4. Flashback : Aku juga terlibat, berarti aku juga berhak untuk itu

105 21 3
                                    

Sore itu Sinb sedang berada di sungai Han. Merenungi nasibnya yang selalu mendapatkan kesialan. Ya, Sinb sedang menatap air sungai Han di depannya itu.

Tidak.

Dia tidak berniat mati.

Sinb hanya duduk untuk sekedar menenangkan suasana hatinya yang buruk. Berbekal earphone kesukaannya, Sinb mulai memutar alunan musik ballad.

Sedari dulu Sinb menyukai musik ballad, lebih tepatnya semenjak semua berubah. Dia menjadi gadis yang mudah sedih sekarang.

Walaupun dulu Sinb adalah seorang gadis tomboy yang ceria, pada kenyataannya ... Sinb masih memiliki hatinya. Hatinya yang mudah tergores oleh seuntai kata tajam saja.

Sinb menyadari kalau dirinya memang lemah. Dia tidak pantas untuk menjadi pelindung bagi keluarga Hwang. Karena dia pikir ... itu percuma.

Tidak ada yang peduli.

Sinb diabaikan begitu saja.

Bahkan oleh kakak kandungnya sekalipun.

Tatapan tajam itu, Sinb merekam semua dalam memorinya. Sikap kasar itu, Sinb juga memasukannya kedalam memori ingatan.

Tidak akan pernah Sinb melupakan semua itu. Sinb memang tahu kalau dirinya yang menyebabkan semua kekacauan ini ... tapi bukan berarti dia harus diabaikan seperti ini.

Jika dulu Sinb memang tidak suka bila terlalu diperhatikan, kini dia mungkin akan merindukan semua perhatian tulus itu. Tidak, Sinb menginginkannya sekarang!

"Sinb-ya, apa yang kau lakukan disini?" Sinb menoleh ketika seseorang tampak duduk di sebelahnya.

Sinb kemudian melepas earphone yang ada di kedua telinganya. Dia menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum tipis.

"Hanya ... merenung."

"Aigoo, mengapa sekarang kau jadi seperti ini, eoh?" Gadis itu mengusap surai sang adik di sampingnya. Memandangi wajah Sinb yang terlihat lelah itu.

"Kau tahu Sinb-ya, kalau kau masih memikirkan ucapan Sowon eonnie tadi ... kau akan lelah sendiri." ucapnya. Sinb hanya menunduk.

"Aku tahu ucapan Sowon eonnie itu memang selalu menusuk hatimu, tapi kau tidak harus terlalu memikirkannya."

Sinb menghela napas panjang.
"Aku tahu aku memang salah disini dan Sowon eonnie memang berhak mengucapkan kata itu padaku. Aku ... memang pembawa sial bagi keluargaku sendiri."

"Hey dengarlah, aku akan selalu ada di sampingmu, menemanimu dimasa sulit ini. Tenang saja, kau tidak sendirian, Sinb-ya, ingatlah bahwa aku akan setia menemanimu."

Sejak hari itu.

Sinb kini merasa tidak sendirian.

Walaupun dia tahu nasibnya tidak akan bisa berubah lagi. Tapi setidaknya ... masih ada Yuju yang mau mendampingi dirinya.

------

Ceklek..

Pintu ruangan itu terbuka perlahan. Tak lama kemudian terlihat dua orang gadis yang masuk ke dalam sana, mereka saling menggenggam tangan.

"Untuk apa kau kembali?"

Suara dingin itu kembali menyapu di telinganya. Dengan susah payah Sinb menelan salivanya, tangannya menggenggam erat pada tangan Yuju di sebelahnya.

"Sowon eonnie," panggil Yuju pelan. Gadis itu memberi isyarat pada sang kakak agar tidak kembali melontarkan kata kasar pada adik mereka.

Menghela napas dengan kasar. Sowon kemudian menyibak rambut panjangnya, memilih menutup matanya daripada harus bertatapan dengan Sinb.

Detak - Gfriend [𝙎𝙏𝙐𝘾𝙆] Where stories live. Discover now