BAB 9 : Liburan (II)

95 21 3
                                    

Mediteranean, Kapal St. Anthony.

Sebuah kapal pesiar besar milik Prancis, kapal ini mengangkut wisatawan Prancis ataupun orang - orang eropa yang ingin mengadu nasib atau penasaran dengan Bagdad. Sebuah kota yang terkenal di epos abad pertengahan dengan nama "1001 malam", selain itu kebanyakan dari mereka penasaran dengan Gerbang Babilon dan bekas menara babilon yang termahsyur.

Di sebuah dek haluan, seorang pria berpakaian sedikit usang sedang merokok menatap lautan yang luas.

"Hei, Hans! Aku mencarimu kemana - mana, ternyata kamu ada disini." Sebuah suara memanggil pria bernama Hans tersebut dengan bahasa Jerman, Hans lalu menoleh dan melihat pria tua berpakaian rapi menyapanya.

Pria tua itu adalah Hermann Böhme, seorang insinyur Republik Weimar Jerman yang akan bekerja di Irak. Karena perusahaan tempat dia bekerja mendapat proyek pembangunan dua kapal perang jelajah ringan Kelas Königsberg untuk Irak.

"Oh, Tuan Hermann. Yah, aku sedang merokok jadi lebih baik diluar." Jawab Hans sambil membuang asap rokok.

"Kamu ini.... Masih muda sudah merokok, bagaimana jika terkena penyakit?." Ucap Hermann, dia melihat Hans merokok dengan santainya.

"Maka itu adalah tanggunganku, hehehe.... Ngomong - ngomong anda akan ke Basrah?." Tanya Hans, dia sudah mengetahui siapa Hermann.

"Tentu saja! Lagipula pembangunannya akan dilakukan bulan depan, jadi aku harus tinggal disana dan menyiapkan anak buah. Ngomong - ngomong kenapa kamu pergi ke Irak? Bukankah Inggris lebih baik?." Jawab Hermann, dia lalu bertanya ke Hans. Dia penasaran kenapa anak muda seperti dirinya pergi ke tempat antah berantah penuh gurun dan panas yang menyengat.

"Mencari peruntungan, aku mendengar kabar bahwa kualitas hidup disana lebih baik dari London dan Paris. Juga gaji minimum disana sangat tinggi." Jawab Hans, dia adalah seorang Jerman dan satu dekade lalu dia pernah bertugas sebagai tentara kekaisarab sebagai serdadu kecil.

Setelah Jerman kalah, banyak mantan tentara ini menjadi pengangguran dan pengemis karena mata pencaharian tidak ada, dan perusahaan besar tidak menerima mereka karena hiperinflasi Republik Weimar.

"Yah, semoga kamu menemukan pekerjaan yang cocok. Aku minta rokoknya satu boleh?." Hermann menepuk bahu Hans, dia lalu bersandar disebelahnya dan meminta rokok satu.

"Sudah tua merokok, kena asma jangan salahkan aku." Ucap Hans dengan senyum, sekarang dia bisa membalas perkataan Hermann sebelumnya. Sambil dia memberikan rokok dan korek kayu.

"Banyak omong, terima kasih." Balas Hermann mengambil rokok tersebut.

Tapi saat matanya berpindah ke arah lain anjungan, matanya tertuju ke arah seorang remaja berusia 16 tahunan yang ditemani pria tua dengan topi merah aneh dan seorang gadis cantik berusia 14 tahun.

"Hans." Ucap Hermann lalu menunjuk dengan dagunya.

Hans menoleh ke arah Herman, lalu mengikuti arah yang ditunjuk. Dia melewatkan kedua pria disana, matanya terfokus dengan gadis cantik berusia 14 tahun disana.

"Cant-*plak*." Gumam Hans yang dapat di dengar Hermann, namun kepalanya ditempeleng oleh Hermann.

"Bukan gadis itu blöd! Tapi dua pria itu! Salah satunya mantan sekutumu dan salah satunya adalah Putra Mahkota Irak!." Hina Hermann saat mendengar gumaman Hans, dia lalu menjelaskan siapa kedua pria tersebut. Juga, dia tahu bahwa Hans mantan tentara Kekaisaran Jerman. Karena dia menceritakan kisah hidupnya saat di ruang hiburan.

"Auch..... " Hans meringis kesakitan karena tempelengan Hermann cukup keras.

"Selaim itu, kedua pria tersebut sangat terkenal di Prancis. Ingat insiden unjuk rasa 1924? Itu semua gara - gara kedua orang itu." Lanjut Hermann menjelaskan siapa kedua orang tersebut.

Ghazi I The Great : Rise of KhalifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang