Lima Puluh

61.1K 5.4K 212
                                    

Assalamu'alaikum

Maaf sebelumnya yaaaa.....

Dimaafin kan?

Uuuu makasihh

Happy
.
.
.

“Zaidan.” Arfi berdiri dari duduknya, menghampiri Zaidan yang duduk di atas kursi roda dengan Zaki yang mendorongnya serta Disa yang mendampingi. Ia sedikit terkejut dengan kedatangan mereka, apalagi dengan Zaidan yang baru sadar tadi siang dari tidur lamanya.

“Kamu belum pulang, Ar?” Tanya Zaki dibalas gelengan pelan oleh Arfi.

“Saya mau nemenin Alisha di sini, Om.” Tanpa sadar jawaban Arfi membuat laki-laki berpakaian khusus pasien itu merasa panas, tatapannya pun menyorot dingin.

“Kalau orang tua kamu?”

“Mereka pulang dulu, dan besok akan ke sini lagi.” Sebenarnya Hani bersikukuh tidak ingin pulang, padahal dia sempat pingsan karena kelelahan. Namun, atas bujukan suami dan putra sulungnya, akhirnya ia pun mau pulang untuk beristirahat. Sedangkan Arsha, pemuda itu entah pergi kemana setelah mendengar keponakannya lahir.

“Alisha sedang apa di dalam?” Disa bertanya seraya melirik pintu ruangan Alisha yang tertutup.

“Tadi Baby Z terus menangis, dan sekarang Alisha sedang menyusuinya.”

Baby Z?” Ulang Disa dan Zaki dengan dahi yang berkerut bingung membuat Arfi tersenyum tipis sembari menatap kilas Zaidan yang dari menyimak pembicaraan tanpa ikut menimbrung, tetapi terlihat dari wajahnya seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Iya, cucu kalian.” Perkataan Arfi diangguki paham oleh sepasang suami istri itu, sementara Zaidan kini terpaku menatap pintu ruangan di depannya, dan pendengarannya yang tajam seperti mendengar suara lembut dari seorang perempuan di dalam sana.

“Pa,” Etensi mereka langsung tertuju kepada Zaidan yang sedikit mendongakkan kepalanya.

“Kenapa?” Tanya Zaki tidak peka membuat Zadian mendengus kesal dalam hati. Tahukah mereka bahwa Zaidan sudah tidak sabar ingin bertemu istrinya!? Bahkan jantungnya pun berpacu cepat ketika bayangan seorang perempuan cantik terlintas kembali di benaknya, dan itu membuat Zaidan tanpa sadar memegang dada kirinya.

“Kamu merasa sakit lagi?” Disa menatap putranya khawatir. “Tuh kan sudah Mama bilang, tunggu kondisi kamu sampai benar-benar pulih, baru ketemu Alisha.”

Tangannya pun beralih mengenggam tangan sang Ibu. “Ma, aku hanya ingin memastikan saja.” Lain di mulut, lain di hati, itulah Zaidan.

“Memastikan atau nge-bucin?” Zaki semakin gencar membuat Zaidan kesal dan malu dalam bersamaan.

“Sudah, Om, kasihan tuh nanti dia ngadu sama istrinya.” Arfi pun turut menggoda adik iparnya.

Melihat wajah putranya yang sedikit memerah, Disa dibuat terkekeh kecil sambil menggelengkan kepala.

“Om, biar saya yang mengantarkan Zaidan ke dalam. Kalian pulang saja, ini sudah hampir larut malam.” Bukannya mengusir, Arfi hanya tidak ingin mereka kelelahan juga akibat seharian berada di rumah sakit.

“Tapi—“

“Tidak apa, Ma.” Ucap Zaidan meyakinkan.

“Baiklah, kami pulang dulu.” Ujar Zaki, kemudian menepuk pundak Arfi dua kali. “Tolong jagain Zaidan, jangan sampai dia kebablasan.”

“Siap Om!” Seru Arfi seraya terkekeh. Tentu saja ia mengerti arah pembicaraan pria paruh baya itu.

Assalamu’alikum.”

ZAIDAN | my cool husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang