Ch. 6

294 39 11
                                    

Kalau biasanya Yeonwoo akan diantar Sunwoo sekolah, kali ini Eric selepas mengantar pangeran kecilnya. Memasuki rumah mewah dengan paper bag belanja kebutuhan makan malam dalam beberapa hari kedepan. Berjalan ke dapur dan tidak sempat melihat kalau garasi dan taman belakang lumayan agak ramai.

Eric tidak mengerti kenapa banyak orang asing yang duduk menikmati camilan roti buatan Eric kemarin, dengan segelas americano pahit yang pasti dipesan si Kim.

Kabin penyimpanan makanan selepas menaruh kalengan, Eric keluar seorang pria berwajah Asia berdiri di depan lemari pendingin meminum cola. Eric langsung membeku di tempat, berharap bumi menelannya bulat-bulat, berharap ia bisa menguap begitu saja, berharap pria itu tidak melihatnya. Tetapi tentu saja harapannya tidak akan pernah terkabul.

"Hai kita temu lagi," kata pria itu sambil tersenyum miring, mengejek dengan nada sedikit sinis. "Eric, bukan? Aku masih ingat padamu, di Napoli itu..."

Jantung Eric mulai mengentak-entak dada nya sesak, ia tidak bisa bernapas, ia juga tidak bisa bersuara. Kepanikan mulai menjalari dirinya dengan kecepatan penuh seperti cahaya. Dengan tangan terkepal, Eric memaksa dirinya membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, namun tidak bisa. Dirinya tidak bisa bersuara. Hanya satu hal yang terpikirkan olehnya. Pergi. Secepatnya. Secepat yang Eric bisa.

"Wow, wow, tunggu sebentar," kata pria itu sambil menahan lengan Eric yang terkesiap keras dan menyentakkan tangannya secepat mungkin.

Pria itu menyipitkan mata menatap Eric penuh tidak sudka. "Masih galak seperti dulu rupanya," gumam pria setinggi seratus delapan puluh itu pelan.
Eric tidak suka, nafas pria itu berbau asap rokok, bukan vanilla.

Tubuh Eric yang mulai gemetar ketakutan sementara otaknya membawa diri meluncur kembali ke masa lalu. Ke hari itu, lima tahun yang lalu. Hari saat ia merasakan ketakutan terbesar dan kehancuran, awal segala malapetaka.

"Kalau kamu tidak mengingatku, aku bisa maklum," pria itu melanjutkan sambil menyunggingkan senyum. "Kau tentu lebih mengenal Choi Yeonjun." Nama itu membuat napas Eric lebih sesak dan ketakutan besar yang pernah dirasakannya satu kali itu pun kembali melanda bagai bom atom di negeri Sakura. Meletup membuat luluh lantah.

"Kau masih ingat padanya, bukan?" desak pria itu sambil maju selangkah. "Bagaimanapun juga kalian pernah bersenang-senang."

Eric mundur selangkah, namun ia sadar jalannya terhalang lemari kaca dan ia mundur kembali masuk kedalam lemari penyimpanan makanan. Ketakutannya kini mulai lepas kendali. Matanya terbelalak liar menatap pria besar yang berdiri di hadapannya itu.

Pria itu mendesah berat, namun matanya tidak pernah lepas dari wajah Eric lekat-lekat. "Apakah kamu tahu Yeonjun kecelakaan dan cacat? Ah, tentu saja kau tahu. Karena sekarang kau beralih kepada adiknya." Pria itu maju selangkah lagi. Terlalu mengintimidasi.

Eric mundur lagi, semakin jauh ke dalam rak yang penuh makanan kini jatuh ke lantai.

"Kamu tahu," lanjut pria itu dengan nada melamun. "Kalau kupikir-pikir, kurasa Yeonjun dan Sunwoo tidak akan keberatan kalau kau menemaniku sebentar."
Pria itu mengulurkan tangan menyentuh pipi Eric dan jelas Eric otomatis menepis tangannya dan mundur selangkah lagi.

"Tidak," kata Eric serak dan gemetar. Ia menatap pria yang kini menghalangi jalan keluar itu
dengan panik. "Biarkan aku lewat."

Eric berusaha berjalan melewatinya, namun pria itu tiba-tiba mencengkeram bahu Eric sekuat tenaga dan mendorongnya ke dalam rak penyimpanan makanan. Eric mendengar jeritan keras ketika ia jatuh tersungkur di lantai, lalu menyadari bahwa itu adalah suaranya sendiri.

"Kalau kamu bisa menemani Yeonjun dan adiknya, kamu tentu juga bisa menemaniku. Sebutkan hargamu." Eric mendengar pria itu berbicara dengan nada malas yang ditarik-tarik. Berisik dan tidak ada sopan santun sama sekali. Tubuh Eric mulai merasakan ngeri membuat sekujur tubuhnya lumpuh. Ia tidak bisa melakukan apa pun selain menatap pria itu dengan mata terbelalak ketakutan. Ia sudah bersumpah ia tidak akan pernah merasakan ketakutan seperti ini lagi. Ia sudah bersumpah. Sejak satu malam di Napoli.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 10, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Una Notte A NapoliWhere stories live. Discover now