Fourty Seven

439 66 3
                                    

Hari terlewati begitu saja. Semua sudah kembali normal. Jeno sudah bekerja seperti biasa. Kendati demikian masalah-masalah tetap muncul dalam keseharian mereka. Seperti kasus orang tua Hina dan mengharuskan Hina untuk pergi ke Jepang beberapa waktu ke depan. Ingin Jaemin menemani tapi Hina sudah siap menghadapi semuanya tanpa campur tangan dari seorang Jung Jaemin. Hina terus meyakinkan kekasihnya bahwa ia akan baik-baik saja dan pasti kembali pada Jaemin.

Jeno dengar ayahnya dan juga Boa sedang menyiapkan pernikahan mereka. Jeno tidak ingin banyak ikut campur dalam hal ini karena bagaimanapun ia masih merasa ada sekat antara ia dengan Boa. Tapi yang Jeno tau pernikahan ayahnya akan digelar secara tertutup dan hanya akan ada pemberkatan di gereja nanti.

Satu hal lagi yang menjadi masalah kompleks untuk tiga bersaudara ini adalah kasus Taeyong. Mereka sudah mendengar bahwa berkas pembebasan Taeyong sudah diterima di pengadilan. Ketiganya tak mampu banyak berbicara dan lebih memilih untuk memendam pendapat mereka masing-masing. Hal ini membuat adanya jarak antara Irene dan Jaehyun. Jaehyun tau Irene sedang menghindarinya karena tentu saja rasa bersalah itu akan terus ada.

Berbeda dengan Jeno, ia belum bertemu lagi dengan Lami setelah malam itu. Lami sangat sibuk dan hanya sesekali berbalas pesan. Namun Jeno mendengar dari Jaemin bahwa Lami berusaha lari dari kenyataan kakaknya bahwa mungkin saja kakaknya akan segera bebas. Lami belum bisa memaafkan perbuatan Taeyong.

"Anda belum makan siang presdir"

Jaehyun yang tadinya fokus dengan PC di depannya kini beralih pada Sooyoung yang meletakkan senampan makanan yang sengaja disiapkan untuk Jaehyun. Ia lalu beranjak berdiri menatap Sooyoung datar.

"Direktur dan ketua Jung sedang berada di lapangan untuk proses syuting" kata Sooyoung.

"Terima kasih. Harusnya tidak perlu serepot ini hingga menyiapkan makan siangku" ucap Jaehyun.

"Anda sedang banyak pekerjaan, presdir"

"Baiklah aku akan makan, bisa tetap disini? Temani aku makan"

Sooyoung mengangguk ragu. Jaehyun meraih nampan makanan di mejanya lalu berpindah ke meja tengah di ruangannya. Sooyoung hanya mengekor kemudian duduk di depan Jaehyun yang mulai memakan makanannya.

Sooyoung menatap Jaehyun dalam diam. Banyak hal yang membuat Sooyoung mengagumi lelaki yang satu tahun lebih muda darinya ini, lelaki yang bahkan adalah bosnya. Meskipun kesan pertama bertemu Jaehyun terlihat sangat angkuh, dingin, dan menyebalkan. Lambat laun dengan semakin mengenal Jaehyun membuat Sooyoung mengagumi lelaki ini. Dan beberapa waktu lalu Jaehyun benar-benar menyatakan perasaannya pada Sooyoung.

"Jaehyun-ssi"

"Hm?"

Jaehyun mendongak begitu Sooyoung memanggilnya tanpa embel-embel presdir. Sebenarnya bukan masalah bagi Jaehyun karena semua itu hanyalah formalitas.

"Kenapa?" Tanya Jaehyun.

"Tentang malam itu..."

Di sisi lain Jaemin dan Jeno yang baru saja datang dan hendak masuk ke ruangan Jaehyun untuk laporan, menghentikan langkah mereka. Jeno menarik tangan Jaemin saat ia akan membuka pintu. Jeno membuat gestur agar Jaemin tidak membuat suara. Bersyukur pintu ruangan Jaehyun tidak tertutup secara sempurna membuat Jaemin bisa mendengar suara Jaehyun dan Sooyoung disana.

"Saat kau mengatakan perasaanmu, aku benar-benar memikirkannya" kata Sooyoung. "Memang ada hal yang membuatku ragu karena aku gagal terakhir kali dalam hubunganku. Aku takut memulainya."

"Aku juga memahami itu. Kau pasti akan merasa ragu setelah apa yang kau alami. Aku pun tidak memiliki jaminan agar kau bisa percaya padaku. Aku hanya bisa berusaha melakukan yang terbaik jika memang ke depannya kita bersama. Aku tidak memaksamu, Sooyoung-ssi. Kau pun berhak untuk menolak" ujar Jaehyun.

"Tapi, ada satu hal yang ingin aku sampaikan padamu. Jujur saja aku merasa cemburu ketika kau bersama nona Bae Irene. Aku tidak bisa memungkiri bahwa aku pernah merasa cemburu padanya."

"Jadi kau-"

"Aku juga tidak tau kenapa aku cemburu sedangkan kita bukanlah sepasang kekasih. Semua yang kau lakukan membuatku terhanyut. Kau lelaki yang baik"

Keduanya saling diam dan menatap satu sama lain. Jaehyun terlalu bingung bagaimana merespon Sooyoung. Ia pun tidak tau apakah Sooyoung hanya memujinya semata. Katakanlah Jaehyun berharap. Ia sangat berharap jawaban Sooyoung sesuai dengan keinginannya. Namun apapun hasilnya, Jaehyun pun tak akan kecewa.

"Jaehyun-ssi, mari bersama-sama dalam waktu yang lama. Atau bahkan di masa yang akan datang nanti, ayo tetap bersama"

Senyuman Jaehyun mengembang. Bahkan mungkin matanya berkaca-kaca. Juga telinganya yang memerah karena jujur saja saat ini ia benar-benar di buat salah tingkah. Rasa bahagia dalam hatinya begitu besar. Andai Jaehyun tidak lupa ini di kantor sudah pasti dia akan memeluk perempuan yang ada di depannya saat ini.

"Saranghae Sooyoung-ah" ucap Jaehyun mengenggam tangan Sooyoung. "Berarti kita berkencan sekarang?" Tanya Jaehyun yang masih tidak percaya.

"Ah itu... ku rasa ada baiknya tidak melakukannya di kantor. Kau kan atasanku, sangat malu jika dilihat banyak orang" jawab Sooyoung malu-malu.

"Malu menjadi pacarku?" Tanya Jaehyun yang kali ini sangat frontal.

"Bukan seperti itu. Aku takut... mereka membicarakanmu dan aku. Aku selalu berada di dekatmu, Jaehyun-ssi"

"Kalau begitu kau ku pecat, bagaimana?"

"Ya!"

Sooyoung spontan memukul tangan Jaehyun yang masih menggenggam sebelah tangannya. Jaehyun hanya tersenyum usil.

Di luar, Jaemin dan Jeno sama-sama terperangah. Tidak percaya si sulung baru saja meresmikan hubungannya dengan seorang perempuan. Dan hebatnya perempuan itu adalah Park Sooyoung, sekretarisnya sendiri. Juga Jaemin tak melupakan identitas Sooyoung yang sebenarnya. Jaemin dan Jeno terkejut sekaligus bahagia. Akhirnya setelah sekian purnama, seorang Jung Jaehyun berhasil mendapatkan kekasih yang diidam-idamkan.

"Apa menurutmu kita harus ke dalam?" Tanya Jaemin.

"Jangan, biarkan mereka habiskan waktu berdua. Lebih baik jangan bertanya sampai Jaehyun hyung bercerita sendiri pada kita" ujar Jeno.

"Ah, kau benar" balas Jaemin. "Jaehyun hyung sudah selesai. Sekarang tinggal kau, hyung"

"Aku? Kenapa?"

"Lami? Buatlah hubungan kalian menjadi jelas. Jangan meragukan perasaan Lami"

"Aku tidak meragukan perasaan Lami, Jaemin. Aku hanya-"

"Merasa tidak pantas?" Potong Jaemin membuat Jeno terdiam. "Setelah yang kalian bicarakan malam itu, ku harap kau bisa pikirkan baik-baik. Lami sangat mencintaimu"

"Aku juga. Aku sangat mencintai Lami."

***

"Kenapa tidak bilang kau akan datang menjemput?" Tanya Lami setelah masuk ke mobil.

Jeno tak menjawab. Hanya tersenyum dan menatap Lami. Sepersekian detik mereka saling menatap. Lami selalu terlihat cantik di mata Jeno.

"Aku rindu padamu Lami"

Lami tersenyum. Menyentuh pipi Jeno yang terasa dingin. Hidung Jeno juga memerah membuat wajahnya terlihat lebih lucu.

"Jeno, kau baik-baik saja? Bagaimana harimu tadi?" Tanya Lami.

"Cukup baik. Ada hal-hal baru yang harus aku biasakan terjadi. Lami?"

"Hm?"

"Aku ingin selalu mendengar suaramu. Menanyakan bagaimana keadaanku, bagaimana hari-hariku, selalu menyentuh wajahku seperti ini. Aku ingin semuanya darimu."

"Dan Kim Lami akan dengan senang hati memberikan untuk Lee Jeno."

Jeno mengenggam tangan Lami yang terasa kecil dalam genggamannya. Kalau saja Jeno lebih percaya diri, mungkin kebahagiaan seperti ini sudah lebih lama Jeno rasakan.

"Aku mencintaimu Lami"

*

*

*

Tbc

Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️Where stories live. Discover now