3 - Dia Akan Mati

48 27 28
                                    

Semua siswa terkejut, begitupun dengan Rey, Zola, Ranam dan juga Udin. Kebetulan kelas mereka menghadap langsung ke arah lapangan upacara. Mereka langsung beranjak ke luar kelas. Terlihat dari lapangan upacara, tiang bendera yang berdiri tegak menjulang ke atas tiba-tiba rubuh dengan sendirinya, tidak ada siapapun di sana. Angin yang berhembus siang itu pun sepertinya tidak tau menahu masalah tiang bendera tersebut. Para Pak Guru berlari dari arah ruang guru untuk membenarkan tiang bendera yang terjatuh di lapangan. Untung saja tidak ada siswa atau guru yang sedang berdiri dibawah tiang itu. Kejadian yang cukup membuat kaget semua siswa yang mungkin sedang bersantai di kelasnya masing-masing.

Terlihat Pak Djarot dan Pak Ahmad sedang memperbaiki posisi tiang bendera yang dibantu oleh beberapa siswa laki-laki. Begitupun dengan matahari yang sudah mulai naik tepat berada di atas. Waktu menunjukkan pukul 12 siang, suara adzan mulai berkumandang dari Masjid Nurul Fikri—Masjid SMA Negeri 1 Kujung. Para siswa yang beragama muslim, bersiap-siap melaksanakan kewajiban mereka untuk beribadah kepada Sang Pencipta.

🔸🔸🔸🔸🔸

Terlihat Caca dan Candra sudah masuk ke dalam kelas. Semua teman-temannya menunggu. Raut wajah penasaran menyambut mereka berdua yang sedari tadi kumpul di ruang serbaguna mewakili kelas 10 IPS 3.

Caca sebagai ketua kelas meminta teman-temannya untuk fokus kepadanya terlebih dahulu.

"Maaf teman-teman, kalau kalian jadi menunggu lama tadi. Jadi begini, tadi Pak Rizal, Pak Samsul, Pak Rizki serta Mas Fadil selaku penanggungjawab acara menyampaikan bahwa lusa kamis nanti event porak resmi dibuka. Aku dan Candra sebagai perwakilan kelas kita, tadi habis menentukan jadwal dan semuanya. Mulai dari biaya event porak sampai jadwal kelas kita tanding," papar Caca sambil berjalan mengambil spidol.

Sambil menjelaskan, Caca menulis sesuatu di papan tulis. Ia menjelaskan ada tiga cabang olahraga yang dipertandingkan nanti, dari ketiga cabang itu nantinya ada tim putra serta tim putri. Dari ketiga cabang itu, masing-masing ada penghargaan juara dan juga harapan juara, serta penghargaan kepada siswa terbaik masing-masing cabang. Dan terakhir penghargaan diberikan kepada suporter kelas yang paling unik dan juga keren.

Candra meminta kepada teman-temannya untuk membuka handphone. Setelah itu ia mengirimkan jadwal event porak dan juga pertandingan dari setiap cabang olahraga digrup WhatsApp kelas mereka. Sementara Caca masih mendata teman-temannya yang akan ikut serta dalam event porak tersebut.

Caca berpikir sejenak, matanya memperhatikan ulang apa yang ia tulis dipapan tulis. Ia membaca setiap nama yang ditulisnya untuk mengantisipasi teman-temannya yang belum ia tulis. Dari mulai tim basket putra dan putri, tim futsal putra dan putri, tim volly putra dan putri serta suporter kelas mereka. Semuanya ditulis dengan rapi walaupun ia bukan sekertaris dikelas tetapi tulisannya bisa dibaca dengan baik oleh teman-temannya.

"Gimana, namanya ada yang belum tercatat kah?" tanya Caca.

"Sudah semua kok, Ca. Bagus tulisan kamu juga rapih," celetuk Rey.

Mendengar jawaban perkataan dari Rey, tiba-tiba wajah Caca memerah, sepertinya ia tersipu malu atas pujian yang dilontarkan oleh Rey. Jantungnya berdetak tidak stabil, baru kali ini ia dipuji oleh Rey. Cara memandangnya menjadi tak karuan. Caca tidak tau lagi apa yang harus ia lakukan. Pikirannya melayang-layang akibat perkataan dari cowok yang ia sukai sejak agustus lalu. Candra memperhatikan gerak-gerik ketua kelasnya tersebut, ia sepertinya sudah membaca pikiran Caca.

"Ehem... kalau begitu terimakasih atas masukannya Rey. Tulisan Caca memang bagus, tapi tulisan Silvi jauh lebih bagus."

"Makanya dia layak jadi sekertaris kelas kita, hidup Silvi!" lanjut Zola yang mencoba mencairkan suasana kelas.

Sekte Darah - Malapetaka [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang