7. Jayden + Nathan

461 78 41
                                    

Holla aku balik!

Maap baru up!

Oh yaa guys maap bngt buat yg kecewa alurnya ga langsung masuk ke penjelasan Hanan tentang kronologinya, dan jadi alur maju-mundur. Aku punya alasan untuk itu
:D hehe

Dimohon bersabar yaaa! Aku sedang built karakter satu-satu biar kalian jadi sayang juga sama semua karakternyaaa! Okeeh?

Sip! Kuyy!

Hope youuu like it!!

.

.

.

Brother Issues II

by

abbiy

.

.

.

*Present time*

Langkah yang terasa berat itu kini telah sampai pada tujuannya. Menghela nafas panjang setelah membuka pintu, Nathan menggeleng sesaat kepalanya sedikit pusing. "...berasa deja vu gue..." keluhnya, teringat pada hari, dimana untuk pertama kalinya membelikan bocah 15 tahun itu beberapa keperluan yang sama.

Dengan seenaknya menyuruh Nathan untuk membeli banyak hal... namun menggunakan uangnya!!

Benar-benar harus diingat utang bocah itu padanya, agar ia bisa mengajukan penggantian dana ke Boss Demit.

"Lagian heran banget, anak siapa yang nafkahin kok gue??" gerutu Nathan mulai masuk ke dalam apartemen. "Udah kikir, kejam, ga ada--"

"--Nathan lo telat." racauan Nathan terputus sesaat suara yang tidak asing itu terdengar. Mengangkat kepalanya yang tertunduk, kantong mata Nathan seakan menambah beban lelahnya. Menatap sosok yang mengenakan baju lengan panjang oversize, lengkap celana panjang juga kaos kaki. Benar-benar bayi besar. "Gue udah hampir sikat gigi tau!" omelnya, sambil menghunuskan buku bacaannya ke arah Nathan.

Ingat.

Bocah itu 15 tahun.

Tetapi tingkahnya sungguh kekanakan.

Nathan mendecak, "Ga usah cemberut gitu muka lo Jayden," ia menaruh kantong belanjaannya di lantai. "Baru juga telat 15 menit." Nathan menyandarkan punggung penuh pada dinding, selagi tangannya membuka sepatu.

"Nathan bin ketan," Nathan tersedak air liurnya sendiri begitu si bocah mulai kelewat batas. Meliriknya sinis, dan hanya mendapati Jayden yang terus menatapnya kesal. "Untung lo bukan dokter, semua hal itu harus on time! Gimana kalo tiba-tiba aja gue butuh lo pas keadaan darurat?? Kayak... gue sesak nafas??? Butuh oksigen gitu?? Gimana hayo?? Lo mau tanggung jawab??" jelas Jayden mulai melangkah mendekati Nathan yang mencoba menutup kedua telinganya. "JAWAB NATHAAAAN!" rengek Jayden menarik-narik lengan Nathan.

Nathan dengan pelan menepis tangan Jayden, "Lo?? Sesak napas? Haha. Lo sehat walafiat gini, malah terlalu hyper. Ga yakin gue lo bisa sakit." dengusnya, tidak percaya.

Jayden mengernyitkan dahi, terdiam untuk beberapa saat.

Yah... Nathan memang tidak tahu soal asma Jayden...

"...ya..."Jayden mengemut ujung bibirnya. "Kan... itu contoh aja..."

Perubahan nada yang tiba-tiba lesu itu, tentu saja menarik perhatian Nathan langsung. "Iyaa iyaa, lain kali gue on time yaa," Nathan mencoba meluruskan kakinya yang terasa pegal. Kepalan tangannya pun kini memukul paha kiri dan kanannya. "Lagian lo udah lama berdiri di situ?"

Brother Issues II ✔️Where stories live. Discover now