11. Nathan IV

389 67 44
                                    

😊 Am bek!

Hope you like it!!!

.

.

.

*Present time*

"Suhu 38 derajat," Nathan menatap termometer ditangannya, lalu melirik sosok Jayden yang terbaring lemas diatas kasur. "Lo demam." infonya, sambil menghela nafas panjang.

Jayden memeluk dirinya lebih dalam menggunakan selimut. Mendusel pada bantal untuk mencari kehangatan.

Ia tidak bisa membohongi fakta jika tubuhnya terasa 'aneh'. "Oh... pantesan..." respon Jayden menyembulkan sedikit kepalanya. Hingga Nathan hanya dapat melihat bagian matanya saja. Sedangkan hidung dan bibirnya tertutup selimut.

" 'Pantes' pala lo!" Nathan menepuk sisi kepala Jayden pelan. Hanya sebagai aksi reflek, karena Jayden terlalu menyepelekan demamnya. "Siapa suruh tadi malam begadang?? Malah mainan ps kan pas gue suruh tidur??"

"Ishhh," Jayden merengek. Membanting tubuhnya ke sisi lain supaya membelakangi Nathan. "Seru tau!"

"Mau seru ato enggak, bocah tetep bocah!!" Nathan memaksa Jayden untuk menatapnya lagi. "Lo harus sadar diri kalo tidurnya seorang bocah tuh cepet!!"

"Jajbdksndjekfm..." Jayden komat-kamit di dalam selimut. Membuat Nathan mengernyitkan kening karena tidak mendengar jelas satu kata pun. "Hah..." ia lalu bangkit dari posisinya berjongkok, "Tunggu gue deh ya, mau beli kompresan, obat sama sarapan buat lo."

Dua langkah diambil Nathan, ujung bajunya ditarik Jayden. "Than, maap yaaa."

"Hm??" Nathan membalikan badan lagi. "Buat apa?? Sakit lo?? Kan bukan mau lo juga Jayden." Nathan kini mencondongkan tubuhnya ke arah Jayden. Berusaha mendengar sisa kalimatnya.

"Bukan ituuu, gue jadi ga enak. Lo kemaren ajak gue ketemu temen-temen lo hari ini... " Jayden menatap Nathan dengan wajah memelasnya.

Lelaki berstatus young-adult itu pun terkekeh. "Ohhh, selow aja itu! Mereka juga ngerti kok. Kan tau kalo gue ngasuh bocah."

"Gituuu," Jayden menganggukan kepala kecil. Nathan yang melihat hidung Jayden kini muncul dari selimut pun, memencetnya jahil. "Jadi lo sekarang tidur, entar bangun udah ada makanan, okeh??"

"Hnn..." dehum Jayden merespon balik perkataan Nathan. Meski sebenarnya, penglihatan dan pendenagran Jayden sudah sedikit samar. Matanya memberat, tenggorokannya sakit, dan kepalanya pusing.

Suhu tubuhnya pun dirasa masih sama saja panasnya. Tidak turun, namun tidak naik juga.

Sepertinya, kekebalan tubuh Jayden memang menurun.

Beruntung, asmanya tidak kumat.

"Bye Jayden." suara Nathan yang tengah menutup pintu, menjadi hal terakhir yang didengar Jayden, "...body gue ga delicious banget nih emang... hhh..." gumam Jayden sebelum ia benar-benar terlelap.

.

.

.

Brother Issues II

by

abbiy

.

.

.

Brother Issues II ✔️Where stories live. Discover now