2. Baba Bilang Jangan Pernah Meminta Permen ke Rumah Itu

66 12 5
                                    

MALAM ITU, Yuch ingin menjerit.

Ketika Pak Listyev mengejar terengah, Yuch tahu akan ada hal buruk yang sedang mengintai. Ternyata benar, dan masalahnya, Yuch berada di dalam masalah tersebuut. Waktu itu arloji kasual di lengan kiri Yuch menunjukkan pukul dua belas. Bukanlah pertanda baik jika tertimpa kesialan di jam segini. Begitu pikir Yuch.

"Ada apa?" tanya Pak Listyev. Ia tak mendengar satu pun jawaban keluar dari mulut Yuch. Pemuda itu hanya tertegun seraya mengatupkan bibir. Bahkan, beberapa keringat menyembul di pelipis.

"Tidak," jawab Yuch, menggeleng.

"Kau memasuki rumah itu, eh!?" tebak Pak Listyev, menodongkan moncong shotgun untuk mengancam.

"Tidak! Tidak!" Yuch mengangkat kedua tangan, lalu menggeleng lebih cepat. Celakalah aku mendapati mata gadis sakit itu. Baba benar, rumah itu tidak semestinya kumasuki. Tapi masalahnya, apakah aku akan tidak apa-apa setelah kejadian tadi—

"Terus kenapa kau ketakutan seperti habis bertatapan dengan hantu!?" cecar Pak Listyev, masih belum percaya.

Yuch mengembuskan napas berat. "Tidak, saya hanya berpikir, seberapa menyeramkan gadis itu berkulit pucat dan bermata merah. Jika aku bertemu dengannya, aku pasti akan menembak langsung." Dan pemuda jangkung itu pun mengelak.

Beruntunglah Pak Listyev mangut-mangut. Dia tak melontarkan satu kata lagi kepada Yuch. Bahkan, lirikan mata hitam pria tua itu kini tidak menelisik Yuch seperti tahanan. Beberapa kali, ia memelototi rumah keramat di belakang. Namun, dia bergidik sendiri, lalu beralih kembali—

"Kenapa Anda mengejar saya?" tanya Yuch tiba-tiba. Dia sudah menginterogasiku layaknya penjahat, dan sekarang aku pun bisa melakukan hal sama.

Pak Listyev sontak berbalik, lalu mengayunkan moncong senapan, sampai mengentak pipi kiri Yuch. "Kau bodoh, eh!?" bentaknya, "kau kira aku tak bisa mencium gelagatmu tiba-tiba mampir kemari! Bohong sekali kau akan melihat-lihat rumah itu saja! Dan jangan kira tujuanku ke sini hanya untuk memberitahu warna mata seorang gadis yang telah mati setahun lalu!"

Yuch terperanjat. Dia tidak tersentak sebab bentakan seorang pria tua. Baba lebih menyeramkan. Masalahnya, Yuch mendengar hal konyol keluar dari mulut keriput pria tua di depan.

Apa yang pak tua Listyev itu katakan!? Dia gadis yang tadi kuintip, k-kan!? Tapi dia sudah ... mati!?

Yuch menggelegak ludah berat-berat. Dia lagi-lagi dibuat takut oleh Pak Listyev. Pria tua itu mengerikan seperti mayat hidup. Badan tinggi, tetapi dipenuhi keriput, apalagi rambut beruban yang menjuntai sampai telinga, Pak Listyev tahu lebih banyak daripada dugaan Yuch. Bagi Yuch, Dia bukan gelandangan biasa.

"Да! (Ya!)" Yuch memajukan langkah. "Saya sudah cukup mendengar alasan klise generasi tua seperti Anda. Jadi, bisakah kita kembali saja ke rumah yang Anda bangga-banggakan itu? Sudah tengah malam, dan aku mengantuk. Aku sudah tidak punya urusan dengan rumah itu."

Pak Listyev mengerutkan dahi. Dia sempat tak percaya, tetapi Yuch benar-benar menjauh dari rumah tua itu. Dia terus melangkah ke kompleks perumahan yang sudah menjadi puing-puing. Pria tua itu pun mengangkat bahu, lalu memasang kembali shotgun ke punggung. Pak Listyev tidak mau buang-buang waktu untuk memikirkan jawaban yang bisa saja bohong.

"Ya, apalah urusanku?" gumam Pak Listyev, memulai jalan. "Anak muda kurang ajar itu bahkan tidak punya urusan lagi dengan rumah tersebut."


***


Tapi Yuch berbohong.

KeyholeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang