Bab 45| Izin

52 30 0
                                    

Misca masih larut dalam pekerjaannya, bahkan ia tak sadar sudah mengerjakan pekerjaannya itu telah menghabiskan waktu selama hampir dua jam, yang itu artinya sebentar lagi Parvez akan menjemputnya sesuai dengan perkataan Parvez sebelumnya.

Hingga ...

Sebuah ketukan pintu tiba tiba saja membuyarkan konsentrasi nya pada daftar nama list program tahap 1 yang tengah ia seleksi tersebut.

"Masuk," ujar Misca dengan manik nya yang tak lepas dari layar laptop di hadapannya itu.

"Mrs. Misca, Mr. Parvez telah datang."

"Dad?" kaget Misca yang spontan menolehkan kepalanya menatap ke arah sumber suara.

Leo menganggukan kepalanya sejenak, dan tak lama seorang pria paruh baya yang sudah Misca sangat kenali masuk ke ruang kerja nya itu.

"Daddy!" pekik Misca cukup heboh yang dengan spontan beranjak dari bangku segera berlari menuju sang ayah.

Ia tak bisa membohongi dirinya sendiri, jika dirinya tak jauh berbeda dengan sang ayah dimana dirinya merindukan sosok pria paruh baya yang selalu ada untuk nya dari ia bayi hingga ia besar seperti sekarang ini.

Gadis itu segera memeluk sang ayah, dan tentu saja Parvez membalas pelukan putri tercintanya itu.

"Aku merindukan Daddy," lirih Misca yang sudah terbawa suasana.

Leo yang langsung mengerti hal sensitif yang tengah terjadi di antara ayah dan anak, akhirnya memilih keluar dari sana.

"Daddy juga, Daddy kira Daddy sudah tergantikan dengan suami mu Philip itu, sehingga kau tak menelfon ku sama sekali hingga aku yang menelfon mu lebih dahulu," lirih Parvez sedikit menyindir halus pada Misca.

Misca tak dapat menyanggah, lagi pula mana mungkin ia memberitahu pada sang ayah bahwa sebelumnya sakit, bagaimana jika nantinya akan membuat Parvez jauh lebih khawatir?

Hal semacam itu yang di hindari oleh seorang Misca.

"Maaf kan aku Dad, aku janji akan menghubungi mu lebih dulu di lain waktu," ujar Misca pada akhirnya.

Jika Misca telah mengatakan demikian, maka Parvez tak dapat mengatakan apa - apa. Lagi pula yanntu g terpenting untuknya bahwa putri nya selalu bahagia.

Hanya hal itu yang ia perlukan!

Tak lama setelah berbasa basi, Parvez dengan cepat menanyakan pada putrinya itu, apakah saat ini ia telah menyelesaikan pekerjaan nya atau ia masih memerlukan waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya di kantor, jika memang memerlukan waktunya sebentar, maka Parvez dengan santai nya mengatakan bahwa ia akan menunggu nya.

"Jangan seperti itu Daddy, aku tahu kau sengaja pulang cepat untukku, jadi tak mungkin aku berlama lama disini, jika Daddy kesayangan ku sudah datang."

Mendengar jawaban dari putrinya tentu saja membuat Parvez tak henti- hentinya memperlihatkan senyuman indahnya itu.

.

.

Keduanya telah keluar dari Miracle Foundation, dan Parvez kini telah berada di bangku pengemudi, sedangkan Misca duduk di bangku penumpang di sebelah pengemudi.

"Daddy senang kau menerima usulku, ku kira kau tak mau menerima usulanku," lirih Parvez sembari mengusak rambut putrinya pelan, sebelum melanjutkan perjalanan yang akan mereka tempuh menuju kediaman keluarga Parvez.

Senyuman yang sangat jelas di perlihatkan oleh Parvez tak mampu di tutupi bagi orang yang melihat dirinya, sebab memang tak dapat di pungkiri jika ia memang sangat merindukan kehadiran Misca.

Misanthropy Vs Philanthropy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang