[22] Menyerah

22 4 0
                                    

☕☕☕

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

☕☕☕

Aluna keluar dari ruang osis setelah rapat selesai, ia segera menuju ke kelas karena jam ke delapan sudah berbunyi. Pukul 13.03, Aluna hampir menghabiskan waktu selama tiga jam di ruang osis, berkutat dengan bolpoin serta kertas, dan memasang telinganya guna mendengarkan beberapa pendapat dari anggota. Pemilihan ketua osis baru sebentar lagi, menandakan bahwa Aluna akan demisioner dari jabatannya, dan tidak akan lagi menjumpai dirinya yang memilih meninggalkan kelas untuk rapat dadakan, tidak akan lagi ke sekolah untuk latihan upacara di hari Minggu, dan tidak akan iri lagi dengan siswa-siswi yang pulang tepat waktu sedangkan dirinya pulang sore, serta tidak akan lagi menginap di sekolah karena menyiapkan perlengkapan untuk esok hari ketika sekolah mengadakan kegiatan.

Aluna akan meninggalkan kegiatan-kegiatan itu, karena sekarang sudah waktunya untuk Aluna agar lebih fokus menyiapkan ujian masuk perguruan tinggi. Enam bulan lagi, Aluna akan meninggalkan SMA Bumantara. Akan melepas seragam abu-abu nya. Dan, tidak akan lagi mendengarkan keluhan pak Handoko perihal muridnya yang lagi-lagi membolos seperti sekarang ini.

"Tadi ada lagi anak yang bolos," ungkap Pak Handoko sembari mendudukkan tubuhnya di kursi guru dengan wajah yang sungguh kentara sekali kesalnya.

"Siapa pak?" tanya salah satu penghuni kelas dua belas IPA dua.

"Panji, kelas sebelas IPS itu."

Aluna sontak mendongak, yang semula berkutat dengan ponsel genggam miliknya, kini ia melayangkan tatapan penuh tanda tanya.

"Udah biasa itu mah pak, ngga heran."

"Tapi anehnya, dia kan udah sering bolos, udah mahir manjat tembok kayak maling. Terus dia ngilanginnya kemana? Udah keliling sekitar sekolah tetep aja ngga ketemu."

"Denger-denger dia sering ke warung seberang itu pak, sama kakak kelas." Salah satu murid laki-laki menyeletuk dari belakang.

Pak Handoko terlihat menghela nafas dan geleng-geleng kepala, lalu tanpa disangka mengalihkan pandangan ke arah Aluna yang juga menatap pria paruh baya itu.

"Kamu kok mau sama bocah kayak gitu, Na?" tanya Pak Handoko, sedikit tidak percaya dengan kabar bahwa salah satu murid berprestasi menjalin hubungan dengan salah satu murid paling menguras emosi. "Padahal dia udah nyetak skor murid Ter sering keluar masuk bk, kamu nemu Panji dimana? Kok sampe bisa pacaran?"

Aluna menegakkan duduknya. Semua pasang mata menatap ke arahnya dengan raut wajah menuntut, menunggu-nunggu alasan apa yang dapat membuat Aluna tertarik dengan Panji, si murid penuh masalah.

"Itu...kita sebenarnya ngga pacaran kok pak, cuman kenal aja." Aluna berujar, harap-harap cemas semoga ucapannya dipercaya, karena memang itu lah kenyataannya.

Panji and His Effort [ completed ]Where stories live. Discover now