1. Flashback : Aku selalu ada untukmu, Umji-ya

156 22 3
                                    

"Umji-ya ireona, kau harus cepat bangun untuk sekolah hari ini. Jangan sampai kau terlambat."

Tirai itu dibuka dengan lebar hingga mengizinkan cahaya sang mentari masuk begitu saja ke dalam kamarnya.

Hwang Umji yang merasa terusik pun kini berusaha membuka kedua matanya. Ini hari Senin, dia harus cepat bersiap dan pergi sekolah.

Matanya masih terasa berat, semalam bahkan Umji tidur sangat larut untuk mempersiapkan ujian di esok hari. Umji itu anak yang ambisius, jadi dia pasti belajar dengan sunguh-sungguh.

Tidak perlu repot sebenarnya, karena memang dasarnya Umji sudah dikaruniai kecerdasan diatas rata-rata, para saudarinya juga terkadang heran sendiri pada bungsu mereka ini.

Seperti situasi sekarang. Ini adalah hari pertama Umji ujian untuk 1 minggu kedepan. Pasti sudah banyak yang Umji persiapkan untuk mendapatkan nilai bagus lagi.

"Cepatlah bersiap lalu turun, Eonnie sudah menyiapkan sesuatu yang spesial untukmu." ucap kakak pertamanya, Hwang Sowon.

Tak lama kemudian Sowon memeluk tubuh adik kecilnya itu, mengecup puncak kepalanya dengan lamat. "Eonnie turun duluan, ya."

Sowon sempat mengusap kepala Umji sebelum dia mengambil langkah pergi dari kamar sang adik. Sowon masih harus mengurus hal yang lainnya sekarang.

Sementara itu, Umji kini akan mulai bersiap-siap berangkat ke sekolah. Tidak lupa setelahnya dia bergabung dengan yang lainnya untuk sarapan bersama.

------

Mobil merah itu berhenti tepat di depan gerbang sebuah sekolah mewah. Seperti memperlihatkan aura kekayaan yang dipancarkan mobil itu, membuat para siswa tercengang.

Beberapa menit kemudian turunlah orang yang ada di dalam mobil merah itu. Keduanya menampilkan senyum seraya berpamitan pada sang kakak yang mengemudi.

"Belajarlah dengan baik, Umji-ya. Semangat! Eonnie sudah mempersiapkan kejutan untukmu nanti." Sowon mengecup kedua pipi Umji, setelahnya dia mengusap kepala bungsu itu.

Umji pun merasa senang diberi semangat begini dari sang kakak. Semangatnya juga jadi menggebu-gebu sekarang ini, dia pasti akan melakukan semaksimal mungkin.

"Sepulang sekolah nanti Eonnie akan menjemputmu, ya, jadi kau tidak usah pulang naik bus bersamanya."

Seakan mendengar semuanya, Sinb hanya menarik satu sudut bibirnya dengan sedikit melirik kearah kakak dan adiknya itu. Sedari tadi dia memilih untuk diam saja.

Umji mengerti maksud perkataan Sowon, segera saja dia berdehem pelan. Hal itu membuat Sowon tersadar lalu menampilkan senyum manisnya lagi pada Umji.

Setelah tadi dia memberikan tatapan agak tajam pada Sinb di sana. Beruntung saja Sinb sudah berbalik badan, jadi gadis itu tak bisa menerima tatapan tajam Sowon.

Chu~

"Belajarlah dengan baik adik kecilku!"

Umji tersenyum manis pada Sowon. Tapi lagi-lagi dia harus melirik pada Sinb di sebelahnya. Umji merasa tak enak padanya, Umji takut Sinb marah.

"Aku dan Sinb masuk dulu, ya, Sowon eonnie. Bye!" Berpamitan dengan cepat, Umji segera menarik lengan Sinb berlari memasuki area sekolah.

------

Dug.. Dug.. Dug..

Akhh!!!

Sinb melempar kasar bola basket itu, membuatnya memantul ke lapangan untuk beberapa kali. Lalu Sinb menyibak rambut panjangnya ke belakang.

Beberapa menit yang lalu bel istirahat sudah berbunyi. Kebetulan kepala Sinb sudah ingin meledak saat mengerjakan ujian tadi, beruntung saja ada jam istirahat beberapa menit.

Dan untuk menghilangkan rasa lelahnya Sinb memilih untuk bermain basket sampai jam istirahat itu kembali berbunyi. Bukannya kelelahan, kini Sinb justru marah.

"Kenapa harus aku, sih!" Sinb mencengkram rambutnya sendiri. Napasnya memburu. "Kenapa selalu aku yang mengalaminya?"

Akhh!!!!

Ditengah lapangan basket itu ... Sinb berteriak untuk melegakan perasaan hatinya saat ini. Sulit diungkapkan, namun sangat tertekan bila dia harus terus memendamnya.

Dengan penuh emosi, Sinb bergerak mengambil bola basket yang tergeletak di bawah cahaya matahari itu. Mulai memainkannya dengan keras dan wajah penuh amarah.

Sinb seakan tak memperdulikan keadaan sekitar. Dia tidak peduli para siswa mengatakan apa tentangnya saat ini.

Dengan sangat fokus Sinb bermain basket sendirian disana. Gadis itu bahkan sudah mencetak gol beberapa kali, dia memang hebat dalam hal ini.

"Hwang Sinb!!!!"

Seruan itu ternyata berhasil memberhentikan Sinb, tapi tidak dengan emosinya. Gadis itu masih dipenuhi amarah.

Sinb tidak langsung berbalik. Dia memantulkan bola basket itu beberapa kali dulu untuk bersiap-siap.

"Apa yang terjadi? Kenapa kamu marah begitu, eoh?" tanya Umji. Gadis itu tentu khawatir saat melihat saudari kembarnya dipenuhi amarah seperti itu.

Tak ada jawaban dari Sinb. Gadis itu tampak diam saja, namun tangannya masih memantulkan bola basket itu.

"Tolong jangan seperti ini, aku khawatir padamu, Sinb. Aku tak ingin kau dikuasai oleh amarah itu lagi, ku---"

BUGH!!!!!

Ucapannya belum selesai, tapi Umji sudah merasakan kalau sesuatu yang keras menghantam paksa bagian dadanya.

Dan dengan waktu yang singkat. Umji tumbang dengan rasa yang sesak bercampur sakit pada dadanya itu. Tapi walau kesakitan, Umji terus berusaha untuk tersadar disana.

Sementara itu di depan sana Sinb berusaha mengatur napasnya. Dia menutup mulutnya yang sedikit terbuka saat melihat Umji yang tumbang di depan matanya itu.

"A-apa yang aku ... lakukan?"

Sinb sangat-sangat terkejut sekarang. Dia benar-benar tak menyangka kalau Umji akan terkena bola basket yang dia lempar dengan sangat keras itu.

"S-sin... bi,"

"Umji!!!"

Dia berlari dengan kencang, menghampiri Umji yang tergeletak lemas. Dan dengan segera Sinb meletakkan kepala Umji di atas pahanya.

Sinb meraba wajah adik kembarnya itu. Matanya yang sudah membendung air mata itu kini telah mengalir deras.

Tapi Sinb tetap berusaha untuk tenang. Tidak mau melakukan hal bodoh jika dirinya tengah dalam keadaan panik.

"S-sinb, mianhae...."

Suara Umji terdengar berbisik. Gadis itu tampak tersenyum tipis melihat Sinb, dia senang sekarang melihat saudari kembarnya tak dipenuhi amarah lagi.

"K-kau mau b-berjanji?" Sinb menggeleng cepat mendengarnya, dia juga menutup kedua matanya sekarang. Tak tega melihat Umji.

"Berjanji untuk apa?" tanya Sinb sedikit gemetar.

"Selalu bersamaku,..."

Kepalanya kemudian mengangguk dengan cepat. Bersamaan dengan air matanya yang lolos begitu saja.

"Aku selalu ada untukmu, Umji-ya." kata Sinb lalu memeluk tubuh Umji, dan sebelum kedua mata bungsu Hwang itu tertutup.





To be continued...

Baru flashback pertama aja hidup mereka udah beda banget ya :)
Tenang, tenang, selanjutnya bakal lebih nyes lagi

Detak - Gfriend [𝙎𝙏𝙐𝘾𝙆] Where stories live. Discover now