t e n

10.4K 828 102
                                    


"Kita mau seperti ini sampai kapan? Kamu gak bekerja hari ini?"

Sinar matahari yang menyorot dari celah gorden hotel bahkan sudah menandakan bahwa pagi sudah berlalu dari beberapa waktu yang lalu karena waktu pagi mereka dihabiskan di atas tempat tidur dan Sagara yang masih terus memeluknya dari belakang.

Mereka masih berada di kamar hotel, bukannya Nerissa tidak memikirkan anaknya karena tidak meminta pulang--tapi ia sudah berkali-kali ingin pergi dari sini namun selalu Sagara larang dengan alasan pria itu sudah mengabari Nanin untuk menitipkan Sakala sehingga Nerissa tidak perlu khawatir akan bagaimana anak mereka yang pagi ini terbangun dengan keadaan tak mendapati Daddy dan Mommy di sekitarnya.

"Aku harus bangun dan kembali ke rumah. Aku belum makan apapun dari semalam, aku harus memikirkan anakku. Gar, lepas," ujar Nerissa mencoba melepaskan kurungan lengan Sagara di tubuhnya yang menyesakkan.

Keadaan seolah berbalik, biasanya ketika seusai bercinta Nerissa yang akan terus memohon agar Sagara tidak beranjak dari sisinya. Namun kali ini malah Sagara yang menahannya agar tetap di atas tempat tidur bersama pria itu dengan keadaan yang super berantakan.

"Why am I obsessed with you?"

Suara Sagara yang berat dan mencekam terdengar di telinga Nerissa apalagi pria itu kini menyurukkan kepala ke lehernya membuat Nerissa memejamkan mata dan reflek menenggak sambil tangannya mencoba melepaskan tangan Sagara yang bermain nakal di dadanya namun tidak berhasil.

"Kamu juga, kan?" kata Sagara dengan tawa kecil yang membuat kulit Nerissa merinding karena tak biasanya.

Mungkin memang benar, Sagara selama ini hanya menyukai tubuhnya. Pria itu terobsesi dengannya hanya karena tubuh Nerissa yang sama sekali tidak berubah bahkan ketika ia sudah mempunyai satu anak dan kini tengah mengandung lagi. Tidak ada perubahan, malah Sagara berpikiran Nerissa semakin menarik di setiap waktu.

Nerissa menyeringai. "Itu berarti Naura gak se-spesial itu untuk kamu? Kamu gak puas bercinta sama dia sampai harus kembali denganku? Apa aku harus berbangga karena hal bodoh ini?"

Napas Sagara terus berhembus mengenai kulitnya, Nerissa bahkan tidak mau bergerak sama sekali hanya untuk berbalik ataupun melihat wajah pria itu kini. Ia seperti manekin yang bedanya terus mengoceh daritadi. Ia menerima segala perlakuan Sagara karena memang tidak bisa menolak apapun yang diperbuat pria itu. Bibirnya hanya bisa terus mendesah di bawah kuasa pria itu, Nerissa wanita yang dibodohi cinta sialan.

"Nerissa."

"Sagara."

Mereka memanggil secara bersamaan yang langsung membuat keduanya sama-sama terdiam.

"Aku mau kita ke dokter, kita cek kandunganmu hari ini," ujar Sagara dengan ucapan yang terdengar berbeda, agak lembut. Entahlah, karena Nerissa merasanya seperti itu. "Dia sudah berkembang terlalu cepat, kan? Tapi cuma kamu yang tahu keadaan dia. Apa Sakala tahu kalau dia akan punya adik? Apa kamu kasih tahu dia kalau sekarang adiknya ada di dalam perut kamu? Apa kamu gak memikirkan rasa bahagianya ketika tahu kalau dia akan punya teman?"

Mendengar itu Nerissa hanya bisa berdecih. "Jangan sok peduli dengan keadaan anakku, Sagara."

"I'm serious right now, Nerissa."

"Lalu apa? Lalu setelah ini aku harus telan kenyataan pahit kalau kamu hanya perhatian sesaat? Atau ini hanya kebohongan? Gar, ini bukan gaya kamu."

"Stop it. Jangan membantahku," balas Sagara yang kini bangkit dari rebahannya. "Aku tunggu kamu di bath up. Setelah itu kita pergi ke rumah sakit karena aku sudah buat janji dengan salah satu dokter kandungan. Semalam ..., pakaianmu sudah gak layak pakai, kamu bisa pakai yang ada di dalam paper bag itu nanti," Sagara menunjuk bingkisan di sofa kamar hotel ini. "Nerissa, ingat, kamu masih istriku."

Should Be Love? | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang