6. Taruhan

59 36 35
                                    

~Happy Reading~

Hal apa yang sangat di sukai oleh Taksa? Tentu saja jawabannya taruhan.

Karena bagi Taksa permainan seperti itu sangat menantang baginya, tentu sangat menyenangkan jika Taksa berkali-kali memenangkan sebuah taruhan yang akan ia mainkan nanti.

Setiap minggu Taksa dan teman-temannya akan bermain taruhan seperti Siapa yang berhasil meluluhkan seseorang akan mendapatkan mobil Lamborghini?

Taksa selalu tergila-gila dengan taruhan tersebut, sampai mengabaikan banyak sekali orang-orang yang menjadi korbannya tersebut.
Taksa sudah beberapa kali memenangkan permainan tersebut sehingga barang-barangnya lumayan banyak, hanya saja Taksa termasuk seseorang yang mudah bosen dengan barang-barang lamanya. Sehingga barang-barang lamanya itu dia berikan ke teman-temannya, atau tidak dia langsung memberikan mobil itu kepada orang tuanya.

"Sa? Mau main taruhan lagi gak?" tanya salah satu temannya.

Taksa langsung mematikan ponselnya dan memasukan ponsel tersebut ke dalam saku celana, dan mengambil tempat bersebelahan dengan pemuda tersebut.

"Taruhannya apa?"

"Karena semua murid di sini sudah tau kalau kau selalu gonta-ganti cewek jadi taruhannya sekarang adalah menjadikan Adiva kekasih mu selama seminggu? Bagaimana mau tidak?" tawarnya.

Karena dia tau pasti Taksa akan menerima taruhan tersebut, sebab Taksa selalu bersemangat jika mereka bermain dengan permainan taruhan ini.

"Cuman itu doang?" tanya Taksa terlihat sombong.

"Kalau mau juga putuskan Adiva dengan cara menyakitkan." jawabnya dengan tatapan mengejek.

"Kalau aku bisa melakukannya bagaimana?" tanya Taksa terdengar menantang.

"Ku serahkan blackcard limited edition padamu... Tapi jika kau gagal maka barang-barang game mu menjadi milikku."

Oke deal!

Keduanya saling menjabat tangan masing-masing, di mana teman Taksa terlihat puas jika Taksa langsung menerima taruhan mereka dengan mudah.
Tentu saja dia senang, karena pemuda itu gampang terpancing dengan hal-hal barang-barang seperti itu.
Tidak terlalu buruk! Karena aku suka dengan permainan yang menantang, batin Taksa tersenyum-senyum di balik tatapan tajam itu.
Sementara di dalam kelas, sekarang jam istirahat kedua. Kebetulan Amber tak dapat melaksanakan salat seperti biasanya, karena tadi pagi dia langsung halangan.

"Amber, Ku dengar-dengar kau dan Adiva dulu bukan temanan, ya? Kok sekarang kalian berdua bisa dekat seperti sahabat?" tanya Oliver membuat menghentikan acara belajar Amber.

Benar juga, ya? Kok kami berdua bisa dekat? batin Amber juga merasa bingung dengan dirinya dan Adiva.

Dulu Amber emang sangat membenci Adiva, karena gadis itu selalu membesarkan masalah kecil mereka dengan tak bersalah.

"Kayaknya kalian berdua juga bingung." ujar Oliver terkekeh melihat wajah Amber seperti bingung dan terkejut.

Dari raut wajah Amber sudah terbaca dengan mudah, kalau dia juga bingung. Bagaimana bisa mereka berdua bisa sedekat ini? Bahkan dulu saja mereka tidak pernah akur sama sekali, selalu saja saling bertemu mereka akan menyindir satu sama lain.

Calon Malaikat Kecil (END)Where stories live. Discover now