4. Sosok Yang Dirinduhkan

151 10 0
                                    

"Ekhem__" dehem Finn saat baru saja memasuki rumahnya dan tak sengaja memergoki Nev dan Nisha yang tengah saling tatap dengan tangan Nev yang tengah memegang tangan Nisha.

Sedangkan Thifa yang berada di belakang tubuh Finn merasa penasaran dengan apa yang pria itu lihat, memunculkan kepalanya untuk ikut melihat apa yang tak bisa ia lihat.

"Apa kita datang diwaktu yang tidak tepat?" kata Finn tersenyum menggoda kala melihat kedua teman sekelompoknya itu salah tingkah kemudian melepaskan tautan tangan mereka sambil mengusap kepalanya.

Thifa yang tak tahu apa-apa hanya berjalan begitu saja lalu mendudukkan dirinya di samping Nisha.

"Tanganmu terluka," kata Thifa meraih tangan Nisha yang sedikit berdarah.

"Ah-- iya, tadi Nev juga berniat membantuku," balas Nisha sedikit gugup diangguki paham oleh Thifa.

"I-iya benar, aku hanya berniat membantunya," ikut Nev membuat Finn kembali terkekeh geli.

Dasar anak remaja, jika suka mengaku saja, kenapa harus banyak alasan.

"Ya ya terserah apapun alasannya, sekarang mari kita bekerja," kata Finn yang baru saja ikut nimbrung bersama mereka.

Tes...
Finn, Nev, dan Nisha yang sedang mencari materi langsung menoleh ke arah Thifa yang tengah sibuk menyumbat hidungnya yang kembali mengeluarkan darah.

Buru-buru Finn berdiri lalu berlari untuk mencari tisu, kemudian memberikannya pada Thifa yang menerimanya setelah mengucapkan terima kasih.

"Tak apa, jika kelelahan atau tak enak badan aku memang sering mimisan," kata Thifa yang mengerti kekhawatiran mereka.

"Kalau begitu kamu istirahat saja. Sisanya biar kami yang kerjakan, lagipula kamu sudah mengerjakannya hampir setengah," kata Finn diangguki setuju oleh Nev dan Nisha.

"Benar kata Finn, lebih baik kamu istirahat Fa," timpal Nisha membuat Thifa mengangguk pasrah.

"Sini biar aku antar ke kamarku, istirahatlah di sana. Jika perlu apa-apa chat saja aku, nanti Mbak akan membelikan yang kau inginkan," kata Finn membuat Thifa berdiri lalu mengangguk.

Finn menghantarkan Thifa sampai depan pintu lalu berniat kembali bersama Nev dan Nisha. Tapi sebelum itu, Thifa memanggil namanya dan menghentikan langkahnya.

"Em_ Maaf, apa orang tuamu tak keberatan aku memasuki kamarmu?" pelan Thifa merasa tak enak.

Finn tersenyum lalu menggeleng pelan. "Aku yatim piatu, hanya ada Mbak dan sopir yang bekerja di rumahku," balas Finn kelewat santai membuat Thifa merasa bersalah.

"Maaf--" sesal Thifa merasa tak enak.

"Tak apa, kau tak mengetahuinya. Lagipula tak ada yang salah dari pertanyaanmu"

"Istirahatlah, kau tak perlu mengkhawatirkan apapun," ucap Finn tersenyum hangat pada Thifa yang mengangguk, lalu ikut membalas senyuman pemuda itu sebelum masuk ke dalam kamar.

Setelah masuk ke dalam kamar Finn, Thifa tersenyum tipis saat melihat beberapa foto masa kecil Finn bersama orang tuanya. Terlihat sempurna dan bahagia.

"Setidaknya dia pernah merasakan kasih sayang orang tua," gumamnya menatap salah satu foto yang dimana menunjukkan kebersamaan Finn dengan Ayah dan Ibunya.

PAYUNG PENGGANTIWhere stories live. Discover now