05. Une Histoire

23 4 6
                                    

Selamat siang, selamat menyaksikan kelanjutan kisah Nouvelle dan Karl di Paris When We Were Young

Happy reading. Jangan lupa tap bintangnya dulu ya Mantemans!

✨🗼🗼🗼✨


"Mau darimana dulu ceritanya?" Karl melirik Nouvelle sambil tersenyum tipis, tampak semringah melihat antusias gadis satu itu yang menunggu ceritanya.

"Bebas." Nouvelle menyangga dagu setelah meletakkan minumannya di bangku. Dipandanginya bibir Karl lekat-lekat.

Seolah ia ingin memperbaiki keadaan karena kesalahannya tadi, Karl pun segera memasang wajah serius dan siap bercerita. "Baiklah. Ehm!" Cowok berkumis tipis itu menegakkan posisi duduknya dan menghadap Nouvelle. "Kisah jembatan ini dimulai pada tahun 1821."

"Wow." Belum-belum Nou membelalak takjub.

Karl jadi semakin bersemangat. "Ide pembuatannya dicetuskan oleh seorang insinyur bernama Claude Navier. Impian dia untuk membangun jembatan di atas sungai Seine lalu terlaksana karena akhirnya mendapat biaya dari negara. Lalu disusunnya sebuah jembatan yang menurutnya begitu revolusioner secara teknologi, melintasi sungai Seine, dengan satu jangkauan tunggal dan tanpa titik penyangga di antaranya."

"Mirip jembatan gantung ya awalnya?"

"Ya. Awalnya ide dan usulannya seperti itu."

Nou mengangguk-angguk sembari membayangkan sungai Seine di masa lampau.

"Lalu selang tiga tahun, yaitu tahun 1824, pembangunan jembatan pun dimulai. Awalnya bukan di lokasi ini, Nou. Melainkan di posisi sebuah jembatan yang saat ini dinamai Pont Alexandre III."

"Oh iya-iya paham, aku pernah mengunjungi jembatan tersebut."

Karl tersenyum. "Insinyur Navier mendirikan di sana karena dekat sekali dengan hotel Des Invalides, sebab saat itu hotel tersebut sering ramai dikunjungi turis-turis dari luar negeri."

Nou mengangguk-angguk lagi.

"Nah, ada masalah di sini. Setelah jembatannya jadi, rupanya pihak Negara tidak menyukai dan karya Navier dianggap gagal. Alasannya sangat kuat dan masuk akal, sebab Navier tidak mempedulikan margin keselamatan bagi yang melintasi jembatan."

"Jadi kurang kokoh, begitu ya?"

"Yeah, betul, selain itu tidak sesuai dengan sketsa desainnya. Lalu kontrak pun dihentikan dan Navier dihujat banyak pihak. Namun sang insinyur tidak menyerah, ia berkali-kali mengajukan kerja sama investasi untuk pembangunan kembali jembatan tersebut. Lalu suatu hari rencananya pun disetujui sebuah perusahaan investasi swasta."

"Keras juga ya usaha sang insinyur." Nou tampak semakin tertarik dengan cerita itu, dan Karl semakin bersemangat.

"Iya. Dan dia semakin malang meskipun mendapat biaya besar dari investor, soalnya para kontraktor kesulitan membuat perubahan tanpa persetujuan, lagipula tidak ada otorisasi setempat yang menyarankan perbaikan. Hujatan semakin banyak menimpa Navier." Karl menghirup udara malam yang segar lalu melanjutkan ceritanya. "Karena tidak ada larangan tegas bagi orang-orang untuk melintasi jembatan, selang beberapa tahun jembatan pun mengalami keretakan parah hingga menjadi tidak aman lagi untuk dilintasi. Terlebih pada masa itu, di dekat banir ada bendungan sungai yang terputus, membuat jembatan semakin mengalami pergerakan oleh pengendapan sampah alam."

"Ya ampun, malang sekali cerita jembatannya ya."

"Yap. You know, Nou, setelah itu ada masalah apa lagi?" Karl mendekatkan wajahnya dengan tatapan yang membuat Nou penasaran.

PARIS, When We Were YoungOù les histoires vivent. Découvrez maintenant