10. Ditto + Hanan

448 65 45
                                    

Hai ambekkk :)

Hope youuu like it! Maap lamaaa, aku padat jadwal hueeee :")

Jan lupi tinggalkan jejak ya.

Bisa diresapi dulu nada piano diatas, trimss.

*kalo ada typo kasih tau yaa*

.

.

.

Brother Issues II

by

abbiy

.

.

.

*Seminggu yang lalu*

Ditto Anggara, setelah 'kematian' adik kembarnya beberapa tahun lalu, merasakan kehidupannya berubah 180 derajat. Tidak hanya dengan dirinya sendiri, namun berimbas juga pada kedua orang tuanya.

Potret bahagia di mana ada satu keluarga kecil utuh dalam benak Ditto kini sirna. Berganti dengan kepingan memori masa lampau yang selalu dirindukannya.

Mendiang adik kembarnya itu seakan menyimpan 'kunci' dari inti kebahagiaan juga kewarasan orang tuanya.

Semenjak dirinya tiada, kelembutan, perhatian, kasih sayang mereka kepada Ditto pun berhenti.

"Apa sih maksudnya," Ditto menatap layar ponselnya yang masih membuka percakapan online dengan ibunya. "Jemput?? Emangnya tau rumah keluarga Erwin??" Ditto mendecak, lalu memasukan langsung ponselnya ke dalam saku celana. "Bodo amat, Jayden lebih penting." gumamnya, mendorong kembali pintu kamar Hanan. Mengabsen orang-orang yang memang penting dalam hidup Hanan, termasuk temannya.

Ari dan Ziaz, bersama Linda mengerumuni kasur Hanan.

Haikal menyandarkan punggung pada dinding, namun matanya tidak pernah meninggalkan sosok Hanan.

Wanda dan Jeje berada di ruangan yang sama, tetapi mereka lebih memilih untuk berdiri dekat dengan pintu. Sehingga begitu Ditto masuk, keduanya langsung menghampiri remaja yang juga terlihat lelah itu.

"Hey?" Wanda menepuk pelan lengan Ditto. Tatapannya penuh akan kekhawatiran. Entah mengapa, sejak mengetahui fakta tentang kedua orang tua Ditto, fokus Wanda selalu teralihkan padanya. "Lo ga papa?" Ditto berdehum dengan lirikan lesu kearah Wanda. Jeje yang ada di samping selebgram itu ikut memberikannya tatapan memelas.

Ditto menghela nafas panjang, berusaha menarik sudut bibirnya tinggi.

Ia tidak boleh menambah beban orang disekitarnya, persoalan Jayden dan Hanan jauh lebih urgent saat ini.

Ditto mengangkat kedua tangannya, melebar kan telapaknya, lalu ia mengacak rambut Wanda dan Jeje bersamaan.

Membuat keduanya sempat tersentak bingung.

"Ga papa," ujar Ditto lembut. "Dari pada fokus kalian berubah ke gue, mending kita perhatiin tante Linda dan Hanan," Ditto melirik jam yang melingkari tangannya. "Hampir 45 menit Hanan pingsan."

Jeje menganggukan kepala, melingkarkan tangan pada lengan Ditto. "Iya... tapi Jeje tetep bakalan khawatir juga sama Ditto!"

"Gue juga, Dit." timpal Wanda. Tampang serius Wanda sejujurnya membuat Ditto ingin terkekeh. Tetapi, ia menyadari satu hal jika mereka tidak menggunakan nama panggilannya yang biasa dijadikan candaan.

Brother Issues II ✔️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz