Chapter 02: Pangeran kecil
Selamat membaca 🐱🐱
.
.
.Angkot melaju dengan pelan membelah embun yang masih menyelimuti jalanan di desa Keyla.
Keyla tersipu malu, senyum-senyum sendiri memandang Kevin yang duduk di sampingnya. Di dalam angkot tersebut hanya ada Keyla, Kevin, dan ketiga temannya.
"Kak Kevin," Keyla mencoba memecah konsentrasi Kevin yang sedang serius membaca koran.
"Kenapa, Key?" Kevin menatap Keyla.
Ya Tuhan.. Indah sekali ciptaanmu, suara batin Keyla saat beradu pandangan dengan Kevin.
"Keyla masuk SMK 1, kak. Gak jauh kan dari sekolahnya kakak?"
Kevin menganguk, "Iya gak jauh. Kamu ambil jurusan apa?" Kevin mencoba bertanya sebagai bentuk basa basi. Mesti sebenarnya dia masih sangat ingin melanjutkan membaca berita yang ada di koran.
"Komputer dan Jaringan," jawab Keyla.
"Bagus itu. Belajar yang rajin,ya." Kevin memberi sedikit senyuman kemudian lanjut membaca koran. Sementara Keyla langsung merah pipinya karena sudah salah tingkah mendaptkan senyuman dari Kevin.
"Ada yang bakalan gak bisa tidur nanti, nih, nanti malam." Jimi mencoba meledek temannya yang kini masih tersenyum-senyum sendiri.
Mobil angkot kini sudah masuk kota kabupaten, mereka disambut dengan pemandangan rumah-rumah mewah, taman kota yang indah, serta kendaraan yang hilir mudik. Mobil kemudian berhenti di terminal pasar. Keyla dan ketiga temannya lansung turun, begitu mobil yang membawa mereka berhenti. Sementara Kevin masih di dalam.
"Kak Kevin gak ikut turun?" Keyla bertanya di depan angkot.
"Aku ada lomba debat, Key." Usai menyebutkan nama hotel di mana lomba debat itu diselenggarakan, mobil angkot kembali melaju. Meninggalkan Keyla dan ketiga temannya.
Kevin memang salah satu anak muda berprestasi di desa Keyla. Bahkan di sekolah dia mendapatkan beasiswa dari pemerintah. Tampan dan pintar adalah kombinasi yang sempurna. Tidak heran banyak wanita di desa mereka yang mengangumi Kevin.
"Jam tujuh kurang lima menit, nih. Aduh kita bisa telat ini," keluh Dodi.
"Itu, itu angkot." Reyhan menunjuk angkot berwarna merah. Langsung saja Jimi berteriak untuk menghentikan angkot tersebut.
"Woii, buruan, ah." Jimi memecahkan lamunan Keyla yang masih memandang arah berlawan, arah jalan yang membawa Kevin pergi bersama angkot butut dari desanya.
Keyla menunduk, menyembunyikan senyumnya. Tiba-tiba bayangan masa lalu melintas di kepalanya. Kenangan masa kecil saat kakinya terluka akibat jatuh saat berlarian mandi hujan bersama teman-temannya. Ketika itu pula, Kevin datang menggendong Keyla untuk diantar ke rumah.
**
YOU ARE READING
Diary Keyla
Teen FictionJika bisa diabadikan, maka abadikan semuanya. Karena kelak semua cerita akan menjadi kenangan.