19. Ketauan.

763 98 2
                                    


ARSHAKA

"Kamu hanya imajinasiku namun aku tak ingin kamu pergi."

Weekend ini Arshaka akan belajar untuk mengelola perusahaan dan sekarang ini ia sedang ada di ruangan kerja sang ayah yang berada di rumah.

Arshaka mendengarkan kata demi kata yang di ucapkan Arga dengan cermat.

Namun tiba-tiba ia berpikir ada sesuatu yang sedikit janggal di laporan yang ayahnya ceritakan.

"Tunggu ayah, kata ayah akhir-akhir ini keuangan di kantor mulai menurun tapi semua laporan menyatakan keuangan dikantor baik-baik saja seperti biasa. Apa ayah tidak menyadarinya bahwa ada sesuatu yang janggal di laporan ini?" Ucap Arshaka dengan jelas kepada Arga.

"Ucapan kamu benar namun ayah tadi hanya menguji apakah kamu bisa menemukan hal janggal seperti itu, ternyata kamu mengetahuinya dengan mudah." Jelas Arga kepada Arshaka dengan bangga karena sang anak mampu menemukan hal janggal seperti itu.

"Jadi laporan ini hanya laporan palsu?" Tanya Arshaka.

"Tentu saja tidak sha, ini laporan asli." Jawab Arga dengan santai.

"Itu artinya di kantor ada seorang penghianat? Iya kan ayah." Ucap Arshaka sambil tersenyum menyeringai.

"Cerdas."

"Tentu saja karena aku anaknya ayah. Bagaimana jika kita membuat sebuah rencana untuk menghancurkan penghianat itu?" Ujar Arshaka kepada sang ayah.

Arga tersenyum menyeringai mendengar ajakan sang anak untuk menghancurkan penghianat di kantor miliknya.

Arga kira Arshaka itu seperti anak-anak diluar sana yang hanya membuat kegaduhan tapi ternyata dugaannya salah, Arshaka memiliki sifat seperti orang dewasa dan memiliki sifat yang tidak mudah untuk ditebak.

Ini baru anak seorang Arga Putra Azrakhar, ahh tidak Rashaka juga anaknya. Mereka berdua anaknya yang paling hebat dan yang sangat ia banggakan.

Satu lagi, Arshaka memiliki sisi kejam yang hanya keluar jika ada seseorang yang mengusiknya.

Mungkin seperti Altar ego?

"Itu yang ayah pikirkan sha." Jawab Arga sambil tersenyum miring.

"Bagus! Arsha punya rencana dan pastinya ini akan menjadi pertunjukan yang sangat menarik." Ucap Arshaka dengan semangat namun masih dengan wajah yang datar.

"Ayah ikut rencanamu sha." Ucap Arga sambil menepuk pelan kepala Arshaka.

Ayah dan anak sama saja bukan? Sama-sama memiliki sifat kejam dibalik wajah tampan mereka.

Arshaka tersenyum lebar tepatnya menyeringai sambil membayangkan pertunjukan yang sebentar lagi akan dimulai.

"Ayah lihat kemarin kamu habis ngerokok ya?." Tanya Arga dengan tiba-tiba dan dengan salah satu alis yang dinaikan keatas sambil menatap Arshaka datar.

Seketika Arshaka terdiam menatap Arga dengan wajah panik namun tertutup oleh wajah datarnya.

"Ayo jawab, kenapa diem aja? Panik ya." Ucap Arga sambil tersenyum kecil.

"Eh ehh Arsha pergi dulu mau keluar sama Rasha, dadah ayah." Ucap Arshaka dengan terburu-buru dan langsung berlari keluar dari ruangan kerja Arga.

"ARSHA!"

****

"Cil ayo jalan-jalan." Ajak Arshaka kepada sang kembaran yang sedang sibuk bermain game di halaman rumah.

"Ngga agh, emang kakak nggak liat Rasha lagi ngapain?" Tanya Rashaka dengan ketus dan masih sibuk dengan game nya.

"Cil ayolah cil kita jalan-jalan, kita kan belum jalan-jalan bareng dari kemarin kali-kali gitu cil jalan-jalan bareng kakak." Bujuk Arshaka sambil mengganggu Rashaka yang sedang sibuk dengan game.

Rashaka menghela napasnya dengan lelah dan kemudian mematikan game miliknya.

"Ya udah ayo kita jalan." Ucap Rashaka dengan pasrah sekaligus senang karena ia akan ber jalan-jalan dengan sang kembaran.

"Bagus, ayo pergi." Ucap Arshaka sambil menarik tangan Rashaka menuju mobilnya.

"Ehh ehh, kenapa sih kak? Buru-buru banget keliatannya." Tanya Rashaka dengan penasaran kenapa sang kakak terlihat ter buru-buru.

"Kita bicaranya nanti aja, sekarang kita pergi dulu oke." Jawab Arshaka sambil masuk kedalam mobil dan Rashaka pun mengikuti sang kakak memasuki mobil.

Arshaka langsung mengendarai mobilnya menjauh dari rumah, sebenernya dia tidak takut dengan sang ayah namun ia tidak ingin di ceramahi panjang lebar oleh Arga apa lagi jika sang bunda tau, Bisa-bisa telinganya pecah mendengar ceramah sang bunda.

"Cil lo bilang sama ayah ya kalau gua ngerokok?" Tanya Arshaka dengan wajah datar melirik Rashaka dengan tajam.

"Hah? Rasha nggak bilang kok kak, serius sumpah. Ohh iya Rasha paham, jadi gini kakak kembarku sayang walaupun kita nggak ngasih tau ke ayah apa pun itu, ayah akan tetap mengetahuinya sendiri." Jelas Rashaka sambil tersenyum kepada Arshaka.

"Jadi karena ini kakak buru-buru pergi dari rumah karena nggak mau dengar ceramahnya bunda sama ayah kan?" Lanjut Rashaka dan hanya dijawab deheman oleh Arshaka.

"Gapapa ada Rasha kok kak, walaupun sebenarnya Rasha juga marah sama kakak karena kak Arsha ngerokok diam-diam."

"Sorry, bagi kakak dengan ngerokok bisa menenangkan pikiran kakak walaupun itu hanya sejenak."

"Ya udah gapapa, Rasha tau kok kakak butuh penenang dan tolong kakak jangan sampai meminum minuman keras ya." Ucap Rashaka menasehati Arshaka.

"Lo pernah minum gituan nggak cil?"

"Walaupun Rasha punya geng dan sering ikut tawuran tapi Rasha ngk pernah nyentuh Alkohol ataupun rokok semua anggota geng juga kayak gitu kak."

"Jangan ngikutin kelakuan kakak ya cil nggak baik buat kamu, sekali lagi sorry." Ucap Arshaka sambil mengelus rambut Rashaka dengan tangan yang satunya, ia juga tersenyum kecil kepada Rashaka namun matanya masih tertuju kearah depan.

Rashaka membalas senyuman itu, ia juga menatap Arshaka dengan tulus.

"Iyaa kak, lagian Rasha juga udah nggak marah sama kakak."

"Bagus deh, ayo turun kita udah nyampe." Ucap Arshaka dengan wajah datar andalannya.

Rashaka melihat kearah jendela dan benar mereka sudah ada di parkiran mall.

"Mall?" Tanya Rashaka dengan bingung kepada Arshaka dan sang empu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Main Timezone."

****

Vote komen.

Byee.

ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang