15 Permintaan Maaf

313 57 2
                                    

Gama kalah cepat dengan Dela, pagi ini kekasihnya itu datang ke rumahnya. Ini hari Sabtu dan Amanda libur sekolah, dia yang menyambut kedatangan Dela karena Mbok Mi sedang repot mengepel lantai atas. Amanda tidak pernah tertarik mengobrol panjang lebar dengan pacar-pacar abangnya itu, kecuali Dela, karena Dela sering bolak-balik ke rumah ini setahun belakangan, membuat mereka berdua harus akrab. Dengan Freya, Amanda bisa membicarakan banyak hal, termasuk drama yang sedang diputar di KBS dan SBS, dan dengan Dela, Amanda juga seru membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan fashion yang sedang tren saat ini. Dela selalu up to date.

Ketika Gama menuruni tangga, ia melihat kekasih dan adiknya sedang membahas sebuah majalah mode terkenal. Dela mengomentari fashion istri pangeran Harry, Meghan Markle, yang menjadi kiblat baru bagi sosialita tanah air.

"Iya, aku setuju, Kak. Simpel bangat tapi elegan. Oh ya, Kakak tahu nggak?" tanya Amanda antusias.

"Apa?" Dela menatap Amanda dengan mata berbinar.

"Waktu Meghan Markle tuor ke Afrika Selatan, dia memakai gaun yang pernah dipakai saat tour ke negara-negara Pasifik tahun lalu. Aku dapat beritanya dari teman yang jadi salah satu fans beratnya Meghan." Amanda menjelaskan, dia tersenyum lebar. "Manarik ya, Kak? Praktis gitu kayaknya. Pokoknya kalau cantik luar dalam pakai baju apa aja oke."

Dela mengangguk setuju.

"Eh, Bang Gama." Ujar Amanda sedikit terkejut. Ia menutup majalah di tangannya, "aku ke kamar dulu ya, Kak?" ia pamit pada Dela dan diberi anggukan kecil.

Gama hanya tersenyum sekilas sebelum mengambil duduk di sebelah Dela. Satu jam lalu, Dela meneleponnya dan bilang ingin datang kemari, Gama hanya menjawab dengan gumaman, masih enggan bicara banyak-banyak.

Dela meraih tangan Gama yang memegangi remote, sampai gerakan menekan tombol untuk mencari saluran televisi terhenti. "Maafin aku terlalu berlebihan waktu itu, Ga." Ungkap Dela dengan penuh penyesalan. "Nggak seharusnya aku nuduh kamu sembarangan," kini satu tangannya menyentuh pipi Gama, mengelusnya lembut.

Gama mengangguk, menatap balik wajah Dela yang menyesal itu. Ia menarik tangan Dela dan menciumnya lembut. Hatinya mudah luluh saat berhadapan dengan Dela, perempuan itu benar-benar bisa membuatnya bertekuk lutut. Dela lebih tua satu tahun dari Gama, lebih dewasa dari dia, tetapi Dela pun punya minus yang sampai detik ini belum bisa dikendalikannya sendiri. Posesif dan agak drama.

Gama menarik Dela dalam pelukannya, "aku juga salah."

Dela selalu takut dan cemas. Takut menerima kenyataan bahwa Gama menyukai sahabatnya sendiri. Risiko menjalin hubungan dengan seseorang yang memiliki sahabat yang kualitasnya sebanding dengannya dari segi fisik dan isi kepala. Meski ia sendiri yakin bahwa Gama dan Freya tidak ada hubungan apa-apa, tapi setiap melihat kedekatan dua sahabat itu hatinya selalu saja gusar.

"Lain kali kalau ada apa-apa kamu cerita dong, Yang..." Dela mulai merajuk lagi, membuat Gama gemas.

Gama menangkupkan tangan di sisi wajah Dela. Kekasihnya itu cantik luar biasa, apalagi dengan pulasan make up sempurna seperti ini. Bibirnya merah merona, membuat Dela terkesan dewasa dan sexy, alisnya simetris dan berwarna agak kecokelatan seperti artis drama Korea yang ditonton adiknya. Gama menempelkan hidung bangirnya ke hidung Dela. Entah berapa detik mereka berhenti seperti itu, Dela tersenyum kepada Gama.

"Heh!" seseorang menggubris mereka.

Gama tidak menghiraukan, dia tetap menahan wajah dan hidungnya.

"Ada anak di bawah umur di sini," masih suara yang sama.

Dela berusaha menarik diri dari Gama, tetapi kekasihnya itu tidak mau melepaskan tangannya. "Gama?"

Setelah sosok yang menengurnya berlalu ke belakang, Gama melepas tangannya dan menyandarkan punggung ke sofa.

"Kamu tuh, aku malu tahu sama Kenan!" pekik Dela sambil menepuk dada Gama. Lalu ia berlalu ke belakang ingin mengambil minum. Gama menyambutnya dengan kekehan ringan, sengaja ingin membuat Kenan munjuk sepagi ini setelah cowok itu selesai jogging.

Kenan seperti biasa, tenang dan kalem, tidak terpancing sama sekali. Meski hubungan keduanya kurang dekat, tapi tidak menutup keisengan Gama pada Kenan, seperti adegan yang barusan ia lakukan.

"Ajarin Gama sopan santun ya, Del." Ujar Kenan pada Dela, mereka sama-sama ingin mengambil air dingin dari kulkas.

"Ho-oh," Dela tersipu malu.

Kenan menuangkan air dingin pada dua gelas.

Dela tersenyum canggung, "thanks." Ia menerima gelas yang disodorkan oleh Kenan, meneguk minumnya setelah duduk. Dia mengamati peluh yang membasahi kening dan jakun Kenan, baginya Kenan benar-benar seksi dan menarik perhatian. "Ouch!" pekik Dela.

Kenan menoleh, melihat baju Dela basah oleh air dari gelas. Dia mengawasi Dela yang mengusap bajunya dengan tisu dari meja.

Dela berdiri, hendak ke tempat kekasihnya, namun ia teringat sesuatu saat melihat punggung Kenan membelakanginya. Kenan sedang mengembalikan botol air ke kulkas. "Nan," panggilnya lirih.

Kenan menutup pintu kulkas, berdiri tegak.

"Lo masih single?"

Kenan menyipitkan matanya, "why?"

Dela tersenyum tipis. "No. Gue pikir lo nggak sulit buat cari cewek manapun."

"Lo kira gue pacar lo?" sindir Kenan, tampangnya datar.

Mendengar itu mata Dela membulat, dia takjub dengan jawaban Kenan. "Jangan salah paham, maksud gue ... lo single dan sahabat Gama juga lagi single. Kenapa kalian nggak coba jalan?"

"Bukan urusan lo, Del."

"Oh, tentu. Tapi gue punya mulut buat ngungkapin ide di kepala gue dong? Kalian coba jalan bareng." Ucap Dela tanpa sungkan.

Kenan menatap Dela tak suka, cewek itu sudah mencampuri ranah pribadinya.

"Freya punya point, Nan. Lo nggak akan nyesel jalan sama dia. Good luck!" Dela mengusap lengan atas Kenan yang sedikit basah, lalu dia berlalu ke ruang tengah sambil membawa gelasnya.

Kenan bergeming di tempatnya, dia meremas tengkuk dengan gelisah. Tidak perlu ada yang memberitahunya bahwa Freya punya kelebihan dalam beberapa hal, selama ini Kenan juga sudah mengamati gadis itu. Pelan tapi pasti.

Djournal Town (Done)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang