragu. Kemudian tubuhnya yang tinggi tersentak karena Jeno langsung melempar tas Sena kasar ke tempat duduk Soobin.

"Lo duduk di bangku Sena," perintah Jeno, seakan-akan tidak menerima penolakan.

"Eh Jeno, kamu kenapa, sih? Memang aku ada salah sampe kamu dorong gini? Sakit tau!" keluh Jisung, memberanikan dirinya untuk berbicara karena pemuda itu tidak mengerti akan situasi.

Jeno yang tadinya menatap Soobin pun langsung beralih menatap Jisung yang sedang mengomelinya. Sena hanya diam di samping Jeno, menatap dua cupu itu tajam, membuat Chenle dan Jisung merasa aneh.

Jeno bertatapan dengan Chenle Jisung. Keduanya sama-sama melemparkan tatapan tajam. Seakan-akan membenci satu sama lain.

"Soobin, mulai sekarang lo tuker tempat duduk sama Sena," ucap Jeno final dan langsung meletakkan tas nya kasar di bangkunya.

Soobin, pemuda itu memeluk tas nya erat dan hanya mengangguk dengan kacamata yang turun ke hidungnya. Tidak membantah sedikit pun. Dengan keheningan kelas, pemuda itu berjalan menuju bangku Sena dan duduk disana.

"Eh! Mana bisa gitu—"

BRAKK

Jeno langsung menendang satu meja yang berada di dekatnya, membuat Jisung yang sedang berbicara pun terpotong. Jisung dan Chenle tersentak akan perlakuan Jeno barusan, termasuk seluruh teman kelasnya.

Jeno menatap Jisung tajam, seakan-akan mengatakan bahwa nyawanya akan habis jika berbicara sekali lagi. Lagi, entah kenapa Sena hanya diam melihat temannya diperlakukan seperti itu oleh Jeno.

Biasanya Sena akan memarahi Jeno balik jika Jeno berani memarahi Chenle dan Jisung. Tapi sekarang tidak. Gadis yang ada di depan mereka terasa asing.

Chenle mengepalkan tangannya kuat. Menatap Jeno tak kalah tajamnya. "Lo kenapa? Ada masalah? Kalo emang gue sama Jisung punya salah lo harusnya bilang—"

Ucapan Chenle terpotong karena Jeno tiba-tiba berjalan cepat ke arahnya dengan wajah murka. Jeno langsung mencengkeram kerah baju Chenle. Tatapannya semakin tajam. Wajahnya semakin merah padam. Napas Jeno terasa panas dan tak beraturan. Pemuda itu benar-benar marah.

"Mulai sekarang," Jeno menjeda ucapannya. Suaranya bergetar hebat karena marah. "Jangan berani deketin kembaran gue! Lo bakalan habis kalo lo berani deketin Sena!"

•••

"Is your Mom like that too?" Sorot mata Sena menatap Karina dengan tatapan remeh. Merendahkan gadis yang berstatus sebagai kekasih Jeno.

Karina, gadis itu mengepalkan tangannya. Mengulum bibirnya ke dalam yang bergetar. Menatap Sena tajam dengan sorot matanya yang tajam.

Sena, gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada. Memiringkan sedikit kepala dan badannya, menatap enteng lawan bicaranya dengan senyuman licik yang meremehkan.

"Look, how broken you are..."

Tubuh Karina terasa panas. Kepalan di tangannya semakin menguat. Saking kuatnya kepalan tangannya, tangannya bergetar. Rahanga gadis itu mengetat. Matanya merah dan berkaca-kaca.

Kini keduanya berada di toilet.

"And one more, orang miskin, banyak gaya dan gatel kayak lo juga enggak pantes hidup..."

Sedangkan di sisi lain, bel baru saja berbunyi lima menit lalu, pertanda jam istirahat telah berakhir. Jeno telah duduk di tempatnya beserta teman-teman kelasnya yang lain. Kelas tampak ricuh, menunggu guru yang mengajar mata pelajaran Kimia datang.

Jeno menatap bangku yang ada di depannya. Kosong. Kembarannya tidak ada. Hanya ada tas merah yang mengisi bangkunya.

Tadi saat di kantin, gadis itu mengatakan ingin pergi ke toilet. Jeno, Haechan dan Renjun juga menawarkan untuk mengantar gadis itu, tapi Sena marah dan menolak. Ini sudah biasa. Walaupun mereka laki-laki—Jeno, Haechan dan Renjun, ketika Sena ingin pergi ke kamar mandi, mereka akan menawarkan.

Bukan cabul atau apapun, karena biasanya gadis itu akan membuat masalah di tengah perjalanan. Jadi untuk memastikan gadis itu tidak membuat masalah, mereka akan menemani Sena. Hanya sampai depan toilet. Tidak lebih. Sungguh.

Ini sudah sepuluh menit lamanya saat gadis itu meminta izin untuk pergi ke toilet. Perasaan Jeno jadi tidak enak. Dengan tenang, pemuda itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke luar kelas. Tak peduli jika guru Kimia mereka akan datang sebentar lagi. Ia ingin memastikan kembarannya baik-baik saja.

Namun, baru sampai di dekat toilet, dirinya secara tak sengaja bertemu dengan Jaemin yang baru saja keluar dari toilet. Jaemin tampak terkejut melihat kehadiran Jeno. Namun Jeno sebaliknya. Jeno hanya melemparkan Jaemin tatapan dingin dan tak peduli.

"Eh! Lo gak mau bilang makasih, apa?" kata Jaemin tiba-tiba, membuat Jeno menghentikkan langkahnya, berbalik perlahan dan menatapnya datar.

"Muka gue ada nunjukin mau bilang itu?"

"Ya mana bisa muka bilang makasi—"

"Bacot!"

Jeno berniat berbalik untuk memanggil Sena yang mungkin ada di toilet, tapi ucapan Jaemin sekali lagi menghentikkan langkahnya.

"Lo berdua harus saling terbuka."

Ucapan Jaemin barusan membuat Jeno terdiam. Jeno tau apa yang dimaksud Jaemin. Ia jelas tau.

"Kalian emang diliat akur-akur aja. Tapi, baik Sena maupun lo punya hal yang harus diomongin. Sena cerita tentang masalah anak cowok itu."

Sorot mata dingin Jeno mendadak berubah. Sorot matanya mendadak menjadi sendu dan kosong. Memorinya membawanya ke masa lalu lagi. Namun, tidak bertahan lama. Karena tiba-tiba ada suara benturan yang cukup keras memecahkan fokusnya.

BRAKK

"Apasih lo!" Itu suara Sena. "Gak jelas banget!"

Mendengar itu, keduanya sama-sama terkejut. Jaemin dan Jeno sama-sama membulatkan mata. Menatap satu sama lain untuk bertukar pikiran. Sorot mata keduanya sama-sama mengatakan 'lo tau apa yang gue pikirin, kan?'.

Dengan cepat, keduanya berlari masuk ke dalam toilet perempuan. Betapa terkejutnya keduanya melihat kondisi di dalam sana.

"KARINA!" teriak Jeno kuat-kuat melihat Karina yang terduduk di lantai sembari meringis. Gadis itu seperti kesakitan.

Melihat itu, Sena membulatkan matanya. "Oh, lo ngejebak gue lagi, ya?"




















Padahal kalo kalian baca deskripsi ceritaku & bab 1 nya, kalian udah tau sifat Karina kayak gimana. Hayoo, ketahuan enggak baca. Ngaku!!

Brother Sissy | Lee JenoOù les histoires vivent. Découvrez maintenant