1. The Reactions

1.7K 214 12
                                    

Satu bulan berlalu dan Hyunsuk hampir terbiasa berperan sebagai seorang ibu. Hampir. Karena pada kenyataannya Hyunsuk masih sering kelimpungan ketika Winter menangis tanpa henti sepanjang hari.

Tapi itu berlangsung cukup baik, bagaimanapun, Hyunsuk sudah belajar dan menyiapkan mental serta fisiknya jauh-jauh hari, meski pada ujungnya kantung mata Hyunsuk berakhir menghitam dan membesar karena kekurangan waktu tidur.

Semuanya memang terasa sulit, sangat sulit. Rasanya Hyunsuk hampir gila. Tapi ada Jihoon di sana. Yang mendukungnya dengan baik. Memberikan semangat dan membantu banyak hal. Sampai Hyunsuk bisa menjalani semua itu dengan baik.

Seperti hari ini. Untuk pertama kalinya, setelah tiga puluh dua hari dilahirkan, Winter akan keluar dari rumahnya. Mengunjungi panti asuhan. Karena anak-anak di sana sangat ribut ingin bertemu adik Winter, dan mereka tidak bisa datang berbondong-bondong ke rumah, maka Winter yang datang ke sana.

Jihoon banyak membantu tentang itu.

"Sudah semuanya?" tanya Jihoon yang menggendong Winter. Berdiri di ambang pintu, menunggu Hyunsuk yang menyoren tas berisi semua pernak-pernik kebutuhan Winter.

Seperti yang dikatakan Hyunsuk sebelumnya, Winter sangat pilih kasih. Anak itu, entah bagaimana sangat lengket pada Jihoon. Tak pernah ingin terlepas dari sentuh sang Dada. Seandainya dia mendengar suara Jihoon dan Jihoon tidak menyentuhnya, dia akan mulai menangis, menjerit-jerit ingin digendong.

Hyunsuk tak pernah dapat kesempatan untuk menyentuh Winter jika ada Jihoon, seperti Hyunsuk itu bukan orang yang membawa-bawa Winter selama sembilan bulan dan melahirkannya.

Tapi ketika Jihoon pergi bekerja, Winter seolah paham, dia tidak merengek. Dia mau diam dan tinggal bersama Hyunsuk meski tidak setenang ketika ada Jihoon di sisinya.

Hyunsuk terkadang ingin berdecih, ingin mengatai Winter anak Dada yang manja. Tapi tidak, karena Hyunsuk Papa yang baik.

"Yap." jawab Hyunsuk. Dia mengikuti Jihoon kemudian mengunci pintu dan berjalan menuju tempat parkir.

Mereka dijemput Mark. Menggunakan mobil karena Mark sebenarnya cukup kaya, sangat kaya untuk ukuran seseorang pemuda pengangguran.

"Boleh aku yang membawanya?" tanya Haechan yang tentu saja, dia ikut kemanapun Mark pergi.

"Coba saja. Akan kusebut kau hebat jika dia tidak menangis." ujar Hyunsuk yang kini sudah masuk ke dalam mobil.

Haechan cepat-cepat turun kemudian meraih Winter yang langsung terbangun dan menangis begitu dia terlepas dari sentuhan Jihoon.

"Eh, sayang, sayang." Jihoon mengambil kembali Winter, menenangkannya dan bayi kecil itu langsung tenang.

Haechan memasang wajah masam, menatap benci pada Winter dan Jihoon yang hanya mengangkat bahunya acuh.

"Winter aneh." seru Haechan sebelum kembali masuk dan duduk di sisi Mark yang mengemudi. Sementara Jihoon duduk di belakang bersama Hyunsuk.

Mark tertawa kemudian mengusak rambut pemuda di sampingnya, "kita bisa membuat bayi kita sendiri. Jadi kau bisa menggendongnya setiap saat."

"Oh, tidak, terima kasih banyak. Anak-anak di panti asuhan bahkan sudah lebih dari cukup."

***

Matahari Musim DinginWhere stories live. Discover now