Four

2.9K 281 8
                                    

Kalau sudah lama tidak bertemu tentu pasti akan rindu. Jika hanya sehari dua hari, seminggu dua minggu, mungkin bisa teratasi. Tapi jika berbulan bulan dan hampir setahun, rasanya seperti memupuk rasa rindu hingga telah menjadi pohon.

Jaemin mematikan sambungan telfonnya setelah kurang lebih tiga puluh menit benda kotak panjang itu menempel di telinganya. Setidaknya rindu yang ia rasakan berkurang karena mendengar suara lembut si gadis.

Sudah lama sekali ia tidak bertemu gadis itu. Membelai rambut panjangnya dan senyumnya yang selalu sukses membuat Jaemin salah tingkah sendiri. Dulu Jaemin tidak seperti itu hingga akhirnya ia menyadari tentang perasaannya.

Tentang perasaan Jaemin terhadap gadis yang berhasil memenangkan hatinya. Gong Hina.

"Bagaimana rasanya LDR?" pertanyaan itu mengundang tawa pelan dari Jaemin.

"hyung harus punya pacar dulu, cari seseorang dari belahan dunia yang jauh dari Korea agar kau tau bagaimana rasanya rindu" ujar Jaemin.

"dasar" dengus Jaehyun. "Jaem?"

"hm?"

"kau sangat menyayangi Hina ya?"

"kalau aku tidak sayang, aku tidak akan menjadikan dia sebagai kekasihku"

"tapi kau juga menyayangi Lami"

"dan aku menyadari bahwa kasih sayangku berbeda. Aku menyayangi Lami sebatas saudara, tapi Hina... entahlah. Saat dia menghindariku dulu benar-benar membuat aku tidak nyaman. Seperti ada yang hilang"

Jaehyun tersenyum kecil menanggapi. Jaemin mungkin saja terlihat berbeda sekarang. Jaemin telah mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan. Di samping itu masih ada sisa sisa yang mungkin saja masih menyiksa Jaemin.

Dia tetaplah sama. Entah semua orang menyadari atau tidak. Jaemin tetaplah Jaemin yang telah kehilangan ibu dan sahabatnya. Jaemin masih mendapatkan kebencian dari keluarga mendiang ibunya meski tidak semua.

Tapi yang harus dipercaya adalah Jaemin sosok yang kuat karena ia mau bertahan dengan semua hingga saat ini. Karena Jaemin memiliki alasan untuk dia bertahan.

tok tok

Jaemin dan Jaehyun mengalihkan perhatian mereka pada pintu. Kepala Jeno menyembul dari sana.

"boleh masuk?" tanya Jeno yang mendapat anggukan dari si pemilik kamar, Jaemin.

"kenapa?" tanya Jaehyun sambil menunjuk telinga Jeno saat tidak mendapati alat bantu terpasang disana.

"tidak nyaman" jawab Jeno.

Jaehyun menepuk space kosong di sebelahnya yang saat ini berbaring di kasur Jaemin, mengisyaratkan Jeno untuk ikut berbaring di sampingnya. Jeno menurut saja.

sudah puas bertemu dengan dia?

Tulis Jaehyun pada ponselnya yang kemudian ia berikan pada Jeno.

"sudah. Tapi masih saja rindu"

bisa bertemu lagi besok atau kapanpun kau mau

"dia sibuk. Lagi pula aku ingin siap-siap mencari pekerjaan"

Jaemin memutar kursinya yang tadi menghadap Jaehyun dan Jeno kini kembali fokus pada komputernya. Membiarkan kedua kakaknya larut dalam pembicaraan. Lama kelamaan suara Jaehyun dan Jeno mereda.

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Jaemin masih terjaga di depan komputernya. Ia menggeliat untuk meregangkan tubuh lelahnya. Jaemin lantas melirik Jaehyun dan Jeno yang pulas tertidur di ranjang. Ia tersenyum. Akhirnya ia juga yang mengalah, membiarkan Jaehyun dan Jeno menguasai kamarnya malam ini. Jaemin memilih merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada di kamarnya.

"aku harap akan ada selalu kebahagiaan"

*
*
*
tbc

Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️Where stories live. Discover now