Sixty Two

170 26 0
                                    

Jeno terus memperhatikan sang kekasih yang nampak tak bersemangat. Sejak tadi Lami hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa berniat memasukkan hidangan lezat itu ke mulutnya. Jeno meletakkan sumpitnya. Bahkan suara yang Jeno buat tak sedikitpun menggugah Lami dari dunia sepinya.

Jeno tau semakin hari akan semakin berat pula yang dihadapi olehnya juga Lami. Mungkin terutama Lami. Gadis itu menjadi satu-satunya yang menolak keras kebebasan Taeyong. Tanpa menimang bahwa lelaki itu adalah kakak kandungnya. Tak peduli sekalipun Jaehyun, Jaemin, dan Jeno sudah berbesar hati memaafkan Taeyong.

"Kau tak suka makanannya?"

Pikiran Lami buyar mendengar pertanyaan Jeno. Ia baru sadar sejak tadi mengabaikan Jeno.

"Kau bisa pesan lagi. Atau kau mau pindah restoran?" Tawar Jeno.

"Tidak usah, Jeno. Ini enak" tolak Lami kemudian menyuap makanannya.

Suasana hening kembali tercipta. Keduanya sudah selesai dengan makan malam mereka. Lami yang sedikit segan menatap Jeno malam ini. Sebab ia tau perasaan Jeno pasti berubah tak nyaman dengan kediamannya malam ini.

"Jeno maaf" ucap Lami.

"Untuk apa?" Tanya Jeno dengan polosnya.

"Mendiamkanmu malam ini. Pikiranku sedang kacau"

"Aku tau, kau tak perlu minta maaf"

Jeno tersenyum teduh sembari mengusap kepala Lami. Betapa beruntungnya Lami memiliki lelaki seperti Jeno.

"Soal... Taeyong oppa-" Lami tercekat begitu kembali menyebut nama kakaknya. "Ibu dan ayah datang memenuhi panggilan penyidik"

"Lalu?" Tanya Jeno lagi.

"Ada peluang dia bebas, Jeno"

"Dia yang kau sebut adalah kakakmu, Lami"

"Dan menerima kenyataan bahwa aku adalah adik dari seorang penjahat?"

Beberapa orang di restoran sontak menatap ke arah Jeno dan Lami. Meskipun Lami tak berbicara keras namun tetap saja terdengar. Lami tak peduli dengan tatapan itu, tapi tidak dengan Jeno. Ia akhirnya berdiri membawa Lami keluar dari restoran.

Kini keduanya sudah berada di parkiran. Tepatnya di dalam mobil. Lami tak ingin menatap Jeno. Nyalinya ciut melihat tatapan tegas dari Jeno.

"Lami, kau tidak bisa terus begini. Jaehyun hyung memang tak semudah itu memaafkan Kim Taeyong, tapi bukan berarti Jaehyun mempersulit kebebasannya" ujar Jeno.

"Iya aku tau, kakakmu dan kakakku berbeda. Kakakmu berhati malaikat sedangkan kakakku adalah seorang iblis"

"Lami, bukan itu yang aku maksud-"

"Tapi itu kenyataan!"

Nging

Jeno sontak menutup matanya begitu alat bantu telinganya tiba-tiba berdengung. Luapan emosi Lami membuat gadis itu berteriak nyaring di dalam mobil. Tentu saja membuat pendengaran Jeno terkejut.

"Kenyataannya Taeyong oppa adalah penjahat. Dan sampai kapanpun akan begitu" sambung Lami dengan air mata yang sudah jatuh dengan deras.

"Apakah kehadiranku membuatmu terus merasa bersalah, Lami?" Pertanyaan Jeno sukses membuat Lami tertegun.

"Apakah kondisiku yang tak sempurna ini membuatmu terus merasa dendam meski itu pada kakakmu sendiri? Walaupun aku sudah berusaha menjelaskan padamu, aku berkata jujur tentang kondisiku. Aku sakit jauh sebelum kejadian di apartemen, Lami. Cacatku bukan sepenuhnya kesalahan Kim Taeyong" Lami masih terdiam.

"Kalau seperti ini caranya, bukan kau yang pergi dengan rasa bersalahmu. Tapi lebih baik aku yang menghilang karena bagaimanapun aku adalah alasan dibalik hancurnya ikatan persaudaraan kalian"

Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️Where stories live. Discover now