2. Before the Special Night

1K 176 34
                                    

Sekitar pukul sebelas malam Jihoon mendapat pesan dari Jennie, mengatakan bahwa ia mendapat jackpot; libur dua hari dari pekerjaannya mengasuh Jila.

Itu sebenarnya cukup mencurigakan. Jennie biasanya mengabari Jihoon jauh-jauh hari jika dia memberi libur, karena Jennie tahu Jihoon harus mengisi waktu luangnya dengan pekerjaan lain.

Tapi kali ini sangat tiba-tiba, seolah Jennie tidak merencanakan libur Jihoon sama sekali sebelumnya. Semakin mencurigakan ketika dia teringat bahwa dua hari yang lalu adalah ulang tahun pernikahannya.

Bukannya Jihoon tidak berniat merayakan hari istimewa itu, tapi dia belum memiliki waktu. Jadi dua hari yang lalu Jihoon hanya mengucapkan kalimat terima kasih pada Hyunsuk dengan beberapa kata picisan lainnya dan kecupan lembut.

Jihoon sejujurnya sudah menyiapkan sesuatu; sebuah kalung, untuk mengganti kalung yang dulu Hyunsuk gunakan untuk menyelamatkan nyawanya dan sebuah cincin, sebagai tanda bahwa ia sudah mengikat Hyunsuk.

Akan Jihoon berikan tepat setelah tiga hari terlewat dari tanggalnya. Tidak ada alasan khusus, Jihoon hanya ingin melakukannya seperti itu.

Tapi Hyunsuk sepertinya melakukan sesuatu. Jihoon bisa membacanya dari gelagat Hyunsuk yang terlihat lebih bahagia dari biasanya.

"Aku pulang." ujarnya begitu membuka pintu meski tahu tidak akan ada yang menyahut. Hyunsuk pastinya sudah terlelap bersama Winter di kamar.

Jihoon langsung membersihkan tubuh. Membuka tudung nasi dan tersaji makanan buatan Hyunsuk. Jihoon memakannya dengan lahap, meskipun makanan itu sudah sedingin sikap Asahi pada Jaehyuk.

Kemudian Jihoon langsung ke kamar dan menengok buaian kecil yang dihuni makhluk paling luar biasa satu semesta, setelah Hyunsuk. Tersenyum halus sebelum menurunkan penghalang ranjang Winter dan mengecup pipi tembam balita berusia lima bulan itu.

Tidak terlalu banyak membuat gerakan atau suara, Jihoon langsung menaikkan kembali penghalang yang tadi ia turunkan kemudian beralih pada Hyunsuk yang meringkuk di bawah selimut, menghadap buaian Winter.

Melihat dua malaikatnya tertidur lelap langsung mengangkat rasa lelah yang sejak tadi berkumpul dalam pundak Jihoon. Semuanya benar-benar menguap begitu saja.

Jihoon menaiki ranjang dengan pelan, sangat pelan agar tidak membangunkan Hyunsuk. Karena manusia kecil itu sangat kekurangan tidur, mungkin dalam sehari Hyunsuk hanya tertidur selama lima jam jika diakumulasikan. Semua waktunya tersita habis oleh jerit tangis dari Winter.

Maka, Jihoon berusaha untuk membiarkan Hyunsuk tetap tidur selama mungkin.

Tapi Winter tak pernah mengijinkannya.

Baru saja Jihoon masuk ke dalam selimut, bayi itu sudah bergerak-gerak gelisah, mendorong-dorong selimut yang menutupi sebagian tubuhnya kemudian mulai merengek.

Mendengar rengekan itu Hyunsuk langsung membuka matanya, mengumpulkan nyawa beberapa detik dan dia tahu harus apa.

"Kau baru pulang?" Hyunsuk bertanya dengan kaki yang bergerak turun dari ranjang, memakai sandal rumahnya kemudian mengangkat Winter yang kini sudah menangis.

"Yah,"

"Tidurlah, Jihoon." bisiknya halus seraya berjalan-jalan kecil, menepuk-nepuk pantat Winter, berusaha menidurkan bayi itu kembali.

"Setelah kau berhasil menidurkan Winter." balas Jihoon, namun dia merebahkan tubuhnya karena punggungnya terasa sangat kaku.

Hyunsuk tidak menjawab lagi, fokusnya hanya terarah pada Winter yang perlahan berhenti menangis.

Tak butuh waktu lama untuk membuat Winter kembali terlelap, mungkin sekitar delapan menit dan Hyunsuk sudah bisa bergabung bersama Jihoon, berbaring di bawah selimut.

Matahari Musim DinginWhere stories live. Discover now