Level 0: "Tutorial Level"

449 68 9
                                    

Blaze berjalan santai di tengah lorong. Entahlah, ia tidak ingat mengapa dirinya bisa sampai kesini.

Hanya satu hal yang dia ingat, bahwa sebelumnya, ia sedang mengikuti acara camping sekolah. Ketika malam tiba, ia mengendap keluar dari area perkemahan sekolah. Lalu berjalan santai mengelilingi hutan.

Beberapa menit kemudian, sampailah ia di pinggir jurang. Karena tanah yang licin selepas hujan, membuat kaki Blaze tergelincir dan jatuh ke dalam jurang. Blaze segera menutup matanya, untuk menikmati sensasi jatuh dari ketinggian.

Hanya itu yang dia ingat. Karena saat Blaze kembali membuka mata, dirinya sudah berada di tempat ini.

Dan disinilah ia sekarang, berjalan-jalan mengelilingi tempat yang penuh dengan lorong dan dinding bercat kuning monokrom ini. Tidak ada raut panik yang terlihat di wajahnya. Hanya ekspresi bingung yang mendominasi.

"Yang buat ni tempat siapa ya kira-kira? Kok bisa banyak belokan kek gini sih? Jadi pengen kenalan gue sama arsiteknya."

Setelah puas dengan penjelajahannya, Blaze berniat untuk keluar dan kembali ke perkemahan. Ia kembali mengelilingi tempat itu untuk mencari jalan keluar. Tapi tak ada satu pun jalan keluar yang ia temukan.

"Buset dah, ini keluarnya gimana? Ogah banget gue kalo harus kejebak disini semaleman," tampaknya anak itu mulai panik. Yang tadinya hanya berjala biasa, kini dia mulai berlari.

15 menit kemudian, Blaze masih belum menemukan jalan keluar. Tak kehabisan akal, ia duduk dan meraih ponselnya yang berada di dalam saku celana. Namun tenyata, ponselnya sudah hancur. Layarnya retak parah, dan tidak bisa dinyalakan.

"Ck, pake rusak segala lagi nih hp. Kalo gini gimana caranya gue keluar coba?"

Blaze kembali berdiri, dan mencoba mencari jalan keluar untuk sekali lagi. Berputar-putar dalam tempat itu selama beberapa menit, namun hasilnya tetap nihil. Sampailah ia di salah satu sisi ruangan. Terdapat tulisan besar di tembok bercat kuning monokrom itu.

"DON'T MOVE AND STAY STILL"

Mata Blaze membola, "nggak, nggak. Ini udah nggak bener!" batinnya panik. Ia kemudian berlari kencang ke arah sebaliknya. Terus berlari, dan berbelok ke sembarang arah. Berharap kalau ia bisa menemukan sebuah pintu atau apapun itu yang mengantarkannya pada dunia luar.

"ARGH!! INI KELUARNYA GIMANA SIH?!"

Blaze berteriak frustasi. Matanya mulai berkaca-kaca. Sungguh, ia tidak mau berada disini. Sendirian. Ia ingin kembali ke perkemahan, dan bertemu dengan sahabat terbaiknya. Ice.

Namun, tanpa Blaze sadari, bahwa teriakannya adalah petaka baginya. Karena sedetik saja setelah ia berteriak, terdengar suara raungan keras dari arah kanan. Disusul dengan bunyi gemuruh ruang dan siluet sesuatu yang besar dengan 6 lengan tengah berlari cepat ke arahnya.

—————

"Hah ... Hah ... Hah ..."

Halilintar mencoba menetralkan napasnya yang terengah. Saat ini dia berada di salah satu lorong yang gelap. Terduduk, dengan keringat bercucuran.

Matanya bergetar ketakutan. Ia berulang kali menengok ke belakang seperti sedang waspada. Jujur saja, hal yang ia alami saat ini lebih menyeramkan daripada dikejar singa sekalipun.

Bagaimana tidak?

Saat Halilintar sedang mengeksplorasi tempat aneh ini, entah datang dari mana, seekor monster berbadan kurus tiba-tiba datang dan mengejarnya dari arah belakang. Tanpa pikir panjang lagi, Halilintar langsung berlari sekencangnya untuk menghindar dari monster tersebut.

The BackroomsWhere stories live. Discover now