6. Empat

222 18 1
                                    


-Happy Reading-


























Kalau akhir pekan biasa semasa kuliah dulu pasti kumpul-kumpul bareng di kafe dekat kampus menikmati waktu luang yang teramat-amat sangat membosankan.

Sekarang beda lagi, semua sibuk dengan jadwal mereka masing-masing. Tidak ada akhir pekan yang dinikmati saat jas putih kebanggaan masih melekat.

Dan yang sekarang tengah duduk dengan perasaan jengkel di depan seorang wanita yang sampai saat ini masih enggan memberi topik.

Seperti apa yang Pram ucapkan terhadap Bunda nya tempo hari, kini akhir pekan Ia dipertemukan dengan wanita cantik tampa hijab meskipun agama jelas menganut agama Islam.

Dari situ saja sudah jauh dari kriteria Pram.

"Tadi nama kamu siapa?" tanya nya, memecahkan suasana beku yang sedari tadi terus mengusik.

Sedangkan si perempuan hanya mendengus.

"Anita, perlu aku ulang berapa kali?"

Pram tidak membalas ucapan ketus dari perempuan berdress merah menyala tersebut.

Anita Arlang adalah anak dari teman Bunda nya yang hendak dijodohkan dengan nya. Anita adalah seorang model yang terkenal akan keramah-tamahan nya serta senyum bulan sabit yang akan langsung jadi candu bagi mereka yang pernah bertemu.

"Kamu pasti udah tau kita ketemu sekarang mau bahas apa." Ujar Pram.

"Tau. Dan saya menolak." Jawab Anita.

Pandangan si puan yang menatap ke sembarang arah tersebut kini mulai mengambil semua fokus Pram. Mulai dari pertama kali bertemu, dari prilaku nya saja memang sudah membuat nya curiga.

"Kalau begitu kenapa tidak menolak, saat hendak dijodohkan?"

"Kamu juga."

"Ini paksaan dari Bunda."

"Kalau begitu ini juga paksaan dari Mama saya."

Seumur-umur baru kali ini ada yang mampu membuat semua ucapan Pram terbantahkan.

Di tengah riuh suara kendaraan di luar kafe sana, kini netra yang berbeda warna tersebut saling beradu tatap. Pram sendiri bingung Ia ingin menolak tapi di satu sisi kenapa suara hati nya malah mengatakan iya untuk lebih mengenal.

Latte yang telah habis di teguk tersebut seakan menjadi saksi saat Pram dengan tiba-tiba menggenggam tangan putih milik Anita.

"Eh! Ngapain?!"

"Diem, gue ngak bermaksud ada yang lagi ngawasin kita." Ucap Pram sedikit berbisik saat tatap nya kini mencuri-curi pandang pada seseorang di balik buku menu sedang memotret ke arah Ia dan juga Anita.

Pram tau betul itu pasti orang suruhan Bunda untuk mengawasi nya.

"Setakut itu ternyata..."

"Mau kemana?" tanya dari Anita terlontar, saat dengan tiba-tiba kini Pram menarik tangan nya kemudian beranjak dengan tergesa keluar dari kafe tersebut.

JAS DOKTERWhere stories live. Discover now