[09] Minggu berkah

29 5 0
                                    

🚌🚌🚌

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🚌🚌🚌

Hari sudah berganti, langit yang semula gelap gulita sekarang sudah berwarna biru muda dengan satu titik penerangan yang menyilaukan jika ditatap lewat mata telanjang.

Pukul setengah delapan pagi, waktu yang sangat pas untuk berolahraga dengan berlari mengitari perumahan, ditemani semilir angin segar, kicauan burung-burung liar di atas sana dan sinar matahari belum terik-teriknya. Kebanyakan orang sudah melakukan kegiatan setiap Minggu pagi itu sekarang, kecuali seorang pemuda yang masih tertidur pulas di balik selimut tebal bergambar salah satu club sepak bola dunia itu.

Malahan, ia makin menarik selimutnya ke atas hingga menutupi seluruh tubuh dan merapatkan kepalanya pada bantal saat mendengar suara ketukan pintu dan suara ibunda yang memanggilnya.

"Panji!"

"Udah bangun belom?!"

Tidak ada sahutan, Widya memilih untuk memasuki kamar putranya yang tidak terkunci dari dalam. Dilihatnya Panji masih bergelung dalam selimut tebal, membuat wanita paruh baya itu geleng-geleng kepala.

"Panji?" panggil Widya sambil menggoyangkan lengan putranya.

"Apa Bun? Ini hari Minggu," kata Panji dari balik selimut.

Akibat pulang jam satu malam dari rumah Cakra tadi membuat Panji tidak bisa membuka matanya meskipun hanya satu milimeter, terasa berat dan mengantuk.

"Nanti anterin bunda ya," pinta Widya

"Kan bang Panca ada, Bun. Panji mau tidur, masih ngantuk."

Widya mendudukkan tubuhnya di pinggir tempat tidur. "Abang kamu udah keluar pagi tadi, katanya mau kerja kelompok."

Panji mendengus dari balik selimut, tidak percaya. "Palingan lagi pacaran sekarang, suruh pulang aja."

"Kamu aja yang nganterin bunda, ya? Biar gak rebahan mulu," kata Widya

"Jam sembilan ya, pan? Nanti jam setengah delapan bangun terus siap-siap, awas kalo nanti jam sembilan belum bangun, bunda udah janji sama tante Risa jam sembilan soalnya." Widya berujar, hanya melibatkan satu nama yaitu 'Risa' membuat Panji langsung menyibak selimut dan terduduk.

Widya yang melihat itupun sedikit terkejut. "Heh! Kenapa?!"

Panji membuka matanya lebar, tidak seperti tadi yang berbicara dengan mata tertutup. "Tante Risa? Yang kemaren itu?" tanyanya

Widya mengangguk, sedikit heran. "Iya."

Panji mengembangkan senyumnya, pagi-pagi sudah dibuat bahagia dengan berita bahwa setelah ini ia akan bertemu dengan Aluna.

Panji and His Effort [ completed ]Where stories live. Discover now