Happy reading.•
•
•
PLAKDiva memberikan satu tamparan keras pada pipi Dafian yang dan meninggalkan jejak tangan nya yang ketara di kulit putihnya.
" hiks.... sakit tante...huhu abangg hiks....." tangis Dafian sambil memegangi pipinya yang panas akibat tamparan dari Diva.
Garendra mengakhiri telfon nya dan berbalik badan, dia melihat Dafian menangis dan di depannya ada seorang wanita dengan muka yang menahan amarah.
Garendra berlari menghampiri Dafian karena takut terjadi apa apa pada adiknya.
" ada apa ini " tanya Garendra pada kedua orang yang berdiri di depannya.
Diva membenarkan rambutnya dan bajunya " ini pak ada anak kecil yang mengaku adik bapak , makanya saya usir " jelasnya yang membuat Garendra mengepalkan tangannya.
" sialan dia adik saya " marah Garendra pada Diva.
Diva menatap Garendra dengan takut " maaf pak saya tidak tahu "
" ada apa ini " terdengar suara Gio dari Belakang, mereka berbalik untuk menghadap arah Gio.
" hikss..... daddy " Dafian berlari dengan tangisannya dan meloncat ke pelukan Daddy nya.
" ada apa hm? " tanya Gio sembari mengelus kepala Dafian dengan lembut.
" hiks...tante itu hiks... pukul adekk" tunjuk nya pada Diva yang sedang menundukkan kepalanya.
Gio menatap diva dengan marah " keluar, anda saya pecat "
setelah mengucapkan itu Gio membawa Dafian yang berada di gendongannya untuk masuk ke ruangannya dan saat mau masuk Garendra pamit ingin pergi ke kantornya untuk mengurus masalah kecil.
kini mereka berdua Gio dan Dafian sedang berada di ruangan kerja dengan dafian yang berada di pangkuan Daddy nya.
" Daddy. Daddy" panggil Dafian dengan nada lucu menurut Gio.
" apa hm? " Gio menghentikan mengetik di keyboard nya dan menatap Dafian.
" emm adek mau sekolah boleh " tanyanya dengan nada pelan.
" home schooling mau" usul Gio dan di jawab gelengan oleh Dafian.
" no no no adek mau sekolah di sekolahan daddy" rengeknya dengan bibir yang mencebik lucu.
" coba tanya para abang mu , berani? " ucap Gio dengan kekehan, karena ia tau bahwa dafian tidak terlalu berani dengan para abangnya.
" adek berani" ucapnya dengan nada pelan di ahir kalimatnya.
" ayo pulang daddy, bosann tauk " bujuk nya pada Gio dan di hadiahi kecupan kecil di pipinya.
" ish basah daddy hentikan hahaha " tawa Dafian karena mendapat kecupan bertubi tubi di pipinya dan yang membuat geli adalah bulu halus di janggut Gio.
" ayo pulang sini daddy gendong" Gio mengendong Dafian ala koala dan membawanya pergi dari kantornya untuk menemui para abangnya untuk meminta persetujuan apakah boleh sekolah di sekolahan umum.
jam menunjukkan pukul 07.00 terlihat ada lima pemuda yang duduk berjejer di ruang tamu dan orang dewasa duduk di kursi singel dengan bocah yang berada di pangkuannya.
" gih bicara " titah Gio pada Dafian yang masih menyembunyikan wajahnya di lehernya.
" ada apa dek bicara sama kakak" sahut Hataro.
" ada apa hm " sahut pemuda lain lebih tepatnya Erhan.
" mau apa " sahut satunya Kenan.
" ada masalah? " sahut Hatano memastikan.
" ada yang menggangu!? " sahut Garendra dengan menatap intens dafian.
" ihh ngak ada apa apa, adek cuma mau izin boleh ngak adek sekolah di sekolahan umum" ucap Dafian dengan sebal.
" gak " jawab Garendra .
" gk blh " sahut Erhan.
" gak bisa" sahut Kenan.
" no " sahut Hatano.
" ngak boleh " sahur Hataro.
" hiks.... tuh kan daddy ngak boleh hiks.... jahat" tumpah sudah tangis Dafian mendengar jawaban ke lima abangnya yang tidak memperbolehkan dirinya sekolah.
Dafian turun dari pangkuan Gio dan berdiri dengan berkacak pinggang sambil menatap tajam mereka semua namun bagi mereka malah terlihat lucu.
" adek ngambek pokoknya titik " setelah mengatakan itu Dafian pergi dari hadapan mereka ber enam dengan perasaan sebal dan kesal.
ngambek kok bilang bilang. batin Gio dengan gemas pada putra bungsu nya.
•••
tinggalkan jejak anda dengan vote dn komen!!!
see you.
YOU ARE READING
DAFIAN [ END]✔️
Teen Fictionapa yang kalian pikirkan dengan anak 12 tahun. main? bersenang-senang?. No kalian salah. dia Dafian anak penjual koran yang berusaha banting tulang menghidupi dirinya sendiri setelah kematian kedua orangtuanya. namun nasib berkata lain dia bertemu d...