10

390 20 0
                                    

Author's POV

Alatas dan Vania menghadap Meira serta Rei. Mereka ingin memberi tahu bahwa Vania saat ini sedang mengandung. "Mama, papa Alatas minta maaf sebelumnya. Alatas mau ngomong serius boleh?"

"Tanpa Ansara?" Meira melempar pertanyaan tanpa memandang Alatas, ia sibuk memandang pohon-pohon diluar sana.

"Papa tidak akan mau duduk disini tanpa Ansara." Rei kemudian bangkit berdiri.

Alatas menahan langkah papanya, "Ii-iya pa, Alatas panggilkan Ansara." Sementara itu Vania duduk dengan tanpa sepatah katapun yang keluar dari bibirnya, ia hanya bisa memandang lantai karena saking takutnya.

Bukan sekali dua kali ia ke-gep Meira sedang asyik keluar dari hotel dengan om om, berkali-kali karena dulunya sahabat Meira mempunyai bisnis hotel dan tempat itu menjadi langganannya.

Dulu Vania biasa saja ketika bertemu dengan Meira, karena mereka tidak kenal satu sama lain. Namun takdir mempertemukan mereka sekarang.

Tak lama kemudian Ansara dan Alatas datang, dan yang membuat Rei dan Meira gedek adalah Alatas yang lebih memilih untuk duduk bersebelahan dengan Vania dibandingkan dengan Ansara.

Mereka semua masih terdiam, Ansara juga yang masih dikabuti kesedihan memilih untuk tak banyak berekspresi. Wajahnya pucat, entah juga perutnya sudah terisi nasi atau belum hari ini. Karena badannya semakin kurus saja jika diliat dibandingkan minggu lalu.

"Pa, Ansara sudah disini. Boleh Alatas bicara sekarang?" Alatas melihat kedua orangtuanya secara bergantian kemudian menundukkan pndangannya untuk menatap kedua kakinya yang berada dilantai.

Hening, tidak ada jawaban.

"Karena mama dan papa diam saja, aku anggap mama dan papa setuju untuk memberikan sedikit waktunya mendengarkan pembicaraanku kali ini." Alatas memberikan jeda sebentar, "Maafkan Alatas ma, pa, Alatas kecolongan karena Vania hamil."

Hening.

Rei dan Meira tidak sanggup berkata-kata lagi, ada apa dengan satu minggu yang penuh dengan cobaan ini?

Cukup lama mereka terdiam, sedangkan Ansara yang sudah tahu akan dibawa kemana alur permainan ini tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Ia sudah mati rasa sekarang, tidak peduli dengan topik pembicaraan Alatas. Ia berada disini hanya untuk formalitas saja. Karena kehilangan eyangnya yang berarti kehilangan semangatnya juga.

"Saya sudah tidak bisa berkata banyak lagi. Silahkan kalian menikah, untuk Ansara biarkan dia memilih jalannya sendiri. Memilih bertahan atau melepaskan."

"Ansara akan aku lepaskan pa." Alatas menghentikan ucapannya. Ia menarik nafas dan memejamkan matanya. "Khairunnisa Ansara Wicaksana Binti Alm Adit Syahputra Wicaksana dengan ini saya jatuhkan talak 1."

Semua terdiam, Rei dan Meira tidak tahu jika Alatas langsung menjatuhkan talak begitu cepat tanpa dipikir panjang. Mereka saling pandang. "Mama dan papa tidak menyangka sekali dengan apa yang telah kamu perbuat. Kami mengira kamu akan meminta maaf dan tidak akan mengulangi kesalahanmu lagi. Kini kami semua mengerti, dengan sikap kamu yang mengambil sebuah keputusan ditengah duka Ansara yang tengah ia alami tidak membuatmu mengurungkan niat ini. Kini kami paham siapa disini pihak yang tersakiti dan pihak yang hanya mempermainkan pernikahan saja." Tutur Rei yang hanya disimak oleh Meira, Alatas dan Vania saja. Sedangkan Ansara sedang berkecambuk pikirannya memikirkan kehidupan kedepannya jika tanpa seorang penyemangat ia akan jadi apa nantinya. "Baiklah, semuanya sudah selesai. Perlu diingat bahwa keluarga Rei Mahendra dan Meira Hermawan hanya memiliki satu anak bernama Almh Arumi Mahendra. Terimakasih." Rei langsung berdiri kemudian meninggalkan ruangan tak lupa mengajak Meira untuk pergi.

Di ruangan itu hanya sisa mereka bertiga, Vania juga bungkam tidak mengeluarkan suaranya sama sekali. Ia mendadak melow dan merasa jahat karena telah menjauhkan anak dari orangtuanya.

"Aku minta maaf atas semua perbuatanku, karena perjanjian kontrak aku yang membuat maka dengan ini aku putuskan mengakhirinya sekarang walaupun tidak sesuai dengan kesepakatan awalnya. Aku yang akan mengurus perceraian kita nanti dan uang akan aku kirimkan setelah itu. Terimakasih sebelumnya, maaf menyeretmu masuk dikehidupanku yang kacau ini."

Pernikahan Kontrak (18+)Where stories live. Discover now