00.27

13 0 0
                                    

"kucing biadap"

Tok.. tok.. tok..

Paket

                                15.00

Bara dan reyga tampak binggung, mereka menatap satu sama lain dengan tatapan saling bertanya.
"Lo pesen apaan reyga?"
"Perasaan gue ga pesen apa apa dah bar"

Reyga dengan cepat menuju ke arah pintu, membukanya perlahan, waspada, jangan jangan ini penipuan yang mengatas namakan bedah kasur.

Ceklek...

Ekspresi reyga nampak begitu datar, bagaimana tidak? Ia sudah berhati-hati, bagaimana jika yang mengetuk pintu kos nya adalah sosok yang tidak ingin ia lihat.

"Ya kena prank"

Ucap gama datar, ia nampak tak memiliki gairah hidup sama sekali, dengan tidak tahu malunya ia masuk ke dalam begitu saja,namun  nampaknya ia tertarik dengan buntelan lucu yang ada di pangkuan bara.

"Lo semua ngapain ke sini?"

Tanya reyga menyelidik

"Suruh masuk dulu dah rey, ga sopan tamu berdiri di depan pintu"

Protes gerald yang kemudian di angguki oleh teman temannya

"Gih masuk sini"

                          ~Mie ayam~

Kini kosan reyga terasa begitu sesak, bara dan gama yang sibuk memberi makan nana, gio yang sedang bermain gitar bersama denan, sedangkan gerald dan nendra tengah berdebat apakah mereka harus makan mie ayam abah aziz atau soto neng maya sore ini.

Sedangkan reyga? ia hanya terdiam, bersandar pada dinding sembari membiarkan pikirannya berlalu. jangan tanyakan keadaan bocah sma ini, tentu ia merasa sangat lelah. Jujur saja reyga ingin terbuka pada bara, namun ia masih ragu, ia tak ingin bara ikut terseret kedalam masalah mereka.

Gio yang melihat reyga pun beranjak dari tempat duduknya, nampaknya ia juga tak tenang setelah perkelahian mereka di kantin hari ini. Ia perlahan mendekat, kemudian menepuk pelan pada bahu reyga, tak ingin temannya terkejut.

Reyga menoleh pada gio, mengangkat satu alisnya, seakan bertanya.

"Gue mau ngomong sama lo. Berdua"

Mendengar itu reyga langsung berdiri, nendra mendongakkan kepala, bertanya kemana mereka akan pergi, gio hanya menjawab mereka pergi ke indomarket untuk membeli cemilan.

*
*
*
*
*
*

Setelah membeli cemilan, mereka pergi untuk menenangkan diri. bersandar pada pagar pembatas, menatap dari bawah mobil mobil yang bergerak dengan cepat, atau hanya sekedar mendengar kicauan burung sore itu.

"Gimana perasaan lo?"

Ucap gio yang hanya di balas helaan nafas kasar dari reyga, lelah, ia ingin marah, namun kepada siapa?
Masa lalu yang terus menghantuinya, atau devan yang kapan saja akan menghancurkannya.
Entahlah, mungkin sudah saatnya ia menyerah, membiarkan takdir berjalan sesuai waktunya, menunggu akhir apa yang akan menyambutnya.

"Lo sendiri gimana?"

Gio nampak melirik reyga, ia tak menjawab, namun malah balas bertanya padanya.

"Gue pengen semuanya cepet selesai ga, gue takut devan berulah, terus yang kena imbas malah bara sama yang lain. Lo tau keras kepalanya devan gimana"

Reyga mengangguk, menyetujui perkataan gio, sembari meminum cola. ia hanya diam untuk beberapa saat, sebelum ucapannya kali ini membuat gio terkejut.

"Gi, kalau salah satu dari kita ada yang pergi, tolong jagain yang lain, jagain nana juga"

BUT I STILL WANT UDonde viven las historias. Descúbrelo ahora