WWT - 3

4 3 0
                                    

Mata Darren membelak, jantungnya berdebar cukup kencang ketika mendengar tawaran dari Henry.

"kalau tidak keberatan, apa anda mau mencoba menjodohkan putra anda dengan putri saya?" itu yang Henry katakan, hingga saat sampai di rumah pikiran Darren masih tertuju ke sana.

Jika Dion dan Harin menikah, maka otomatis kehidupan Dion terjamin. Darren kini tak terlalu mempersalahkan perusahaan, dia bisa sedikit tenang jika suata saat nanti perusahaannya bangkrut karena kemungkinan Dion tak akan ikut bangkrut. Atau mungkin nanti Henry datang dan membantu perusahaannya? Dia berharap seperti itu.

"baiklah, kita coba bicarakan ini sama Dion."  pikir Darren, saat ini hanya dia yang tau tawaran dari Henry.

Dan Henry memberikan dirinya waktu sampai tiga hari ke depan, jika Dion setuju maka mereka akan dinner bersama minggu depan sebagai awal untuk perkenalan.

Ini adalah kesempatan emas, dan kesempatan itu sudah ada di depan mata dan Darren tak mau menyia nyiakannya.

Lagipula keduanya terlihat cocok jika berdiri bersebelahan tapi entahlah apakah perasaan mereka juga akan cocok?

Dion bisa saja belajar mencintai Harin karena dia terlihat menatap Harin dengan tatapan cinta sejak pertama kali bertemu. Namun apakah Harin juga akan seperti itu? Dia terlihat biasa saja dan pemalu jika bersama Dion.

"ehm Dion nanti kalau udah ganti baju ke ruangan papa ya." perintah papa sebelum masuk ke dalam rumah.

Dion penasaran kenapa papa memintanya untuk datang? Biasanya ada hal penting jika seperti ini.

"iyaa papa."

Setelah selesai bersih bersih, Dion dengan baju tidur berwarna hitamnya berjalan menuju ruangan papa.

Di sana Darren sudah duduk manis di atas sofa seraya membaca sebuah majalah dan meminum teh hangat

"papa." panggilnya.

Mendengar panggilan dari Dion, pria tua itu menoleh lalu menyuruh sang anak duduk di sebelahnya.

"ada yang mau papa kasih tau ke kamu, ini serius papa harap respon kamu nanti baik."

Perasaan Dion mulai tak enak, menyangkut sesuatu yang penting? Apa itu? Semoga tak aneh aneh.

"papa mau jodohin kamu la—"

"dihh apaan?? Pa denger yaa udah ada lebih dari lima kali Dion bilang ke papa kalau Dion ga—"

"dengerin dulu tuyul." Darren genti memotong ucapan Dion.

Dion memasang wajah malas namun demikian dia tetap diam dan berusaha mendengarkan ucapan sang papa "setiap di jodohin kamu selalu nolak untuk ketemu perempuannya, ga ada salahnya kalau lihat secara langsung dulu?"

Anak itu memutar bola matanya malas "pa denger ya, papa nunjukin foto dan Dion punya insting apa wanita itu cocok sama Dion atau engga? Kalau pun cocok pasti Dion bakalan mau ketemu dia dulu, tapi dari empat orang perempuan yang papa tunjukin belum ada yang memikat hati Dion."

Tangan Darren memijat keningnya sendiri, dia mulai merasa pening. Kata kata Dion tadi tak ada salahnya tapi— akhh tetap saja Darren ini Dion cepat menikah.

"kalau sama yang ini mau ga?"

Dion melirik sekilas ke arah papanya karena penasaran, kemudian dia kembali fokus dengan secangkir teh hangat yang akan dia minum.

"siapa?" walau berpura-pura tak peduli, anak itu tetap saja penasaran dan memutuskan untuk bertanya.

"Harin."

when we're together | Doyoung Where stories live. Discover now