Selamat sore, Kamu. Iya, kamu yang masih setia mengikuti Paris When We Were Young
Mari kita lanjut lagi, memasuki dunia Nouvelle yang sedang rumit-rumitnya
Kuharap kamu bisa enjoy dan selalu suka dengan cerita ini ❤
Sebelum lanjut jangan lupa tap bintangnya dulu ya, Kamu ❤
Thank you so much!
🇫🇷🇫🇷🇫🇷🗼🇫🇷🇫🇷🇫🇷
10. Devant La Maison
"Mungkin kakiku memang terus melangkah maju, tapi entah kenapa pikiranku mundur ke masalalu." --Nouvelle Rose
Nou tersenyum getir malam ini ketika kilasan masalalu bersama Karl terus menghiasi pikirannya, dan itu terjadi akhir-akhir ini saja sejak ia berada dalam masalah-masalah ini.
Sebuah go green bag di tangan kanan ia pindah ke tangan kiri seraya terus berjalan menuju rumah, isinya sedikit sayuran dan beberapa kebutuhan untuk sarapan besok yang ia beli dari supermarket terdekat sepulang dari butik milik Sisca tadi.
Trotoar sepanjang jalan di kawasan Champ Elysees seperti biasa, selalu ramai oleh pejalan kaki, pejalan yang sibuk dengan pikiran masing-masing, dan tentu saja setiap orang memiliki masalahnya sendiri hingga terbawa saat jalan-jalan sekalipun.
Waktu sehari teramat singkat bagi Nou untuk mengurai segala over thinking yang berkecamuk di kepalanya. Belum enyah kesedihannya karena Rose Beauty yang disita pihak Blom Bank France, hatinya masih harus terbebani oleh kebimbangan. Bimbang untuk menghubungi keluarganya atau tidak, mengingat tahun-tahun terakhir ini hubungannya dengan ayahnya sedang tidak bagus.
Apalagi dengan jarak yang sejauh itu dengan keluarga, jarang mengabari, kalau tiba-tiba menghubungi saat butuh bantuan saja, itu rasanya aneh.
Itulah yang berkecamuk di pikiran Nou dalam perjalanan pulang malam ini.
"Are you okay? Kemarilah, saya dekap dan tenangkan pikiranmu."
Tuhannn, kenapa ucapan-ucapan Karl terus muncul di pikiran ini? batin Nou heran, menyadari dirinya bagai tersihir kisah masalalu.
🇫🇷🇫🇷🇫🇷🗼🇫🇷🇫🇷🇫🇷
Entah ini malam ke berapa, Nou tidak tahu, pikirannya terus dihiasi kenangan-kenangan bersama Karl. Seperti rindu yang semakin disangkal justru semakin menggunung, ia mulai menyadari kerinduan itu, walaupun di sisi lain ia juga paham bahwa ia tidak bisa terus menerus membawa masalalu ke dalam persoalan di masa sekarang, apalagi mengenai kerinduan yang baginya mustahil ditunaikan takdir.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARIS, When We Were Young
ChickLitSaking jatuh cintanya dengan dunia kecantikan dan ingin terus mempelajarinya, Nouvelle Rose (Nou) rela terbang jauh Jakarta - Paris untuk mengenyam pendidikan di University of Alexander Brookman. Namun, lingkungan dan suasana yang serba baru membuat...