132. Sebuah Hadiah Dari Hati

335 65 4
                                    

Menahan kata-kata saat Cheon Sayeon datang cukup dekat sehingga aku bisa mendengarnya bernapas, aku hampir tidak bisa menanggapinya dengan, "...kamu ingin aku melakukan apa?"

"Karena kamu memberiku anting-anting, kamu harus membantuku memakainya."

"Apa kamu memintaku untuk menindik telingamu? Sekarang juga?"

"Benar."

Cheon Sayeon tidak berhenti hanya dengan kata-kata itu, dia membuka kotak aksesoris lagi. Dia mengeluarkan salah satu anting-anting yang ada di dalam dan mengulurkannya.

"Cepatlah."

"Gila-bagaimana aku bisa melakukan ini? Aku bahkan tidak pernah menindik telinga sebelumnya."

"Kamu hanya perlu menekannya ke bagian tengah daun telinga. Apa ada yang sulit mengenai itu?" Cheon Sayeon menjejalkan anting-anting itu ke tanganku seraya menatapku, penasaran dengan apa yang akan kulakukan.

Aku mengerutkan kening saat menyentuh permata merah di ujung jariku. "...aku tidak tahu harus bagaimana kalau salah melakukannya."

"Aku tidak berniat menyalahkanmu, jadi jangan khawatir."

Kalau itu anak ini, aku yakin akan begitu, tapi...

Setelah berpikir agak lama, akhirnya aku pun menghela napas. Mari lakukan saja dengan cepat dan pergi. Bagaimana aku bisa mengalahkan keras kepalanya Cheon Sayeon.

Lagian itu kan item pemulih, jadi tidak perlu repot-repot buat desinfeksi. Aku pun memegang anting-anting dengan dua jari dan menatap daun telinga Cheon Sayeon dengan serius, namun Cheon Sayeon, yang melihatku dengan senyum menyebalkan di wajahnya, tiba-tiba memegang pinggangku dengan kedua tangannya, lalu mengangkatku.

"Apa ini sekarang?"

"Posisimu terlihat tidak nyaman?"

Dalam sekejap, alih-alih duduk di sofa, aku duduk di paha Cheon Sayeon, menghadapnya. Hatiku tenggelam.

"A-apa-apaan..."

Saat aku menatap wajah Cheon Sayeon, yang berada tepat di hadapanku. Aku mengingat kejadian semalam yang hampir tak terlupakan. Tanpa sadar, mataku tertuju pada bibir Cheon Sayeon, lalu dengan paksa aku mengalihkan pandanganku dan mendorong bahunya.

"Lepaskan aku."

"Kalau kamu sudah selesai, aku akan melepaskanmu," jawab Cheon Sayeon tak tahu malu dan sedikit menolehkan kepalanya.

Memang benar sih, lebih enak duduk di atas pahanya daripada di sebelahnya. Uhh, membuat suara kesakitan, aku mencondongkan tubuh lebih dekat agar dapat melihat daun telinganya lebih baik.

"...aku mulai."

Saat aku menempelkan ujung anting ke daun telinga Cheon Sayeon, dia menyandarkan wajahnya di bahuku dan berbisik, "Silahkan."

Aku menaruh sedikit kekuatan di jari-jariku. Agar tidak terlalu sakit, lebih baik menindiknya dengan satu tusukan daripada menekannya perlahan-lahan. Anting-anting itu menembus daun telinganya jauh lebih mudah daripada yang kukira dan menonjol keluar ke sisi lain.

"Apakah masuk dengan baik?"

"Sepertinya begitu."

Aku memegang telinga Cheon Sayeon dan menelitinya. Untungnya, anting-anting itu ditempatkan dengan baik di tengah daun telinga dan tidak bengkok.

Walaupun aku baru saja menusuk telinganya, Cheon Sayeon terlihat tidak kesakitan sama sekali. Apakah rasa sakit semacam ini tidak menanggung reaksi apapun?

"Kamu juga harus melakukannya ke telinga satunya."

"Aku tahu, jadi tolong anteng."

Aku memukul lengan Cheon Sayeon ketika dia terus rewel, lalu mengeluarkan anting-anting yang tersisa dari kotak aksesori.

Aku Tidak Menginginkan Reinkarnasi Ini [BL Novel Terjemahan]Where stories live. Discover now